Lu Han menghirup udara Beijing dalam-dalam dan mengawasi keadaan bandara yang ramai meskipun jam masih menunjukkan pukul 5 pagi. Tubuh rampingnya menggigil karena angin musim dingin yang berhembus. Ia melupakan syalnya di taksi ketika perjalanan dari apartemennya ke bandara John F. Kennedy kemarin. Salahkan mamanya yang membelikan tiket mendadak tanpa persetujuan. Sang model harus berangkat segera setelah menyelesaikan sesi pemotretan jam 1 pagi.
Lu Han harus berlarian demi mengejar penerbangan dan mengepak kopernya. Saking terburu-burunya, ia tidak sempat ganti baju dan menghapus riasan wajah. Ia juga melupakan mantelnya. Jaket kulitnya tentu tidak bisa menangkal udara dingin Beijing.
Sudah 10 tahun Lu Han tidak menginjakkan kaki di kota ini. Seluruh pusat hidupnya sudah ia pindahkan ke New York sejak ia menandatangani kontrak dengan agensi model internasional. Bandaranya sudah banyak berubah, Lu Han yakin keadaan kota di luar sana juga pasti sangat berbeda.
"Kemana mama? Kenapa lama sekali?" Lu Han menggerutu gusar. Ia sudah berdiri lebih dari lima belas menit dan belum ada tanda-tanda mamanya muncul. Ia sudah merasa tidak nyaman karena cuaca dan beberapa orang mulai mengenalinya. Popularitas Lu Han memang meningkat pesat semenjak ia menjadi brand ambassador dari produk kecantikan Maybelline China. Ia bahkan sempat melihat poster wajahnya dengan lipstik merah dan bulu mata super lentik di bandara.
Lu Han mengecek ponselnya yang sialnya ternyata mati. Lu Han tidak sempat mengisi dayanya karena ia terburu-buru mengejar penerbangan. Semoga ia tidak melupakan charger-nya juga. Sekarang ia merasa sangat jengkel pada ibu-nya. Teganya terlambat menjemput Lu Han, padahal di sini posisi Lu Han adalah dipaksa untuk pulang. Seharusnya ibunya tidak membuatnya menunggu di tengah hawa dingin.
"Lu Han jie!"
Lu Han menoleh ke sumber suara yang terdengar melengking. Ia dapat melihat seorang wanita muda melambai antusias ke arahnya dari radius 15 meter.
"Yixing!"
Wanita muda itu, Yixing, berlari mendekatinya dengan kesusahan. Dari jarak dekat Lu Han mengetahui bahwa ternyata sepupunya itu sedang hamil.
"Lu Han jie, selamat datang!"
Kedua wanita tersebut saling berpelukan sejenak. Agak susah karena perut buncit Yixing di tengah-tengah.
"Kau seharusnya tidak berlari seperti itu!" Lu Han menegur Yixing sambil mencubit pipi sepupunya gemas. Ia sedikit kaget karena masih bisa menggunakan bahasa mandarin dengan natural.
"Aku bahkan tidak sadar sedang berlari." Yixing tergelak. Kentara sekali sangat senang bisa bertemu lagi dengan Lu Han.
Yixing menarik tangan Lu Han dan menggandengnya, mengajaknya beranjak dari ruang tunggu ke tempat mobilnya diparkir.
"Sudah berapa bulan?" Tanya Lu Han sambil melirik perut Yixing.
"Sudah 6 bulan."
"Wow, berarti ini anak keduamu?"
"Ini anak nomer tiga, jie."
Mulut Lu Han ternganga mendengar jawaban Yixing. Tidak bisa dipercaya sepupunya yang lebih muda dua tahun sudah memiliki dua anak dan menanti kelahiran anaknya yang ketiga. Sepertinya ada banyak sekali yang ia lewatkan dari Beijing.
Mobil Yixing terparkir tidak jauh dari ruang tunggu. Lu Han sempat heran tidak melihat siapapun di dalam mobil itu.
"Kau menyetir sendiri?" todong Lu Han ketika Yixing membuka pintu bagasi untuk koper Lu Han.
"Ya."
"Kau gila?! Kemana suamimu?"
"Baixian masih dinas di rumah sakit. Baru akan pulang jam sembilan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Something about Love
FanfictionLu Han adalah model terkenal dari Cina yang sudah 10 tahun tinggal di Amerika. Gara-gara orang tuanya ingin Lu Han segera menikah, ia harus menurut dijodohkan dengan teman Mamanya yang bernama Sehun. HunHan pairing.