Ada satu hal yang Baekhyun sadari setelah beberapa hari ini keluar masuk kamar rawat inap milik Park Chanyeol. Yaitu tidak ada satupun anggota keluarganya yang berjaga, ataupun sekedar tamu yang datang untuk menjenguk.Kamar VVIP yang luas dan bagus itu tampak dingin setiap Baekhyun memasukinya. Hanya Park Chanyeol seorang diri yang selalu terlihat menyibukkan diri dengan Laptop di atas pangkuannya. Raut wajahnya selalu tampak serius dengan kening berkerut, namun otomatis berubah cerah begitu Baekhyun berjalan masuk.
"Selamat pagi, Tuan Park." Sapa Baekhyun, mencoba bersikap ramah.
"Pagi.. wah, kau menggerai rambutmu? Sangat cantik."
"Biasanya tidak Cantik?" Tanya Baekhyun sambil meletakkan peralatan yang di bawanya ke atas meja.
"Biasanya cantik 100%. Sekarang bertambah jadi 1000%."
Baekhyun menahan senyum mendengar kekonyolan pasien istimewanya tersebut.
Tolong jangan salah faham. Yang dimaksud istimewa disini, karena Park Chanyeol membayar mahal disertai sedikit ancaman untuk mendapatkan perawatan darinya. Baekhyun tidak bisa melakukan apa-apa karena dia bukan pemilik rumah sakit ini.
Setelah melakukan pemeriksaan tanpa perlawanan dari sang Pasien, Baekhyun merapihkan kembali peralatannya. "Besok anda sudah bisa pulang, Tuan Park."
Baekhyun menyadari raut kecewa yang terang-terangan Chanyeol tunjukkan. "Tidak bisakah aku tinggal beberapa hari lagi?"
Baekhyun menatap Chanyeol geli. Meruntuhkan sikap formalnya, Baekhyun memang jauh lebih bersahabat akhir-akhirn ini. Lebih tepatnya, mencoba untuk terbiasa dengan kelakuan unik Chanyeol. "Kau harus pulang. Ini bukan Hotel.. lagipula, tidak ada seorangpun yang ingin berlama-lama dirawat di Rumah sakit. Kau harus bersyukur memiliki tubuh yang kuat sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk pulih."
Kepala lelaki di depannya menggeleng pelan. "Bukan karena tubuhku, sehingga aku cepat pulih."
Baekhyun mengangkat sebelah alisnya. "Lalu?"
Chanyeol tersenyum tipis. "Itu karena kau datang kemari tiga kali sehari. Seperti obat."
Baekhyun mengerjap. "Ya, tentu saja. Aku datang bersama obat yang selalu kau minum setiap hari."
"Ah, rayuanku tidak berhasil lagi?" Chanyeol membuat wajah terluka yang palsu.
"Oh, tentang itu.." Baekhyun melipat tangannya di dada. "Bisakah kau berhenti mengirim bunga ke ruanganku?"
"Kenapa? Bukankah wanita suka bunga?" Tanya Chanyeol kemudian.
"Aku suka bunga. Tapi jika sebanyak itu, aku bingung harus menyimpannya dimana. Jadi tolong hentikan."
Chanyeol mengangkat bahu. "Oke."
Baekhyun tersenyum dan mengambil peralatan yang sebelumnya dia bawa. Bersiap untuk pergi.
"Bagaimana dengan Eskrim?"
'Ayo, aku belikan Eskrim.'
Deg
Baekhyun membeku.
Ada apa ini?
Chanlie..
"Dokter Byun?"
Baekhyun tersentak.
"O-oh, ya? Kau bilang.. Eskrim?"Chanyeol tersenyum. "Ya, aku bertanya apa kau suka Eskrim?"
Baekhyun mengerjap. Jemarinya menggenggam benda di tangannya erat-erat. "Aku tidak suka Eskrim." Jawabnya. "Maaf, aku harus pergi sekarang." Baekhyun melangkahkan kakinya cepat ke arah pintu, kemudian keluar. Meninggalkan Chanyeol seorang diri dengan senyum yang perlahan memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHICKSAL [CHANBAEK!!GS!!] {Slow Update}
FanfictionSepasang mata bulat itu terbuka perlahan dan menatap ke arahnya. Baekhyun menunggu dengan cemas akan respon yang di berikan pasien. Begitupun dengan orang-orang yang ada di dalam ruangan itu. "Anda bisa melihat saya?" Lelaki itu tersenyum lemah di b...