8 (flashback)

48 8 2
                                    


"Eh? Benarkah? Wonwoo kau yang benar?" Yeseul mengernyitkan dahi.

"Aku benar, kan, Kwon Soonyoung-ssi?" Wonwoo mendesak Soonyoung dengan senyum miring dan tatapan tajamnya. 

Yang didesak hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya kau benar," bukan Soonyoung, tapi Sejeong. Gadis itu memang sejak tadi terlihat ingin sekali mengatakan sesuatu. 

"Soonyoung menyukai Yeseul. Kwon Soonyoung menyukai Choi Yeseul. Oh aku benar-benar ingin mengatakan ini sejak minggu lalu," ujar Sejeong dengan penuh penekanan. Perasaannya lega setelah berhasil mengatakannya.

"YA! KIM SEJEONG PENGKHIANAT!" Soonyoung berniat menjambak rambut Sejeong, namun Sejeong sudah berlari keluar kelas dengan tawa puasnya.

Wonwoo lalu berdiri, "yah, aku aku juga akan keluar,"

"Kemana?!" Yeseul juga akan berdiri, namun kepalanya ditahan oleh Wonwoo.

"Toilet. Kenapa? Mau ikut?" 

Yeseul buru-buru menggeleng, lalu kembali membuka bukunya.

Soonyoung duduk di kursi Wonwoo. Ia menghela nafas, "hmm, mianhae suasananya jadi canggung,"

"Tidak, mereka memang kelewatan kalau bercanda," timpal Yeseul tidak peduli.

"Tapi mereka memang benar, aku menyukaimu," 

Deg.

Yeseul tiba-tiba ingin mengumpat pada Jeon Wonwoo yang meninggalkannya, pada Sejeong yang ikut campur, dan pada waktu yang berjalan terlalu lambat. Ia tidak pernah berada di situasi seperti ini. Ini terlalu tiba-tiba baginya.

Ia biasa mendengar pernyataan semacam itu dari penggemar, tapi itu sebagai Alice. Namun di sekolah, ia hanyalah seorang Choi Yeseul yang acak-acakan. Seakan mereka dua jiwa berbeda yang hidup dalam satu tubuh.

"Kau... Tidak mau keluar? Sepertinya diluar menyenangkan?"

Tidak mendapat respon, Soonyoung berdiri dan menutup paksa buku yang dibaca Yeseul. Mungkin jika Yeseul terlambat menjauhkan tangannya, jari-jarinya bisa terjepit.

"Ya!" seru Yeseul tidak terima.

"Ayolah, kau tidak bosan? Kurasa kau juga cukup lelah latihan setiap hari. Bukankah kau kemarin juga menghadiri event? Padahal seminggu ini nyaris tidak ada kelas. Kalau ada waktu untuk istirahat, kenapa tidak? Kau seharusnya-"

"Cerewet," potong Yeseul. 

"Mworago?"

"Kubilang, kau cerewet," Yeseul berdiri dan mendorong Soonyoung dengan jari telunjuknya. "Wonwoo bilang aku cerewet, tapi sepertinya kau lebih."

Hanya butuh sedikit waktu bagi Yeseul untuk menghilangkan rasa canggungnya terhadap orang baru. Dan ketika berhasil, ia bisa mengatakan apa saja tanpa takut.

"Astaga kau menyebalkan juga ya, Rasanya tidak percaya kalau kau adalah Alice yang manis,"

"Penggemarku saja percaya, itu yang mereka sebut duality," 

Yeseul berjalan melewati Soonyoung yang masih melongo. Ketika ia sudah sampai di ambang pintu, ia berbalik.

"Sampai kapan mau disana? Tadi kau mengajakku keluar kan? Sepertinya mengacau persiapan festival seru juga," 

Soonyoung menyusul Yeseul yang sudah berjalan menyusuri koridor lantai dua menuju tangga.

Gadis di depannya itu membuatnya penasaran, terlebih sifatnya yang sama sekali tidak bisa ditebak.

 Ia berpikir mungkin salah menganggap Yeseul sama seperti kebanyakan perempuan yang mungkin akan tersipu malu jika mendapat pernyataan cinta seperti itu. Walau hanya sebatas kata, tanpa hal romantis.

Atau ia yang tidak menarik? Oh tidak. Lelaki bermata sipit ini sangat yakin dengan ketampanannya.

Dari persentase satu sampai seratus, keyakinannya seratus persen. Ditambah keyakinan kalau Yeseul balik menyukainya. Soonyoung memang terlampau percaya diri, tapi itu justru membuatnya lebih dekat dengan Yeseul.

Gadis berambut ash blonde itu suka sekali mematahkan kebanggaan seseorang. Suka sekali membantah, dan membuat orang kesal. 

Kebalikan dengan Soonyoung yang terlalu percaya diri dan tidak suka dibantah. 

Semakin sering bertengkar, semakin akrab. Kalimat itu mungkin benar-benar menggambarkan keadaan mereka. 

Buktinya saat perkemahan saat libur musim panas, saat dimana hubungan mereka dimulai. 

"Yeseul-ah aku mencintaimu!" Soonyoung membentuk tangannya menjadi simbol hati di depan api unggun.

"Aku, membencimu." 

"Tapi aku mencin-"

"-cang mu? Kau mau mencincangku? Psikopat!"

"Jadilah kekasihku, tidak ada penolakan~"

"Siapa bilang ada penolakan? Disini hanya ada aku, kau, Sejeong dan Wonwoo,"

"Kalian ini mau membuat drama komedi?" Wonwoo menginterupsi. 

"Aih kenapa tidak romantis?!" protes Sejeong melempar segenggam popcorn pada Soonyoung.

"Dan kau," Wonwoo menunjuk Sejeong yang duduk di sebelahnya, "kalau ingin melihat adegan romantis pulang saja dan tonton televisimu,"

Sejeong memanyunkan bibirnya kesal.

"Baiklah lupakan saja, aku sudah men-setting kameranya, mari ambil foto untuk kenangan, lalu tidur,"

"Kau mau tidur? Membosankan, kami bertiga akan bersenang-senang tanpamu," timpal Yeseul. 

Wonwoo mendengus, lalu menyalakan timer.

Bip

Bip

Bip

Cekrek.

Memory (Kwon Soonyoung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang