Part 03. Kepemilikan
Dafa menghela nafas berat, duduk di sofa itu dengan bosan. Ia memandang sekitar, melihat ruangan itu penuh dengan anak-anak muda berkumpul. Lampu remang warna-warni yang berkelap-kelip dengan suara musik kencang membuat Dafa agak pusing dan tak nyaman.
Sumpah. Anak-anak EHS kok seneng amat dah ngumpul di Red Club.
Berasa belum keren kayaknya kalau belum pernah ke Red Club. Padahal apaan sih. Sama aja kayak kafe. Cuma bedanya ada mini stage, dance floor, lebih gelap, dan minuman beralkohol yang mahal.
Dafa melirik saat pelayan datang, menaruh satu botol kaca panjang dan beberap minuman dalam gelas ditaruh di meja.
Jonathan yang memesannya, cowok itu kayaknya kembali gusar makin merenggang dengan si pacar anak sekolah lain. Ada Yuta di ujung sofa, bersama beberapa cewek tertawa-tawa juga ada Alvine dan Jeka, lagi seru banget kayaknya mereka keliatan girang. Aryan ada di tengah sofa, menyalakan rokoknya dengan tenang. Dafa mah udah mau pulang.
Dafa diam saja, memandangi Jonathan yang mulai minum. Kini Aryan jadi bergabung, meraih gelas dan memalak Jonathan yang menuangkan minuman berwarna gelap itu menurut.
"Lo nggak mau?" tawar Aryan agak menyaringkan suara, mencondongkan tubuh ke arah Dafa di tengah riuh pikuk suara kencang club.
"Kagak," jawab Dafa singkat, membuang muka dan kini melihat ke arah dance floor yang ramai.
Cowok itu menipiskan bibir. Melihat sosok Cessa di sana dengan hot pants dan kaos putih yang ia ikat ujungnya agak menunjukkan kulit pinggangnya sedikit, tertawa riang di sana bersama Soraya dan Marten.
Sebenarnya Dafa agak keganggu, tapi ngeliat cewek itu lagi nikmatin suasana, Dafa Cuma mandangin dari jauh. Cessa nggak henti-hentinya menari dan bernyanyi-nyanyi mengikuti lagu dari DJ, bersama Soraya dan Marten menemani dengan senyuman lebar.
Dafa tau, sebelum seakrab ini Cessa memang gadis yang bebas dan tak punya batasan. Apalagi temannya dari SMP modelan Jonathan dan Yuta, dua orang yang juga sama sekali tak diberi perhatian lebih hingga punya pergaulan bebas seakan tanpa larangan.
Karena itu, kadang Dafa merasa terlalu lancang kalau mengatur Cessa ini dan itu semata untuk menjaganya. Dafa bahkan serius pernah berpikir untuk mengangkat Cessa sebagai adik agar bisa dibawa ke rumah dan dijaga sepenuhnya.
Sejak kenal setahun lalu, Dafa tau Cessa adalah anak yang baik. Gadis itu berhati lembut, tetapi dunia berkali-kali menyakitinya.
Bagi Dafa, Cessa sudah seperti salah satu adiknya yang harus dijaga.
Dafa bergerak kecil, menoleh melihat Yuta berdiri ke depan mereka meminta minum segelas. Dafa kini jadi menonton saja Jonathan, Aryan, dan Yuta sudah minum-minum santai seakan cairan gelap itu es jasjus rasa anggur di kantin sekolah.
Namun detik berikutnya Dafa mendekat, menjulurkan tangan membuat Jonathan yang baru ingin meneguk lagi menoleh bingung.
"Coba dikit, enak bener kayaknya," ucap pemuda itu akhirnya penasaran juga.
Jonathan tanpa kata mengangsurkan gelas, tak banyak bicara ataupun menahan. Walau ia sudah menduga respon Dafa saat meneguk sedikit.
Dafa terbatuk, langsung menjulurkan lidah menjauhkan gelas. Ia mengeluarkan lidah sambil bergidik. Ekspetasinya ini beneran seger kayak Jasjus Anggur tapi yang ada rasanya hambar dan lengket, sedikit asam tapi juga pahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chantik (hiatus)
Teen Fiction"Chantik, bukannya arti nama lo kuat dan berani? Harusnya lo cukup kuat untuk berani jatuh cinta kan?"