01

823 62 1
                                    

Chiang Mai, Thailand

Saat ini, gadis itu tengah sibuk dengan map-map yang harus ia tanda tangani. Sejak dari tadi pagi pasti ada saja berkas yang harus ia tanda tangani, dibaca dan mencoret-coret tanda yang harus direvisi. Dia (Namakamu) masih ingat bukan?

Sudah lima bulan ia berada di Thailand dan sudah mendirikan perusahaan sendiri yang di nanti oleh sepupu-sepupunya yang baik hati nan tampan-,

Perusahaan yang ia jalani saat ini tengah berkembang pesat dan sudah ada beberapa cabang di berbagai Negara Thailand bahkan di beberapa Negara lainnya.

Jam sudah menunjukan pukul 12:00 pertanda waktu makan siang telah tiba. Pintu ruangannya terbuka dan menampilkan seorang pria yang selama ini membantunya, siapa lagi jika bukan Bright.

Bright masuk dan duduk di sofa yang ada diruangan (Namakamu) seraya menunggu (Namakamu) selesai dengan berkas-berkasnya itu. Namun sudah 5 menit ia menunggu (Namakamu) masih senantiasa dengan kertas itu. Membuat Bright berdecak dan berkata.

"Ayoklah (Nam)! ini udah waktunya makan siang, apa kepala lo gak sakit? Gue aja yang ngeliatnya pusing?" Mendengar perkataan Bright membuat (Namakamu) menoleh.

"Iya sabar ini aku lagi baca surat kontraknya, entar salah lagi kalo aku rugi gimana?" (Namakamu) langsung membaca surat kontrak itu sungguh ia tidak mau jika rugi makanya ia membaca 2 sampai 3 kali.

"Iya gue tau tapikan bisa nanti kita makan dulu lah si August dah nunggu dicafe. Dah, entar dia mati kelaparan kalo nunggu kita terlalu lama."

(Namakamu) mendengus dan menatap Bright. Benar perutnya lapar dari tadi tapi kali ini kerjaannya juga harus ia kerjakan.

"Apa? Mau marah? Lo tuh yah, kalo laper yah makan jangan ditahan. Emang lo mau kek tengkorak idup? Kurus bat dah." Ketus Bright, mampu membuat (Namakamu) menutup map itu dan membersihkan mejanya.

Lalu ia melangkah mendekat kearah Bright setelah mengambil tas sandangnya.

"Ayo!" Kata (Namakamu).

"Dari tadi kek!"

**

"Eh, gue denger-denger dari e-mail perusahaan gue ada perusahaan baru yang bakal buka dan juga bakal jadi saingan perusahaan kita bertiga?" August mulai berbicara. Kini Bright, (Namakamu) dan juga August tengah duduk anteng menikmati makanan favoritnya tapi yang halal.

"Iya, gue udah tau." Jawab (Namakamu).

"Bahkan dia ngajak kerja sama, sama perusahaan gue." Sambung (Namakamu).

"Hah? Serius lo? Demi apa?? Terus lo terima?" Tanya August dengan keponya.

"Belum, tadi gue lagi baca suratnya eh adek lo maksa gue buat makan siang jadinya belum gue pelajari terlalu dalam."

"Heh! Gue ngajak lo makan kan buat kepentingan tubuh lo juga, emang lo mau jadi tengkorak idup dan bahkan mati? Hah? Enggak maukan?" Bright mendengus, pasalnya kan ia mengajak (Namakamu) makan demi kepentingan (Namakamu) juga tapi ia yang disalahkan.

"Seterah lo deh Bright!"

**

Hari sudah mulai sore, jam kantor pun 10 menit lagi mau abis.

Ting

Suara pesan masuk melalui handphone milik (Namakamu) dia mengambil benda pipih bermerek iPhone tersebut dan mulai membacanya.

Bright🦊

Gue gak bisa jembut lo, karena ada meeting mendadak... tapi supir gue udah ada didepan kantor lo sampai rumah langsung bersih-bersih istirahat jangan laptop terus!!
16:50√√

Iya bawel
16:51√√

Ia pun mulai mematikan handphone nya, sungguh ia selalu seperti itu dan dia tidak ingin (Namakamu) sakit karena pekerjaan atau kurang istirahat.

(Namakamu) membersihkan mejanya dan keluar dari ruangannya.

Saat sampai didepan lobby sudah ada mobil terpakir disana ia pun masuk dan supir mulai menancapkan gas dan meninggalkan kantor milik (Namakamu) itu.

"Pak entar dekat perempatan ada cafe eskrim, berhenti bentar ya pak."

"Baik non!"

**

Setelah membeli eskrim (Namakamu) keluar dan melihat supirnya tengah beradu mulut oleh seseorang. Lalu (Namakamu) menghampiri keduanya.

"Ada apa ini pak?" Tanyanya.

"Ini masnya nyenggol mobil tuan Bright sampai lecet tapi gak mau ganti rugi!" Jawab supir itu seraya menujuk bagian yang lecet.

"Tapikan saya gak sengaja mba, saya tau... saya ugal-ugalan. Maaf mba tapi kita damai ajalah." Tutur pria itu meminta maaf.

"Tapi gak bisa kayak gitu!" Cegah sang supir.

"Sebentar!" Sungguh (Namakamu) tidak ingin beradu mulut, ia bisa saja meloloskan sang penabrak tanpa minta ganti rugi tapi sayang nya ini mobil Bright dan mahal lagi... mau tidak mau ia menuju ke dalam mobil dan mengambil handphonenya.

Saat sudah ketemu ia pun keluar dan ingin menghampiri supirnya. Namun, langkahnya terhenti... ia terdiam ditempat saat melihat seorang pria yang membela sang penabrak dan memberi beberapa lembar uang kepada supir, lalu setelahnya ia meminta maaf.

Degh

Langkah kaki (Namakamu) gemetar saat mengetahui siapa pria itu, mulutnya terbuka dengan lebar dan matanya mengerjap beberapa kali... ia memegang dadanya karena pompaan dadanya sunguh cepat.

Ia tambah kelu saat pria itu menatap kearah dirinya yang sedang menatapnya, sama seperti (Namakamu) pria itu diam ditempat tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

(Namakamu) akhirnya memutuskan kontak matanya  dan...

"Pak cepetan!" Ia masuk kedalam mobil.

Saat mobil sudah menjauh beberapa meter, ia menoleh kebelakang untuk memastikan. Apakah ini hanya khayalan nya saja?

Ia kembali menoleh kedepan, ia sampai memegang cup es krim nya dengan sangat kuat dan keringat dingin mulai membasahi dahinya.

Ia menunduk karena tidak percaya bahwa yang dia harapkan semoga itu hanya khayalan ternyata itu kenyataan.

Kenyataan bahwa dia kembali.

Ia kembali.

I-a k-e-m-b-a-l-i

**

Tbc...

Gimana sama sequel balas dendam nya...

Jan lupa vote and comment nya

Hati Ini (✓️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang