Bis belum terlalu penuh, halte juga terlihat sepi. Pagi ini terasa cukup dingin, tapi di siang hari akan terasa sangat panas. Haechan berjalan santai pagi ini, ia bangun lebih awal. Karena ia mencoba mengubah kebiasaan sebelum tidurnya, tidur awal dan mengurangi bermain game. Ia benar-benar ingin mengubah hidupnya untuk saat ini, setidaknya sampai kelas tiga nya berakhir.
Sampai di halte sekolah pun masih terasa sepi, ia merasa asing dengan keadaan seperti ini. Tapi ia bisa merasa lebih tenang berjalan menyusuri gerbang sekolah, dibandingkan dengan berlarian setiap pagi. Haechan berjalan perlahan menikmati hembusan angin pagi, ia masih ada waktu sebelum jam pelajaran dimulai di kurangi perjalanannya menuju kelas.
"Kau berangkat lebih pagi sekarang." Ucap Yuta yang tiba-tiba muncul, dari persimpangan jalan antara lapangan dan gedung kelas. Haechan sedikit terkejut, memandang lama lawan bicaranya.
"Ouh, bagaimana kau tahu?" Tanya Haechan basa-basi, lebih pada rasa herannya dengan lelaki Jepang yang tak biasa menyapanya.
"Aku selalu berangkat awal dan duduk di bangku itu, jadi aku bisa melihat anak-anak berlalu-lalang." Jelas Yuta dengan menunjuk bangku di bawah pohon yang tak jauh dari mereka berdiri.
"Ah, begitu." Haechan mengangguk.
"Aku pergi dulu, aku harus bergegas masuk ke kelas." Pamit Haechan menyudahi perbincangan canggungnya dengan Yuta, tanpa bertukar pandang. Segera berjalan menjauh, secepat mungkin.
Ia mengenal baik siapa Yuta, semua orang bahkan tahu betapa populernya dia. Hanya Haechan merasa aneh saat pria itu terlihat akrab dengannya, mereka berbeda kelas.
Dan ia rasa Yuta tak tahu namanya, ditambah baru pertama ini mereka bertemu dan berbicara empat mata. Haechan akui, jika Yuta memiliki wajah tampan dan sedikit terlihat cantik. Seperti, karakter komik jepang atau manga.
Beberapa murid sudah mengisi kelas paling ujung di lorong pertama, karena kelas 3 ada di lantai satu. Di sekolah ini, ada 7 kelas setiap tingkatnya. Untuk kelas 1 dan 2 semua kelas dalam satu lorong, berbeda dengan kelas 3 yang sisa kelasnya berbeda tempat.
2 kelas lainnya di samping perpustakaan, karena kelas baru didirikan 5 tahun terakhir ini. Menambah bangunan setelah banyaknya murid saat penerimaan siswa baru, usai sekolah itu mendapat eksistensi yang meningkat.
"Kau berangkat lebih pagi sekarang."
Perkataan itu terlontar kembali, kala Haechan menjejakkan kaki dan hampir mencapai bangkunya. Suara yang lebih dalam, dan ia dapat kenali siapa empunya.
Jaehyun yang duduk dibangku samping belakang Haechan, menatap kedatangan gadis berpipi gembil itu sejak mencapai bibir pintu. Tetapi gadis itu tak menghiraukannya, sama sekali tak membalas pandangnya. Walau menjawab pertanyaannya, ia tahu mungkin bagi gadis itu hanya terdengar seperti basa-basi tidak penting.
"Kau juga." Ucapan Haechan menjadi pertanda memulai keheningan kembali, Jaehyun ikut bungkam.
Tak lagi menjawab, ia mengikuti mood gadis yang baru dua hari lalu tertawa dan menyadarkannya. Bahwa ia memiliki perasaan suka, pada teman masa kecil yang juga tetangganya itu. Ia kembali membenamkan kepala, dan memejamkan matanya.
Jam istirahat tak seperti biasa, Haechan berjalan-jalan sendirian usai makan siang. Setelah makan siang bersama, Renjun dan Jaemin memiliki janji lain. Jaemin harus pergi menemui Bu Seo untuk membicarakan jurusan modelling yang menjadi pilihannya, sedangkan Renjun ada pertemuan dengan Bu Park seorang guru ekstra musiknya.
Menurut kabar dari mulut Renjun sendiri, ia akan masuk jurusan musik di cina. Ia memang tak pernah jauh dari musik, mengingat semua keluarganya adalah musikus. Alasannya pergi ke Korea, karena ia ingin menjadi idol group disini, tapi ia merasa tak percaya diri dan akan kembali setelah menyelesaikan sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔A Starry Night In My Neighboring Universe - (JaeChan area)
Fanfictioncompleted- JAECHAN ship area,