Ada seorang perempuan yang sedang menemani kekasihnya bermain futsal. Itu adalah Salwa Amira, murid kelas 11 di SMU Harapan, dan kekasihnya adalah Marselino Ferdinan yang duduk di kelas 11.
"Semangat Marsel," ucap Salwa dari bangku penonton. Marsel menatap Salwa kemudian tersenyum.
Setelah 1 jam menunggu, akhirnya latihan futsal telah selesai. Salwa memberikan sebotol minuman ke Marsel, Marsel pun menerima dengan senang hati. Salwa sangat bersyukur karena ia mempunyai Marsel, begitu juga sebaliknya.
"Pulang yuk, udah sore ini. Nanti lo dicariin bunda," ucap Marsel dengan menenteng tasnya.
"Yuk."
Setelah 15 menit perjalanan, mereka sudah sampai di rumah Salwa. Marsel melepas helm-nya dan duduk di jok motornya. Itulah kebiasaan Marsel jika mengantarkan Salwa, selalu menunggu tuan puterinya masuk ke rumah.
"Udah pulang sana. Nanti lo nyampe dirumah kemalaman," ucap Salwa dengan menatap Marsel.
"Nggak mau, gue nunggu disini sampai lo masuk ke rumah. Gue cuma mau mastiin kalau lo baik-baik aja," ucap Marsel dengan tersenyum manis khas miliknya.
"Iya, gue masuk dulu ya. Hati-hati di jalan," ucap Salwa dengan tersenyum.
Salwa menaiki tangga untuk sampai di kamarnya, ia meletakkan tas di meja belajar miliknya. Ia menatap bingkai foto yang berisi dirinya dan Marsel, mungkin bagi sebagian orang kisah cinta mereka terlalu bucin. Atau seperti dua sejoli yang baru mengenal cinta, padahal mereka telah menjalin hubungan selama 1 tahun.
"Gue sayang banget sama lo Marsel, walaupun lo cuek bebek. Gue pingin kita bisa kayak gini selamanya," ucap Salwa dengan mengusap bingkai foto itu.
Kini Marsel sudah berada di rumah, ia merenung di balkon kamarnya. Ia bingung akan keputusan yang akan diambilnya. Beberapa waktu lalu, papa Marsel harus pindah tugas ke Semarang, dan semua keluarganya harus ikut. Marsel tidak mau meninggalkan Salwa dan temannya.
"Marsel, gimana keputusan kamu?" ucap Zefo dengan menatap Marsel.
"Marsel nggak tau pa, masih bingung. Emang kita semua harus pindah ya?" ucap Marsel dengan nada lemas. Sungguh, Marsel benci perpisahan.
"Iya sayang, papa dan mama akan kerja lama disana. Jadi kita semua harus pindah," ucap Kinanti dengan tersenyum ke arah Marsel.
"Marsel nggak mau jauh sama Salwa dan teman-teman Marsel lainnya."
"Kan ada video call atau skype. Kamu masih bisa pulang ke Jakarta kalau liburan kok sayang. Kamu pasti betah disana, karena ada anak perempuan temen mama sama papa," ucap Kinanti dengan tersenyum.
"Marsel pikirin lagi deh," ucap Marsel kalah.
Marsel merenung di balkon kamarnya, apakah ia harus meninggalkan Salwa? Marsel tidak ingin berpisah dengan Salwa, walaupun mereka bisa berhubungan jarak jauh. Namun Marsel tidak bisa.
***
Hari ini Salwa berangkat ke sekolah dengan Athallah, sahabat baiknya dari kecil. Athallah adalah teman Marsel juga. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai disekolah. Marsel menatap Salwa dan Athallah dengan tatapan tajam.
"Kenapa Marsel natap gue kayak gitu?" ucap Athallah dengan heran.
"Nggak tau, gue nyusul Marsel dulu ya."
Salwa berlari mengikuti langkah kaki Marsel, namun Marsel tak kunjung menghentikan langkahnya. Salwa pun memegang tangan Marsel agar ia berhenti.
"Apa?" ucap Marsel dingin.
"Lo kenapa? Gue ada salah?"
"Nggak sadar?" ucap Marsel dengan menatap Salwa.
"Apa? Bilang Sel, jangan kayak gini," ucap Salwa dengan memegang tangan Marsel. Namun Marsel menepis tangan itu.
