Matahari telah terbenam sejak tadi, namun sekumpulan anak remaja ini masih berkumpul di halaman rumah. Mereka terlihat sangat bahagia, tepat hari ini adalah hari kelulusannya. Atas kerja keras mereka, mereka berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan.
"Gilakk, ga nyangka gw bisa dapet nilai Bagus giniii!" ujar salah satu anak, Peterly Trickson atau sering dipanggil Petrik
"Bener bat astaga. Gw jg ga nyangka nilai kita bisa cakep gini" timpal temannya, Devan
"Kita harus sungkem dulu sama dia nih" tambah Devan sambil melirik ke gadis yang tengah membakar sosis, Airin Agretta.
Nyatanya dia termuda diantara teman-temannya. Namun jangan salah! Dia yang terpintar dari yg lain. Teman-temannya juga pintar kok, tapi dia berada satu atau dua tingkat diatas yg lain. Yg merasa dilirik pun terkekeh canggung.
"Apa sih blub, itu kan hasil kerja keras kalian. Bukan gw yg bikin nilai kalian bagus, tapi kalian sendiri. Gw kan cuma bantu bantu dikit aja. Selebihnya kalian belajar sendiri. Jangan gitu ah!" Airin yg terlalu dipuji merasa tidak enak, karna memang benar apa yg dia katakan. Dia hanya membantu temannya jika ada materi yg belum mereka pahami.
"Woohhh! Rendah hati sekali adek kita ini" Darren yang sedari tadi diam ikut angkat bicara.
"Hahahahahaaa... Ada ada aja kalian" jawab Airin sembari tertawa. Yg lain pun ikut tertawa. Aahhh~ Indah sekali persahabatan mereka.
Aahhh iya. Mereka, Airin, Petrik, Jian, Devan, dan Darren telah bersahabat sejak awal bangku SMP. Sebenarnya tidak semua, Airin dan Devan telah bersahabat lebih awal. Dengan adanya insiden menunggu jemputan saat mereka berada di tingkat SD. Saat itu Airin belum dijemput, begitupun dengan Devan. Karena mereka beda kelas, jadinya mereka tidak saling mengenal. Selang beberapa saat, ayah Devan datang menjemput. Karena Devan merasa kasihan, akhirnya ia dan ayahnya menunggu Airin hingga dijemput. Sebenarnya ayah Devan ingin mengantar Airin pulang, namun gadis kecil itu menolak. Setelah beberapa menit menunggu akhirnya ibu Airin menjemput. Dan, ya kalian pasti tahu kelanjutannya.
Dibangku SMP, Airin dan Devan berada di sekolah yang sama, tapi tidak dengan kelas. Airin di kelas 7F, sedangkan Devan berada di kelas 7C. Airin yang memang anaknya agak pemalu itu susah untuk berinteraksi dengan yang lain. Saat ia masih berdiri diujung pintu, seorang anak mengajaknya untuk duduk bersebelahan. Dia Petrik. Mereka pun semakin dekat. Walau sifat mereka berlawanan, seperti Airin yang lebih suka diam namun Petrik lebih suka banyak bicara. Yaa... Begitu lah. Walaupun sifat mereka berbeda, namun mereka merasa cocok satu sama lain. Tak jauh beda dengan Airin, Devan duduk sebangku dengan Darren. Awalnya mereka terlihat tidak akrab. Darren yang merasa tidak nyaman bersebelahan dengan Devan. Hey, bagaimana bisa nyaman? Saat pertemuan pertama saja Devan sudah SKSD ke Darren. Seenaknya menyomot makanan yang sedang dimakan Darren. Namun seminggu kemudian mereka terlihat akrab. Dan- ohhh.. Ada yang terlupakan, Jian. Jian sebenarnya anaknya pendiam, sehingga tak ada yang ingin berteman dengannya. Selain pendiam, dia anaknya sangat err- judes? Ya, memang kenyataannya begitu. Dia jarang berbicara, namun sekalinya berbicara akan membuat kalian terdiam karna kalimat pedasnya.
Jadi, bagaimana bisa Jian bersahabat dengan Airin? Padahal awalnya Airin juga tidak menyukai Jian. Hey! Bagaimana menyukainya, awal pertemuan mereka Airin dikatai alay! Hanya karna Airin yang merengek akibat minumannya yang tumpah. Jelas sekali ia langsung tidak suka dengan Jian. Mereka memutuskan untuk bersahabat karena mereka sama sama KPOP! Mereka berdua mempunyai bias yang sama. Dan, ya sempat terjadi 'perebutan' bias. Biasa lah, fangirl pasti begitu kan? Namun akhirnya mereka merasa cocok dan jadilah mereka bersahabat.
Airin Agretta
Sebastian Sachdev
Peterly Trickson
Darren Anderson
Dan
Jianne NatusyaOke, kembali lagi ke topik. Mereka masih di halaman rumah Airin. Barbeque-an, buat rayain kelulusan kalau kata Darren.
"Oh iya, lu jadi nyusul abang lu di SMA Garuda Pancasila, Rin?" tanya Jian yang sedari tadi hanya menyimak.
Jgn ketawain aku plis😭"Hmmm.. Blm tau gw. Sebenernya pengen sih, tp gw gasiap kalau jauh dari Mama Papa. Kasian juga kalau gw sekolah diluar kota. Kan abang udh diluar kota. Tp gw belum tau sih"
Fyi, Airin memang anak kedua dari dua bersaudara. Dia hanya selisih dua tahun. Kakaknya, Arka berhasil masuk ke sekolah favorit di Ibu Kota ini. Yahh, tentunya dengan nilai Airin sekarang dia bisa mengikuti jejak si kakak. Ia ingin masuk disekolah yang sama, namun masih bimbang dan belum berhasil menentukan pilihannya."Kalo kata gw mah, mending coba aja lu bicarain sama ortu lu. Tapi sayang kalau lu ga sekolah di SMA Garuda Pancasila. Kan banyak pertukaran pelajar juga. Lu kan pinter nih, cerdas, siapa tau kan ya lu bisa pertukaran pelajar ke Korea. Biar ketemu oppa lu noh!" Timpal devan. Tapi memang benar disana banyak pertukaran pelajar.
"Iya, bener Rin! Kalau lu ke Korea trs ketemu sama oppa, gw nitip tanda tangan diaaaa" tambah Jian dengan mata berbinar. Nah kan, kalau sudah bahas oppa ya gini.
"Hmmm... Iya juga sih. Nanti gw bicarain dulu deh! Makasih temen temen, gw sayang kaliann" Airin tersenyum lantas memeluk sahabatnya itu. Yang lain ikut tersenyum setelah mendengar ucapan Airin.
"Kita juga sayang sama lu, Rin!" jawab mereka serentak.
---♡---
"Pagi, Ma Pa" sapa Airin lalu mengecup bergantian pipi kedua orang tuanya itu.
"Pagi juga sayang" sapa balik Papa Airin sambil tersenyum.
"Makan dulu yuk" tawar Mama Airin.
Airin mengangguk, menarik kursi lalu duduk didepan kedua orang tuanya itu. Matanya berbinar saat melihat makanan kesukaannya, ayam goreng.
"Wuaahhh! Ayaaammm" sorak Airin sambil bertepuk tangan. Kedua orang tuanya lantas terkekeh karna kelakuan si bungsu ini.
"Yaudah, ayok makan dulu" tengahnya.
Setelah selesai sarapan, keluarga kecil itu terlihat tengah berbincang di ruang keluarga.
"Oh iya dek, kamu mau lanjut di mana?" Mama yang tadinya bercanda, sekarang membahas hal yang lebih serius.
"Ummm.. Maa Paa, adek pengen nyusul abang sekolah di Jakarta. Tapi adek masih bimbang. Disatu sisi adek pengen banget sekolah disana, tapi disisi lain adek gamau pisah akan Mama Papa" jawab Airin sambil menunduk memainkan jarinya.
"Hmm.. Adek mau nyusul abang? Papa sama Mama bakal dukung kamu apapun pilihan kamu. Nanti Papa sama Mama akan sering jengukin adek sama abang. Pokoknya Papa selalu dukung apapun pilihan kamu, begitu jg mama, iya kan ma? Lagipula itu demi kebaikan kamu kan dek. Itu jalan kamu buat raih cita cita. Jangan kecewain Papa Mama oke?" ujar Papa sembari mengusap kepala Airin.
"Iya nak. Bener kata papa kamu. Kita akan dukung kamu terus. Apapun keputusan adek, pasti itu yg terbaik biat adek" tambah mama sambil tersenyum menatap anak bungsunya ini. Airin yang tadinya terduntuk, menatap kedua orang tuanya dengan wajah sumringah.
"Beneran, Ma Pa?? Adek boleh nyusul abang???" tanya Airin dengan semangat
"Iya bener. Tapi adek harus janji sama Papa Mama, kalau adek akan belajar giat disana. Jangan kecewain Papa sama Mama ya?" jawab Papa sambil tersenyum.
"AY AY CAPTAIN! ADEK JANJI, ADEK GABAKAL KECEWAIN KALIAN!" seru Airin semangat.
---♡---
"Jadi..... Gimana?"
Gimana apanya nih?
Vomentnya sahabat♡

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceHanya kisah persahabatan dan ditambah dengan bubuk bubuk cinta. Bahasa campuran ya:') Semoga suka!