"Assalamualaikum. Rafaila...” salam Alisya yang langsung duduk di kursinya.
“Waalaikumus Saalam. Tumben agak siang datangnya?” tanya Kaila seraya mengalihkan perhatiannya dari novel.
Raut kekesalan terlihat jelas, “iya nih, Doni emang rese. Pake segala telat jemput.”
“Alhamdulillah, kalau gitu... Kalau perlu, setiap hari sampai kalian bertengker deh terus...”
“STOP! Jahat banget, Raf.” Wajah memelas Alisya malah membuat Kaila terkekeh. “Baru tahu ya, kalau Kaila jahat.” balasnya pongah. Padahal niat Kaila baik, hanya saja caranya terbilang ekstrim. Tidak ada sama sekali niatan untuk menyakiti perasaan sahabatnya, justru Kaila mau Alisya selalu bahagia. Bagi Kaila, Alisya adalah sahabat terbaiknya. Dan bagi, Alisya—tanpa Kaila ketahui—Kaila adalah sosok sahabat yang tidak akan Alisya tinggalkan kecuali maut memisahkan. Selama ini, Kaila dan keluarganya selalu ada untuknya. Permasalahan di dalam keluarga Alisya, membuat Kaila selalu menganggapnya sebagai sahabat tahan banting. Membuat Alisya merasa tidak dikasihani, karena Alisya benci itu dan Kaila tahu itu.
“Selesai kelas, mau jenguk Nova kan?” Nova adalah teman sekelas mereka, tidak terlalu dekat hanya saja pernah satu kelompok dengan Nova. Bahkan mereka bertemu mamanya saat kerja kelompok. Nova memiliki wajah cantik keturunan Arab, penghapal Al-Quran sama seperti mereka—ya, Alisya pun penghapal Al-Quran. Kalau kata Kaila, “Nova itu kayak bidadari nyasar ke bumi, terus mendapat tugas buat membasmi orang yang pacaran.” Intinya; Nova sosok yang baik, murah senyum, peduli pada sesama, dan selalu mengutamakan kebahagiaan orang lain. Mengapa demikian? Karena Kaila dan Alisya langsung mengetahuinya saat mereka bertemu, mengobrol sebentar. Kalau kata Alisya, “percaya deh, lelaki mana yang nggak akan terpesona sama dia.” Tidak berlebihan, karena memang itu faktanya.
Sayangnya, Nova harus masuk ke rumah sakit karena kanker darah. Walau masih stadium satu, tetap saja mereka berdua tidak mau kehilangan Nova. Dan keluarga Nova serta para dokter sedang berusaha untuk kesembuhan Nova, terlebih diri Nova yang pastinya membutuhkan semangat.
Kaila mengangguk, “oke.”
Sesuai janji, keduanya sudah berada di rumah sakit yang ternyata tempat kerja abinya.
“Ini sih, bisa ada yang nebeng sama Abi.” ujar Alisya menoleh ke belakang, di mana Kaila berada dengan air muka marah. Siapa yang tidak marah? Ternyata Doni, sang pacar Alisya yang mengantar mereka ke rumah sakit. Menyebalkan.
“Nggak akan! Nanti yang ada kalian malah puas bermaksiat.” cibir Kaila yang langsung keluar dari mobil.
“Benar-benar kayak Ibu tiri, deh,” decak Doni. Alisya hanya menanggapi dengan kekehan kecil, sudah biasa Kaila bersikap ketus pada Doni.
Setelah mendapatkan nomor kamar inap Nova, ketiganya berjalan menunggu lift.
“Heh, jangan pegang-pegang!” tegas Kaila saat Doni diam-diam ingin memegang telapak tangan Alisya.
“Iihhh.... Kayak Ibu tiri,” ledek Doni menjadi-jadi.
“Kamu lupa apa! Kalau Kaila sabuk hitam taekwondo?” Kaila menyombongkan dirinya, baru kali itu—hanya pada Doni saja. “Oh tentu saja nggak lupa, Nona. Karena lo pernah tonjok muka gue yang ganteng di tempat umum, cuma karena–“
“WOW! Ternyata kamu nggak lupa, ya,” potong Alisya seraya tertawa.
Doni memelas, “mana bisa lupa. Kaila benar-benar bar-bar deh, dia tonjok aku, Sya. Cuma karena aku mau suapin kamu, Ya Allah...” Tampak Doni frustasi, seakan-akan imejnya telah hilang dalam sekejap hanya karena perbuatan Kaila.
“Bagus deh, kalau kamu belum lupa.” ucap Kaila pongah.
Doni menoleh pada Alisya, “boleh kan aku balas Kaila.” Alisya spontan melotot. “Nggak! Lagian, kamu cowok kan...” Doni tidak bisa menolak perintah dari cewek yang dia cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halal
RomanceKaila Anandia Rafaila sedang di hadapkan pada dua pilihan: 1. Bila bertahan, semua akan merasakan sakit terlebih dirinya. 2. Bila melepaskan, semua akan menjadi rumit terlebih hatinya. Berawal dari keinginan memiliki kekasih halal, berujung pada kes...