Ada banyak hal yang bisa lo perjuangin selagi lo mau dan mampu. Whatever you wanna do, this is yourlife.
-Anonim-
_________________________________________Latihan selesai jam 4 sore lewat sedikit. Huft, 5L : lemah, letih, lelah, lesu, lalungse. Choach Steve benar-benar kelewat ambisius buat lomba tim sorak minggu depan. Gini nih akibatnya, hard work, hard work, hard work, itu kalimat yang udah dobit banget di otakku gara-gara semua motivasi dari beliau mengandung kata hard work.
Langit mulai jingga, bentar lagi gelap. Sekolah mulai sepi bahkan cuman keliatan beberapa murid yang baru selesai ekskul dan ambil jam tambahan masih jalan-jalan di koridor sekolah. Aku meraih tas selempangku setelah mengemasi barang dan berpamitan pada beberapa kawan satu timku.
"Ann." Sebuah suara yang tidak asing di telingaku terdengar memanggilku dari arah belakang. Aku menoleh ke arahnyaa. Ah, itu Robi, sahabatku.
"Yuk, gue udah beres," Ajakku pada Robi saat langkahnya sedikit lagi sampai di tempatku berdiri.
"Nyari makan dulu gak?" Robi menungguku lalu kami berjalan bersandingan.
Beberapa saat aku berpikir, kayaknya badanku udah terlalu capek buat diajak ngapa-ngapain lagi.
"Mmh, Gak usah, makan di rumah aja. Gue udah capek banget."
Robi mengangguk mengiyakan, kami terus melangkah keluar dari gor indoor tempat latihan tim cheers sekolahan.
"Ohiya Bi, gimana proyek ilmiah lo, lancar?" Tanyaku saat melewati lapangan basket.
"Lumayan. Tinggal nyari moderator buat presentasi sama nunggu hasil fermentasinya jadi," jelasnya. "Lo gimana? Dapet ban leader gak?" Robi menoleh padaku, aku mengangkat bahu dengan lesu.
"Nggak, Leona yang dapet. Gue kacau banget tadi," ujarku. Robi memperhatikan bibirku yang mengerucut, aku tahu tapi bodo amat lah ya.
"Yaelah, gitu doang sedih. Udah.. mungkin kesempatan lo lain kali." Robi mengacak pucuk rambutku. Ini menyebalkan tapi itu memang hobinya. Tanganku otomatis merapikan rambutku yang dibuat tak beraturan olehnya.
"Bukan apa-apa, Gue kesel aja sama diri gue sendiri soalnya tadi tuh gue bener-bener kacau tau gak?!"
"Dih, bukannya lo emang setiap hari kacau ya, mhehe." Robi meledek.
"Euh lu, manusia nyebelin." Kucubit perut bagian sampingnya kuat-kuat sampai dia mengeluh sakit. Dengan jahilnya Robi menarik rambutku dari belakang, kepalaku auto nenggak karena menahan tarikannya, terus tangannya yang bebas memegang leherku dan membuatku mengkerut menahan geli, dasar teman sialan. Kok bisa ya aku ketemu orang kayak Robi? Bodohnya aku mau bersahabat sama dia. Fyuh..
Aku kenalin sedikit deh, namanya Robi Darmawangsa. Anak borju yang gak pernah sombong -untungnya- walaupun hartanya gak bakal abis tujuh turunan. Banyak orang bilang cewek sama cowok gak mungkin bisa sahabatan, pasti ujung-ujungnya jadi suka. Cih, gue sih selama lima tahun ini aman-aman aja sama dia, ya walaupun belom ketemu ujungnya si, hehe.
Ganteng, putih, kaya, pinter, siapa sih yang gak mau sama dia? Semua cewek kayaknya kalo dia mau bisa dia dapetin. Tapi sayang dia orangnya jutek abis, abis-abisan deh pokoknya. Empat cewek tenar di sekolahan aja gak dia gubris, bikin gemes gak sih cowok kayak gitu? Tapi kalau udah kenal, beuh, benar-benar urakan dan gak tau malu. Uuu... emoticon peluk buat Robi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazyship
RomanceLo tau rasanya bertahan pada sebuah hubungan yang gak jelas? Dan gue masih berhasil nggak bilang putus sama orang toxic kayak dia. Karena gue tau, Dia itu bego banget.