Baekhyun menatap pintu di hadapannya seolah pintu itu adalah jalan masuk yang akan mengirimnya langsung ke alam baka.Tidak. Mungkin tidak seburuk itu. Baekhyun mencoba untuk tetap berfikir positif. Menghela nafas panjang, Baekhyun mendorong masuk pintu di hadapannya.
Pemandangan pertama yang menyambutnya adalah seorang lelaki tinggi dengan pakaian pasien tengah melakukan sesuatu pada laptop di pangkuannya yang menyala. Kepalanya masih terbalut perban, sedangkan beberapa memar di wajahnya masih berwarna kebiruan. Meski begitu, anehnya tidak mengurangi ketampanan orang tersebut.
'Sangat tampan, jika tidak mengingat bagaimana kelakuannya.'
Lelaki yang semula memperhatikan laptop di pangkuannya dengan fokus itu, menoleh ke arah pintu dan tersenyum lebar begitu menemukan siapa yang baru saja masuk.
"Kau datang.."
"Aku harus datang jika ingin rumah sakit ini baik-baik saja." Sindir Baekhyun, sambil meletakkan beberapa peralatan yang di bawanya ke atas meja nakas.
Chanyeol terkekeh. "Ancamanku berhasil?"
"Ya. Selamat." Jawab Baekhyun datar. "Bisa kita melakukan pemeriksaannya sekarang, Park Chanyeol-ssi?" Tanyanya sambil menatap ke arah laptop yang ada di pangkuan Chanyeol.
"Kau terlalu buru-buru." Ujar Chanyeol, namun tetap menyingkirkan laptop di pangkuannya dan menyimpan benda tersebut ke atas meja yang ada di sisi lain tempat tidur.
"Anda seharusnya tidak bekerja terlebih dahulu jika ingin cepat sembuh." Usul Baekhyun sambil melakukan tugasnya memeriksa beberapa bagian tubuh Chanyeol.
"Aku tidak keberatan disini lebih lama."
'Aku yang sangat, sangat keberatan asal kau tahu.' batin Baekhyun. Namun memilih untuk tetap diam. Setelah mencatat tekanan darah dan suhu tubuh Chanyeol di buku catatan, Baekhyun kembali menatap lelaki di hadapannya. "Mari ganti perban yang ada di kepalamu."
Chanyeol mengangguk kecil sebagai jawaban. Untuk melakukan tugasnya yang satu ini, Mau tidak mau Baekhyun harus mendekat. Chanyeol bahkan bisa merasakan nafas Baekhyun dengan sangat jelas karena dekatnya jarak mereka. Lelaki itu tersenyum tanpa sadar. "Kau wangi."Untuk beberapa saat, Baekhyun terdiam sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia juga tidak tahu harus menjawab apa, karena itu Baekhyun hanya menutup mulutnya sampai dirinya selesai mengganti perban di kepala Chanyeol.
Tubuhnya menjauh. "Apa ada keluhan lain?"
"Kepalaku gatal. Kapan aku bisa mencuci rambutku?"
Baekhyun menganggukkan kepalanya mengerti. Pasti rasanya tidak nyaman. "Sepertinya anda harus sedikit bersabar untuk yang satu itu." Jawab Baekhyun dengan sedikit menyesal.
"Bisakah kau berhenti bicara formal denganku?"
"Ah, itu..." Ujar Baekhyun ragu.
"Panggil aku Chanyeol."
"Maaf, aku tidak bisa."
"Kau bisa. Ayo katakan 'Cha-nyeol'."
'Kau pikir aku bayi sampai harus di contohkan seperti itu?'
Baekhyun melihat jam tangannya, kemudian berpura-pura terkejut. "Aku ada jadwal operasi beberapa menit lagi. Semoga harimu menyenangkan, Park Chanyeol-ssi. Sampai jumpa."
Setelah membungkuk satu kali, Baekhyun mengambil semua barang yang di bawanya dan berjalan cepat ke arah pintu. Sedangkan Chanyeol hanya menatapnya tanpa bisa melakukan apapun di atas ranjangnya.
Setelah pintu tertutup, Chanyeol menghela nafas panjang dengan senyum tipis. "Dia tidak mengingatku."
🍑🍑🍑🍑
"Dokter Byun."
Baekhyun tersentak saat sebuah tepukan mendarat di pundaknya. "Kau mengagetkanku."
Pelaku penepukan tertawa kecil sambil menyejajarkan langkah mereka. "Maaf. Aku lihat kau dari lantai 6. Kau memiliki pasien VIP?" Tanya Taehyung.
Baekhyun mengangguk kecil. "Begitulah."
"Tumben sekali. Mungkinkah salah satu anggota keluargamu?"
"Ah, bukan." Baekhyun mengusap leher belakangnya. "Sulit di jelaskan. Tapi untuk sementara, aku yang bertanggung jawab atas Pasien ini."
Taehyung membulatkan mulutnya. "Wow. Dia pandai memilih dokter."
Baekhyun terkekeh, lalu memukul lengan Taehyung ringan. "Apa maksudmu!"
Lelaki yang lebih muda darinya itu tertawa. "Sungguh! Siapa yang tidak mau di rawat oleh dokter muda, cantik dan berpengalaman sepertimu? Aku saja rela sakit asalkan Dokter Byun yang merawatku."
"Hentikan itu! Kau berlebihan." Dengus Baekhyun.
"Ada apa ini?" Tiba-tiba saja Sehun muncul entah dari mana dan langsung merangkul Baekhyun.
"Ah, Dokter Oh. Apa kabar." Sapa Taehyung sambil membungkukkan tubuhnya sopan.
Sehun memukul pelan kepala Taehnyung menggunakan Clipboard yang di pegangnya. "Menggoda Dokter Byun lagi? Kau tidak ada kapok-kapoknya ya!"Taehyung meringis sambil mengusap kepalanya yang baru saja di pukul Sehun. Meski pelan, tetap saja menyakitkan. "Maaf. Lagipula Dokter Byun tidak keberatan mengobrol denganku. Benar kan, Dokter?"
Baekhyun hanya tertawa saja melihat perseteruan sepupu dan juga Dokter Junior yang tengah berlangsung di hadapannya.
"Bocah sepertimu tahu apa? Kencing saja belum lurus sudah merayu kesayanganku." Ejek Sehun sambil memeluk perut Baekhyun dengan sengaja. Bahkan dagunya ia letakan di atas bahu Baekhyun demi memanas-manasi Taehyung.
"Kesayangan, pantatmu. Menyingkir dariku, Oh Sehun!" Sahut Baekhyun sambil mendorong wajah Sehun menjauh hingga pelukannya pun ikut terlepas. Taehyung tertawa puas, sedangkan Baekhyun melangkah pergi. Menjauhi kedua lelaki yang bisa di pastikan akan melanjutkan perseteruan mereka tak lama lagi.
"Dokter Sih! Kan Dokter Byun jadi pergi. Aish" protes Taehyung.
"Apa? Kau berani menyalahkanku? Ingin aku kunci di kamar mayat?"
🍑🍑🍑🍑
Malam itu Baekhyun meninggalkan mobilnya di Rumah Sakit dan pulang menggunakan Bus.
Beberapa saat yang lalu, Baekhyun mendapat pesan dari sang Bibi yang mengabarkan bahwa Ibunya sudah tiba di Korea hari ini. Beliau juga memberikan Baekhyun nomor ponsel sang Ibu dan berharap Baekhyun mau menghubunginya.
Menatap ke luar jendela, Baekhyun menghela nafas panjang. Kenapa Ibunya memilih kembali? Tidakkah kehidupannya disana jauh lebih baik? Apa alasan Ibunya kembali? Dan kenapa Bibinya meminta Baekhyun bersikap baik pada orang yang telah membuangnya demi kebahagiaan dirinya sendiri?
Baekhyun ingat dengan jelas bagaimana Ibunya memilih tetap pergi bahkan saat Baekhyun memohon dan menangis meminta sang Ibu untuk tetap tinggal. Apa dia masih bisa bersikap baik saat kejadian hari itu masih terasa sangat baru baginya, bahkan setelah 15 tahun berlalu?
Baekhyun turun di halte tujuannya, kemudian berjalan pelan menyusuri jalan yang sudah di hapalnya diluar kepala. Jalan itu menuju rumah masa kecilnya, namun bukan tempat itu yang mejadi tujuannya saat ini.
Baekhyun berhenti di depan sebuah toserba kecil dan tua yang ada di daerah tersebut. Kedua sudut bibirnya tertarik lemah begitu kedua matanya menangkap benda itu masih di sana dan terlihat berfungsi dengan baik.
Baekhyun melangkah masuk ke dalam toserba untuk menukarkan uangnya dengan koin. Setelah itu dia kembali ke depan dan duduk di hadapan mini arcade yang sejak awal menjadi tujuannya. Baekhyun memasukkan koin, dan tak membutuhkan waktu lama untuk membuat Baekhyun terhanyut dalam permainan. Jika orang lain melihat, pasti akan merasa aneh saat mendapati orang dewasa sepertinya memainkan permainan yang sebenarnya lebih banyak di senangi oleh anak-anak.
Baekhyun terus bermain sampai koin yang dimilikinya habis tak bersisa. Helaan nafas panjang keluar dari sela bibirnya sambil menatap kursi kecil kosong di sebelahnya. "Kapan kau menepati janjimu?" Tanyanya.
"Kembalilah.. Oppa."
TBC
Selamat malam jum'at💃
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHICKSAL [CHANBAEK!!GS!!] {Slow Update}
Fiksi PenggemarSepasang mata bulat itu terbuka perlahan dan menatap ke arahnya. Baekhyun menunggu dengan cemas akan respon yang di berikan pasien. Begitupun dengan orang-orang yang ada di dalam ruangan itu. "Anda bisa melihat saya?" Lelaki itu tersenyum lemah di b...