Dua

649 138 6
                                    

"Aduh pengantin baru jam segini sudah ngelamun aja." Tahu- tahu Dian nongol di ruangannya. Lelaki berusia 27 tahun itu memainkan alisnya yang lebat dan hampir menyatu di glabella nya, kemudian duduk di muka meja kerja Fajar.

Fajar berdecak. "Ngapain kamu keluyuran jam segini? Udah kelar kerjaan?"

"Udah dong," Dian mendongakkan dagunya. "Eh, pak bos lagi bad mood apa gimana? Nikahan kan udah lewat dua minggu yang lalu. Gimana rasanya belah duren untuk kedua kalinya dengan yang baru?" lagi- lagi laki- laki itu menaik- naikkan alisnya, kerlingannya dangdut. "Asyik  dong pastinya!" Lelaki itu mengedip- ngedipkan matanya.

"Hebat ini mas Fajar. Nikah sudah dua kali. Lha aku lho mas, sekali saja belum kok. Jangankan sekali, Mas. Baru mau nembak saja ceweknya sudah ngibrit duluan!" cerocos lelaki yang menjabat sebagai junior arsitek itu dengan mulut mencong- mencong.

Fajar hanya menggeleng tak habis pikir dengan kelakuan absurd lelaki yang sedang menerima asignment dalam rangka promosi.

Fajar tetap berdiri di tempat setelah Dian keluar dari ruangannya. Pikirannya lari ke rumahnya. Tadi dia sudah menghubungi Iin untuk menanyakan keadaan putrinya. Sungguh Fajar tak mengira bahwa Ziva akan cocok dengan ibu barunya.

Meskipun Rissa adalah tante Ziva, namun selama ini perempuan yang kini menyandang status sebagai istrinya itu tidak tinggal di Jakarta. Rissa tinggal di Yogyakarta setelah lulus SMA karena diterima di fakultas psikologi di kota tersebut. Jadi praktis dia hanya bertemu Ziva ketika lebaran, itupun hanya sebentar saja karena Ziva memang tinggal  ikut Fajar di rumah ibunya  di kawasan Kebagusan.

"Kalo ibu nggak keluar kamar, Pak. Selesai nemenin adek mandi sama makan sore tadi beliau masuk kamar." Masih terngiang laporan Iin beberapa saat yang lalu.

Ziara Nurissa Ahyari. Perempuan itu memang sangat berbeda dari sang kakak, Zaskia Nurizza Ahyari yang meninggalkan Fajar empat tahun yang lalu, dua tahun setelah melahirkan Ziva ke dunia. Dan dalam kondisi sedang mengandung anak kedua mereka.

Hingga saat ini, Fajar masih sangat trauma, mendapati istrinya pada suatu pagi terbangun dengan sesak napas. Ketika Fajar memburu untuk membawanya ke rumah sakit, Izza tetap tidak tertolong. Perempuan itu pergi bersama janin yang masih berusia enam bulan dalam kandungan.

Jujur saja, meskipun empat tahun sudah berlalu, banyak kenangan bersama mendiang istrinya masih berkelebatan dalam ingatan. Sesosok perempuan yang cantik dan kalem. Bisa dibilang Fajar sangat beruntung mendapatkan Izza yang usianya hanya dua tahun lebih tua dari Rissa.

Meskipun pernikahan itu juga hasil dari perjodohan. Padahal saat itu usia Fajar baru menginjak 25  tahun. Pernikahan bukanlah sesuatu yang ada dalam benaknya saat itu. Ia masih  fokus meniti karirnya sebagai arsitek. Banyak hal yang ingin diraih dan dicapainya selagi masih membujang.

Namun ayahnya menyodorkan foto dua gadis di hadapannya. Dan akhirnya ia menikahi Izza enam bulan kemudian. Mereka cukup bisa cepat beradaptasi karena Izza merupakan sosok yang positif dan sabar menghadapi sikap Fajar yang pendiam. Sangat berbeda dengan Rissa yang pria itu rasa cenderung cuek.

Dulu, meskipun pernikahan itu adalah hasil perjodohan orangtua mereka karena pihak keluarga Ahyari dan Randaru memang bekerjasama, namun Fajar pada akhirnya tak kesulitan menyesuaikan diri.

Segalanya terjadi begitu saja. Pernikahan yang berjalan lancar, malam pertama yang tanpa kendala, hingga tahun kedua pernikahan itu Izza telah hamil putri pertama mereka. Semua itu terjadi seolah sudah seharusnya terjadi. Seolah itulah yang pasti terjadi. Empat tahun dia jalani bersama dengan Izza dengan suka duka. Perlahan rasa kasih itu muncul. Perasaan lengkap. Terpenuhi.

Hatiku MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang