Di suatu senja, ketika matahari telah terbenam di ufuk barat menyisakan siluet cahaya yg begitu memesona, adzan maghrib di kota yang indah ini telah berkumandang. Kota Mukalla. Ibukota provinsi Hadhramaut di Yaman.
Segera aku dan temanku meneguk air tuk berbuka puasa.
Ya, waktu itu kami telah melakukan ibadah puasa sehari penuh di hari Kamis. Puasa Senin - Kamis. Puasa mingguan.Setelah itu, kami bersepakat untuk berbuka nasi beserta lauknya nanti setelah sholat Maghrib -ketika teman-teman baru memulai membaca maulid Nabi.
Usai sholat temanku meminta izin kepada salah satu dosen kuliah untuk berbuka puasa sejenak lantas kembali ke masjid lagi untuk membaca maulid nabi. Ya, dosen kami disini selain mengajari materi-materi di kelas kuliah, beliau merangkap menjadi orang tua bagi kami sekaligus yang mengurus urusan kuliah.
Beliau pun mengizinkan kami untuk berbuka seraya berpesan agar apabila kami selesai berbuka untuk cepat kembali lagi ke masjid.
Akhirnya Kami pergi ke dapur kuliah untuk menyantap jatah nasi + lauk yg asalnya jatah ini untuk dimakan pada siang hari, akan tetapi berhubung kami berpuasa maka kami menyimpannya untuk berbuka puasa.
Setiba di dapur ternyata kami dapati jatah nasi + lauk kami yang telah kami simpan hanya tersisa nasinya saja tanpa lauk.
Maka aku berkata kepada temanku, " Gus, (sebutan putra kyai di daerah Jawa) kita makan nanti aja deh sekalian makan malam. Toh bentar lagi kan masuk waktu isya' dan setelah isya' makan malam akan siap."
Dia menjawab setelah berfikir sejenak: "iya deh." Kawan, disini bukan berarti kami tidak mau makan nasi putih saja atau tirakat. Memang benar setelah isya' kamipun akan makan malam.
Akhirnya Kami kembali ke masjid. Akan tetapi, temen ku ini agak terlambat masuk masjid karena dia sedang mengecek air di tandon.
Eh, disaat temenku ingin kembali ke masjid ia bertemu dg dosen yg tadi telah mengizinkan kami untuk berbuka puasa.
Beliau pun bertanya, " Gimana, Apakah Kamu sudah berbuka?"
Temanku menjawab, " Belum Syekh". (kami menyebut dosen di tempat kami kuliah dg panggilan 'Syekh').
Terlihat dari wajahnya Dosen kami heran lantas beliau bertanya, " kok belum?" Temanku menjawab dg rasa malu sekali, "lauknya habis Syekh."
Seketika dosenku ini diam kemudian menyerahkan putranya yang masih kecil agar dia bawa masuk ke masjid. ( Hal ini termasuk kebiasaan orang orang Arab atau para ulama' yaitu membawa anak anaknya ke majlis-majlis orang Sholeh atau majlis dzikir).
Akhirnya temanku ini masuk ke masjid bersama putra beliau yg masih kecil itu.
Setelah isya' acara di kuliah adalah pembacaan qasidah Burdah karangan imam Al Bushiri. Temanku duduk di barisan belakang bersama putra dosen kami tadi.
Tak lama kemudian, datang lah dosen kami tadi seraya memanggil temanku tadi dengan isyarat.
Awalnya temanku ini tidak faham dg isyarat tersebut, hingga akhirnya dia datangi beliau.Ternyata temanku ini diajak beliau berjalan menuju ke apartemen tempat beliau tinggal yang tak jauh dari asrama kami.
Sampai disana beliau masuk ke dalam apartemen dan menyuruh temanku untuk menunggu sebentar.
Tak lama kemudian, beliau keluar dengan membawa 2 wadah yang berisi kue tart dan makanan ringan lantas memberikannya kepada temanku. Temanku menerimanya dengan perasaan malu sekali.
Bagaimana tidak? Beliaulah yang telah mengizinkan kami untuk berbuka puasa. Kemudian ketika beliau tahu bahwa kami belum berbuka puasa beliau mengingatnya. Malahan, beliau sendiri yang memberikan makanan agar kami berbuka puasa. Padahal kurang beberapa menit lagi jam makan malam akan tiba.
Dari sini kami tahu betapa besarnya perhatian seorang guru kepada muridnya serta kepedulian beliau bak seorang ayah kepada putranya.
Kami juga belajar dari peristiwa yang mulia ini bahwa bukanlah sebuah halangan bagi seorang dosen atau guru untuk melakukan hal yg baik seperti; berbagi makanan kepada muridnya.
Terima kasih guru. Sungguh dari sini kamu tahu bahwa engkaulah suri tauladan kami.
Semoga Allah SWT senantiasa menjagamu dan keluargamu serta melancarkan rizkimu. Aamiin
Cerita ini terjadi pada bulan Sya'ban 1440 H. Di Imam Shafie College. Mukalla - Yaman.
Guruku : Syekh Dr. Abdullah bin Abu bakar bilfaqih.
Ditulis di Mukalla, 9 Syawwal 1440H
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Cinta Mukalla
Short StorySeorang dosen yang merangkap menjadi ayah bagi murid-muridnya. __________ Jangan lupa votenya ya..!