🌼

97 25 13
                                    

Hari itu kelabu pergi menemani sang angkasa,

Menghempaskan gelap yang berhiaskan candramawa.

Di bawah rintik hujan, sang nirmala meringkuk.

Tak hirau pada gemuruh yang berdenting,

Membawa suara mencekamnya, menggelantung telinga.

Tak ubahnya jangkrik kecil, berkerumun kemudian saling bersahut, berebut suara.

Jadi begini rasanya. Berteman dengan sebuah rasa sesal?

Bahkan hingga arunika merengek pada bulan,

Pun tetap tak dapat hentikan sebuah nyata

Tuhan tlah peringatkan,

Jangan jauh dalam bertindak,

Jangan gegabah dalam berceloteh.

Sebelum lelahmu tak bersisa apa-apa,

Kecuali segores luka tanpa penyembuh di setiap langkah.

Bila waktu dapat menjungkir balik dirinya sendiri,

Tetap hilang kesempatan ‘tuk perbaiki segalanya.

Hanyalah berdo’a bahwa semua akan baik-baik saja.

Jangan menangisi apapun,

Sebab yang pergi, bukan sebuah pilihan juga untuknya hilang.

Bukan juga sebuah kesalahan yang harus kembali diingat.

Memang sakit, tapi kehidupan takkan berjalan ketika kita hanya terus terdiam menikmati rasa sakit itu sendiri, bukan?

Untuk dirimu, tersayang.

Aku harap kau menerima maafku.

Aku tetap sayang padamu

𝙼𝚢 𝙿𝚛𝚎𝚌𝚒𝚘𝚞𝚜 𝙱𝚛𝚘𝚝𝚑𝚎𝚛 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang