Part 2

63 9 1
                                    


Pertemuan ini diatur di pukul 11 siang. Lu Han bukan tipe orang yang bisa bangun pagi ketika di rumah dan mama sangat mengetahui hal ini. Ia memerlukan waktu satu jam sendiri untuk melamun di atas tempat tidur, mempertanyakan pilihan hidupnya, baru beranjak ke kamar mandi saat jam menunjukkan pukul sembilan lebih.

Hari ini terasa begitu cepat dibanding kemarin. Jika kemarin Lu Han ingin semuanya segera berakhir dan cepat-cepat kembali ke Amerika, tapi sekarang ia ingin waktu berjalan lambat karena Lu Han tidak siap bertemu anak Bibi Wu, si Sehun itu. Ia kaget sekali saat keluar dari kamar mandi dan ternyata sudah pukul 10.

"Apa kau sudah siap? Butuh waktu setengah jam untuk sampai ke tempat pertemuan itu." Mama mengingatkan Lu Han yang sedang berdandan.

Mama memilih mempertemukan mereka di restoran Jepang di tengah kota. Tempatnya tertutup dan bisa menjaga privasi. Ditambah lagi menurut mamanya, makanannya sangat enak.

Sepertinya tidak buruk. Jika nanti Lu Han tidak bisa banyak bicara, paling tidak ia bisa menikmati makanan Jepang yang enak dan mahal. Lu Han sangat suka ramen.

"Bagaimana menurut, Mama?"

Lu Han memilih skinny jeans hitam, baju rajut hangat berwarna kuning gading, dan tidak lupa mantel panjang yang dipinjami Mama. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai. Ia sengaja memilih yang semiformal karena tidak tahu kemana Sehun akan mengajaknya pergi setelah makan nanti. Atau bahkan mungkin mereka akan langsung pulang.

"Anak Mama yang paling cantik, tentu saja. Ayo! Taksimu sudah di depan."

"Ma, berjanjilah padaku satu hal. Tolong jangan berharap banyak pada pertemuan ini. Ketika aku pulang, jangan menodong pertanyaan seperti kapan aku akan menikahi Sehun, oke? Aku tidak tahu Sehun seperti apa. Tidak mungkin aku langsung memutuskan menikahinya di pertemuan pertama. Mungkin saja kita tidak cocok dan berakhir buruk."

"Ya, ya. Mama tahu. Mama tidak akan bertanya apapun ketika kau pulang. Kau mau mencobanya saja Mama sudah senang."

"Terima kasih, Ma. Ingat, jangan berharap banyak!"

Meskipun tidak berharap banyak, tapi Lu Han merasa gugup selama perjalanan menuju tempat pertemuan (Lu Han menolak menyebutnya kencan). Berulang kali Mama mengatakan bahwa Sehun adalah pemuda yang tampan. Yang Lu Han tahu, selera ketampanan Mamanya tidak terlalu bagus.

Tanpa sadar, Lu Han berkali-kali mengecek riasan wajahnya melalui kamera ponsel. Seharusnya dandanannya cukup menarik. Ia menyapukan sedikit pemerah pipi dan lipstick merah muda. Sengaja tidak menambahkan apapun di mata. Lu Han sering kali menggunakan riasan model ini ketika menghadiri makan malam dengan para desainer dan mereka tampak puas.

Lu Han tertawa sendiri ketika menyadari dirinya bertingkah konyol. Bukankah ia tidak mengharapkan apapun? Bukankah ia tidak peduli dengan perjodohan ini? Tujuan utamanya adalah membuat Mama senang, tidak untuk membuat Sehun terkesan. Lu Han masa bodo dengan pendapat Sehun tentang dirinya. Seharusnya sih seperti itu.

Ternyata perjalanan ke restoran cukup cepat. Lu Han tiba 10 menit lebih awal. Ia kembali mengecek penampilannya untuk yang terakhir kali sebelum masuk ke restoran dan diantar pelayan ke ruangan yang sudah dipesan oleh Mama.

Lu Han menarik napas panjang sebelum masuk. Ruangan itu kosong. Ia yang pertama kali sampai, tentu saja.

Ia baru saja duduk di atas tatami ketika pintu geser kembali terbuka, menampilkan pelayan wanita yang sama dengan seseorang yang mengikuti di belakang yang pastinya Sehun. Lu Han sontak berdiri, menyambut Sehun yang terlihat tampan dengan celana bahan hitam dan sweater kuning pucat. Pakaian mereka senada.

Something about LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang