Ada aku yang tak mau beranjak dari tempatku saat ini. Aku masih berpijak pada tempat dimana hatiku terasa menghangat. Aku masih setia mengulang-ulang rasa saat perutku bak dihinggapi ribuan kupu-kupu. Aku masih gencar dan tak pernah lelah 'tuk mengumandangkan namamu.
Barangkali, kamu mau mengambil jalan lain. Atau mengikuti arus takdir, tidak apa.
Tapi aku 'kan tetap disini. Sampai kakiku kram. Sampai lututku lemas. Sampai aku tak sanggup lagi berdiri.Walau harus dihantam beribu-ribu kali oleh lara.
Walau harus ditikam berkali-kali oleh sesak.
Aku tak akan bergerak.Aku bodoh dengan membiarkan diriku hancur secara perlahan.
Tapi aku lebih bodoh lagi, sebab tak mau mencintai manusia lain selain kamu.
Aku bodoh sebab merelakan diriku menjadi kepingan-kepingan luka hanya untuk memastikan sudah sejauh apa kamu melangkah pergi.Nanti, kalau bayangmu sudah tak dapat dilukis oleh mentari, di saat itu pula, ragaku melebur ikut bersamanya. Menjadi debu yang berbaur dengan angin yang kamu hirup di kotamu. Aku tak dapat kamu lihat, tapi kita selalu dekat
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA DAN RINDU
RandomDengan menulis aku bisa mengungkapkan apa yang tertahan dibenakku