Cerita Kami

Rindu Suasana yang Menjadi Candu

Rindu Suasana yang Menjadi Candu
Karya : Shindi Aprilia

       KAMAR di rumahku masih kosong. Biasanya hari lebaran pasti menyelinap tidur di mana saja, sampai sampai Sisin disuruh tidur di kamar mandi.

"Sisin, tidur di kamar mandi! Di sini penuh." katanya diiringi tawa keras dari semua keluarga.

Sisin pun menjawab, "Jadiin kamar dulu baru Sisin mau tidur di kamar mandi."

Emang salah ya jika aku berkata seperti itu? Mereka mendengar aku berkata seolah mengejeku dengan tertawa keras.

Tapi suasana seperti itulah yang buat aku rindu. Rindu yang menjadi candu, rindu dengan segala tingakah semua orang, tangisan keponakan, rebutan THR, bercanda tawa, saling tukar cerita, masak bersama walau masi dalam tahap belajar, menari-nari, bernyanyi dengan suara yang tak enak di kuping, dan masih banyak yang dilakukan yang tak bisa dilakukan tahun ini.

Sedih saat kedua abang tak bisa pulang. Ibu hanya bisa video call, saling meminta maap, tak bertegur sapa secara nyata, hanya melihat raut wajah sedih di layar handphone.

Menangis. Ibu mengeluarkan mutiara yang patutnya harus aku jaga, tapi mutiara itu jatuh tanpa bisa dibendung deras sangat deras sekali, melihat nya aku hanya berucap

"Bu, jangan sedih. Di sini masi ada Sisin. Abang juga baik di sana," ujarku sambil menghapus air mata ibu.

Abang pertama berkata, "De, jaga ibu. Jangan sampai mutiara sucinya jatuh. Jangan sampai abang melihat raut wajah ibu yang dibasahi air mata."

Tes. Air mata yang sedari tadi aku bendung, menetes deras. Ya, aku cengeng, jika menyangkut keluargaku sendiri.

Allah menakdirkan ini pada manusia agar bisa menghargai dan memahami betapa sulitnya mencapai sesuatu yang ingin dituju, menggapai sesuatu yang ingin digapai.

Bukannya memperbanyak pahala di saat pandemi, tapi manusia malah memperbanyak dosa dengan melakukan hal yang sepatutnya tidak dilakukan.

Ciamis, 29 Mei 2020

#Challenges2
#CeritaKami
#RamadhanTahunIni
shindiape