"Kenapa lo berangkat bareng Athallah?" ucap Marsel dengan lantang.
"Karena disuruh bunda gue," ucap Salwa dengan menatap kedua mata Marsel. Namun Marsel hanya tersenyum kesal.
"Gue nggak percaya."
Salwa hanya bisa menatap Marsel yang mulai menjauh, Salwa tidak tau mengapa sikap Marsel berubah seperti ini. Biasanya, hal sepele seperti ini tidak bermasalah bagi Marsel. Marsel juga tau jika Athallah adalah sahabat baiknya dari kecil.
Selama pelajaran, Salwa tidak bisa fokus. Pikirannya tersita oleh Marsel. Bel istirahat berbunyi, Salwa masih setia dengan lamunannya. Sampai akhirnya, Aida pun mengejutkannya. Aida adalah sahabat Salwa dari kelas 10.
"Heh, ngelamun aja. Nggak baik tau," ucap Aida dengan menatap Salwa.
"Eh, maaf. Ini udah istirahat ya?" ucap Salwa dengan menatap Aida.
"Yuk ke kantin."
"Yuk."
Di kantin, Salwa melihat Marsel duduk disamping Raya. Raya adalah mantan Marsel yang menjalin hubungan lama dengannya. Salwa tidak suka melihat itu, akhirnya ia pun menghampiri Marsel.
"Lo apa-apaan sih!" ucap Salwa dengan menatap Marsel.
"Kenapa?"
"Bodo amat! Terserah. Tadi pagi lo marah karena gue berangkat bareng sama Athallah. Sekarang lo kayak gini? Maksudnya apaan sih?" ucap Salwa.
"Gue capek sama lo Salwa," ucap Marsel enteng. Ucapan itu membuat Salwa sakit hati dan tidak bisa menahan tangisnya. Ia tidak percaya apa yang dikatakan Marsel barusan.
"Maksudnya?" ucap Salwa dengan menangis.
"Gue mau kita putus."
"Hah? Kita udah pacaran lebih dari 1 tahun dan lo pingin kita putus karena masalah sepele ini?" ucap Salwa dengan mengusap air matanya.
"Maafin gue Sal, gue nggak bermaksud nyakitin hati lo. Tapi ini demi kebaikan kita berdua," ucap Marsel dalam hati lalu pergi meninggalkan Salwa yang mematung.
Salwa hanya bisa menatap Marsel yang hilang dari hadapannya. Ia masih tidak percaya dengan semua ini, ia tidak tau harus berbuat apa.
Bel pulang sekolah berbunyi, Salwa berjalan menyusuri kooridor dengan lesu. Ia melihat Marsel yang sedang berboncengan dengan Raya. Salwa pun menghampiri mereka berdua.
"Dasar lo cewek nggak tau diri!" ucap Salwa dengan menunjuk Raya.
"Ngomong apa lo barusan?" ucap Marsel dengan menatap Salwa tajam. Raya menarik tubuh Marsel dari belakang namun gagal.
"Iya, dia cewek nggak tau diri. Udah ngerebut pacar orang!" ucap Salwa.
"Gue peringatin sama lo! Raya cewek baik-baik, dan gue pingin putus dari lo itu bukan karena Raya!" ucap Marsel lalu pergi bersama Raya.
Salwa hanya duduk di trotoar depan sekolahnya, ia menangis karena diperlakukan Marsel seperti itu. Namun ada seseorang yang memberinya tisu, itu adalah Athallah sahabat baiknya.
"Makasih ya Thal, lo udah ada saat gue butuh," ucap Salwa dengan tersenyum. Athallah pun membalas senyuman itu.
"Sama-sama Sal, andai lo tau perasaan gue yang sebenarnya."
Hai, selamat datang di kisah Marsel, Salwa, dan Athallah. Semoga suka ya dengan alur ceritanya 🦋
Jangan lupa vote dan comment biar readersnya semakin banyak dan aku semangat nulisnya 🌈🌼
-Happy Reading 😆-
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Moonlight [Marselino Ferdinan] // (Hiatus)
FanfictionDi suatu keadaan, aku sangat membencimu namun aku juga sangat menyayangimu. Kapan aku bisa melupakanmu? Apakah nantinya aku berhasil melupakanmu? Atau malah tidak sama sekali? Apakah aku terlalu munafik jika aku mengatakan tidak mencintaimu? Namun...