Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
astaga di tinggal beli seblak dua jam aja udah kek demo
nih triple up nya sesuai janji
saya bilang nangis, nangis ya
Gak deng :v kalian kan tahan banting masa baca gini aja nangis
Jangan lupa vote, ges. Pelit amat yang cuma liat.
🍁🍁 Jaemin sedang duduk di taman belakang saat itu, udara musim gugur berhembus menerbangkan helaian daun ginkgo dan mapel hingga menutupi tanah Jaemin berpijak. Sinar mentari yang hangat membuat Jaemin merasa damai dan ia juga merasa tenang memandang kabut yang menyelimuti tempat itu. Musim yang paling Jaemin sukai adalah musim gugur. Namun musim itu juga yang menjadi awal mula mimpi buruk Jaemin dimulai. Itu tujuh tahun yang lalu.Sekarang jiwanya hampa.
Tapi semua perlahan membaik semenjak Jaemin mendapat terapi dari Renjun dan sering bertemu dengan Jisung hingga kondisi mentalnya bisa dikatakan mendekati stabil selama beberapa minggu. Walaupun otak Jaemin masih menolak semua hal yang berkaitan dengan Lee Jeno. Haechan dan Renjun saat ini berusaha untuk menghindarkan semua hal itu dari Jaemin. Keduannya mendekati Jaemin dan duduk di sisinya. Mereka bisa melihat rona wajah Jaemin yang sedikit demi sedikit terlihat hingga paras cantiknya lebih bersinar.
"Na, apa kau sudah lebih baik?"tanya Haechan dan Jaemin mengangguk.
"Apa kau mau mencoba keluar dari rumah?" tanya Renjun, awalnya Jaemin memandang Renjun namun buru - buru menggeleng.
"Kenapa?"tanya Haechan melihat respon Jaemin
"takut..."
"tenang saja, kami akan menjagamu. Tak akan ada yang bisa menyakitimu selama kami bersamamu"
"Apa kau tak mau berkunjung ke makam orang tuamu?"
Mata Jaemin membelak saat mendengar ucapan Renjun, kini ia memandang Renjun dengan mata yang berkaca - kaca. Apa dia boleh kesana, apa kah orang tuanya tak mengutuknya seperti orang - orang dan apakah mereka membencinya seperti yang dikatakan semua orang. Jaemin tak tahu, saat ini dia amat merindukan keduanya tapi disisi lain ia merasa tak pantas.
Masih teringat jelas dalam kenangan Jaemin. Hari itu semua orang mencemoohnya, menggunjingkannya, mengatakan hal yang tak pantas tentang orangtuanya dan mengatakan penghinaan yang terendah sampai - sampai Jaemin bertanya - tanya mengapa ia di lahirkan. Tapi pada akhirnya, ia tak bisa mengakhiri hidupnya walau dirinya ingin. Siksaan batin itu tak pernah hilang. Dan betapa ia benci telah menjadi anak yang buruk untuk kedua orang tuanya.
Jadi ia telan bulat - bulat keinginan itu, dan menunduk dalam. Haechan membawa Jaemin kedalam pelukannya, mengelus surai karamel itu dan menepuk punggunya pelan guna menenangkan.
"Apapun yang ada dalam pikiranmu itu tidak benar. Nana, kau lahir untuk di cintai. Kau cukup ingat itu"
"Dan orang tuamu mencintaimu, Na. Jadi apa kau mau bertemu mereka setelah lima tahun?"