🌸1🌸

15.5K 1K 169
                                    

Seoul, 23 April 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seoul, 23 April 2020

Seorang pria berperawakan tinggi dengan tubuh tegap dan atletis memandang bunga - bunga sakura yang sedang mekar di pekarangannya dengan wajah sendu. Dari jendela kamarnya ia bisa melihat bunga berwarna merah muda pucat itu begitu indah, tapi keindahannya malah mengingatkan pria itu pada kenangan pahit yang kini berputar dalam memorinya.

Tak ingin merasa lebih sakit, pria itu berbalik dan memandang sebuah bingkai foto di nakasnya lalu ia meraihnya. Matanya memanas setiap kali dirinya memandang sosok dalam potret itu. Dadanya berdebar sakit saat mengingat jelas senyum tulus dalam bingkai itu berubah menjadi senyum getir penuh kepedihan yang tak lain adalah karenanya. Kini setelah menyesali semuanya, ia begitu merindukan sosok hangat itu.

Pria itu adalah Lee Jeno. Seorang pria tampan, mapan, kaya dan sukses. Pria yang bagi semua orang tampak sempurna tak kurang sesuatu apapun. Namun, jauh di lubuk hatinya yang terdalam terdapat lubang kosong menganga setelah kepergian sosok yang begitu berarti tetapi terlambat ia sadari.

Siapa lagi jika bukan Na Jaemin. Jeno termasuk lelaki yang beruntung karena bisa di cintai oleh pemuda pemilik senyum sehangat mentari dan rambut sewarna sakura itu. Dengan segala rasa sakit dan pengorbanan, dirinya membuktikan kalau Jeno adalah pria yang patut diperjuangkan tetapi sosok itu kini telah meninggalkan dirinya dan buah cinta Jaemin atau lebih tepatnya buah cinta mereka setelah Jeno benar - benar menerima serta menganggap darah dagingnya. Karena pada mulanya Jeno bahkan ingin melenyapkan sosok mungil yang terlelap disisinya itu. Kini Jeno menoleh mendapati putranya yang kini membuka matanya lalu mengerjap dan dengan lucunya mengucek matanya. Jeno tersenyum lebar melihat betapa menggemaskannya anaknya.

"Jisungie, sudah bangun?"

Anak berusia lima tahun itu merangkak menuju sang ayah yang duduk di pinggir ranjang. Dan dengan senang hati Jeno meyambutnya lalu mendudukkan anak itu di pangkuannya. Jisung kecil menatap Jeno yang menunjukkan bingkai dengan sosok pemuda berambut cottoncandy yang tersenyum bahagia itu padanya.

"Jisung tidak ingin melihat eomma?"

Jisung beralih dari memandang ayahnya kini pada bingkai potret sang ibu. Detik selanjutnya, Jeno mencelos mendapati Jisung kini memeluk pigura itu dengan mata berbinar walau tangannya yang mungil kesusahan untuk mengenggam bingkai itu.

"Mmmaaaaa"

Jeno sebisa mungkin menahan air matanya sembari mencengkram erat dadanya yang berdenyut ngilu memandang pemandangan itu. Betapa kejam dirinya yang tega memisahkan Jisung dan eommanya hingga Jisung tumbuh tanpa kehadiran ibunya di usianya yang masih kecil padahal pastinya ia membutuhkan ibunya. Tak ingin putranya melihat ia menangis, Jeno menepuk pelan puncak kepala Jisung sehingga membuatnya menoleh pada ayahnya.

"Baby Jie, hari ini ayah ulang tahun. Jadi hari ini ayah akan bersama Jisung sepanjang hari. Kita ketaman bermain lalu ke caffe milik Haechan samchon ya?"

Love Again | Nomin 🍁✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang