1

48 12 3
                                    

Happy reading❤

Ana terbangun dari tidurnya,jam menunnjukan pukul 5 pagi. Ana segera mandi dan bersiap siap memakai seragam sekolahnya.

Hari ini adalah hari pertama ana masuk sekolah. Ana berdoa agar ia tak mengalami nasib buruk, seperti saat ia masih SMP. Ia hanya memiliki satu teman,yaitu
Riska.

Setelah selesai bersiap siap ana langsung melangkah menuju dapur menemui mamanya,sekaligus sarapan pagi. Saat menuju dapur ana melihat adiknya yang terduduk lesu sambil memainkan ponselnya, ia sama sekali belum mandi,padahal jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh.

" Loh..belum siap siap dek? Ntar telat loh" ucap ana

" bukan urusan lo" ketus ferdy,ia langsung pergi meninggalkan ana menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras sampai menimbulkan bunyi yang nyaring.

Ana sudah kebal dengan perlakuan yang ia dapat dari adiknya,ia hanya tersenyum dan kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur.

Ia melihat mamanya sedang membuat kue,untuk ia jual nantinya. Terlihat sarapan sudah tertata rapi di meja makan, papanya pun sudah duduk di meja makan sambil memainkan ponselnya.

Ana menghampiri mamanya,berniat untuk membantu

" mau ana bantuin ma?" tanya ana sambil tersenyum hangat.

" Gak perlu, mama bisa sendiri" ketus ambar,mama ana.

Ana hanya diam dan menuruti perkataan mamanya, lalu ia menghampiri papanya di meja makan.

" Papa tumben jam segini belum berangkat ke kantor" tanya ana lembut.

Papanya yang semula sibuk dengan ponselnya,akhirnya menatap ana, papanya menatap dengan tatapan tak suka pada ana.

" kamu ini pagi pagi sudah cerewet, bikin mood papa turun saja" ucap reynand, ayah ana. Dengan wajah kesal karena kegiatannya diganggu oleh ana,reynand meninggalkan meja makan,dan berlalu menuju kamarnya. Rasanya ia benar benar tidak ingin diganggu sekarang.

' kenapa? Apa aku salah..sebenci itukah mereka?' batin ana.

Tiba tiba ambar datang menghampiri ana

" Kamu itu bukannya bikin seneng orang tua,malah bikin mood papa kamu ilang" ucap ambar dengan nada tak enak.

" maafin ana ma kalo ana selalu nyusahin kalian selama ini" ucap ana.

" Emang nyusahin,kalo bukan permintaan omah kamu,mungkin kami gak mau ngerawat kamu" tegas ambar

Ucapan itu membuat hati ana tertohok meskipun sudah sering mendengar perkataan seperti ini,namun kata kata itu mampu membuat hatinya hancur.

Ya, ana hanya manusia biasa. Siapa yang tidak sakit mendengar perkataan tadi, apa lagi kata kata itu keluar dari mamanya sendiri.

Mata ana mulai memanas,ia mengepalkan tangannya menahan sekuat tenaga,agar air matanya tidak jatuh.

" maafin ana ma..ana janji gak bakalan nyusahin mama sama papa lagi" ucap ana,menahan untuk tidak terisak.

" bagus lah kalo gitu, cepet abisin makanan kamu,terus cepet berangkat,mama gak pengin liat kamu lama lama"

ana melanjutkan makannya dan menatap makannya dengan tatapan sendu

****

Kicauan burung terdengar sangat merdu, diiringi dengan semilir angin yang menerpa lembut wajah ana.

Ana melangkahkan kakinya menuju sekolah barunya.

Gemetar,cemas.

Itulah yang ana rasakan,ia takut jika disekolah barunya ini ia akan mengalami nasib kelam seperti dulu

" hai" sapa seorang perempuan seumuran ana,ia mengulurkan tangannya. Sesosok gadis berparas cantik,rambut bergelombang dan senyum yang terus terukir di bibirnya.
Ana menatapnya,ia ragu untuk menerima uluran tangan perempuan itu.

" Jangan ragu, gue gak gigit kok" ucap perempuan itu

" eh iya" ana meraih tangan tersebut sambil tersenyum canggung

Tanpa ana duga perempuan itu menamparnya dengan keras,lalu memperhatikan ana dari atas sampai bawah

"hahahah...." perempuan itu tertawa melihat ana kesakitan

" rasain, orang kayak lo itu gak pantes buat sekolah disini" ucapnya sambil mencengkram baju ana,dan membuat baju ana lusuh.

" cewek jelek kaya lo pantesnya sekolah dipinggir jalan" ucapnya lagi

" Kalo lo berani ngadu ke guru tentang kejadian ini,gue pastiin lo akan mati ditangan gue" ucap perempuan yang bername tag bella itu.

Selang beberapa menit ada 2 orang perempuan datang dan menyeret ana dengan paksa sampai tangan ana tergores dan mengeluarkan darah segar,mereka membawa ana ke toilet, suasana sekolah yang masih sepi membuat mereka bisa berbuat seenaknya.

Bela tersenyum senang melihat ana kesakitan.ia mengambil pisau kecil di tasnya.dan memainkannya ditangan ana,ia menggoreskan pisau itu. Meninggalkan bekas luka yang dihiasi darah segar.

Ana menangis,ia tak bisa bergerak karna ditahan oleh dua teman bela.

" Cukup, apa salah aku bel" tanya ana

" Salah kamu?" tanya bela

" salah kamu adalah kenapa kamu lahir didunia ini,cewek jelek kaya kamu gak pantes ada didunia ini" lanjut bela sambil terus menggoreskan tangan ana,dan menyiramnya dengan air. Membuat ana semakin tersiksa.

Setelah puas mereka pergi meninggalkan ana. Ana hanya bisa menangis menerima takdirnya.

Suram.

Kata itu yang bisa menggambarkan kehidupannya.

Bersambung....

Maaf kalo masih banyak typo,tolong tandain ya😄

Jangan lupa vote sama komen ya😍

See you a next part guys❤

anathasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang