Finale,

1.3K 177 15
                                    

Keringat makin banyak menetes, juga desahan nafas yang terdengar kasar. Terlihat semangat juangnya membara, tatapan mata menajam seiring angka waktu semakin menipis.

Bola keras yang memantul masih menjadi tawanan tangan besar Jaehyun, lawannya tak gentar untuk menyingkir. Keduanya sama-sama saingan yang kuat, tak mau mengalah atau dikalahkan.

Skor hanya berbeda satu poin, waktu pertandingan tidak banyak lagi. Satu shot masuk kedalam ring, akan menjadi akhir dari pemenang. Jaehyun yang unggul, ia menjadi satu-satunya harapan. Bola coklat itu berada ditangannya, masih asyik memantulkan seakan menunggu penyerangan.

Rekan tim nya berusaha mengahalangi tim lawan, seringainnya tertarik di ujung bibir. Bola ia lemparkan tepat saat lawan akan menyerang, lalu peluit panjang berbunyi.

Sorakan penonton juga ikut memeriahkan, memberi semangat untuk tim dukungan mereka. Bersamaan dengan lemparan bola terakhir dari Jaehyun masuk ke ring, riuh pendukung makin nyaring.

Tim Jaehyun keluar jadi pemenang, yang menjadi suatu kebanggaan bagi rekan sesama tim. Juga Pak Lee yang berdiri di pinggir lapangan, memperhatikan murid-muridnya. Kebahagiaan dan rasa bangganya bercampur, menciptakan tangis haru.

Jaehyun memang bisa diandalkan, sejak awal hatinya selalu yakin dengan anak didiknya itu. Kemenangan tanpa paksaan, dan rasa bersalah. Semuanya tulus dari hati, setulus tawa bahagia tim basket yang tengah merayakan keberhasilan.

“Kalian benar-benar luar biasa, aku akan teraktir kalian.”

Ajakan Pak Lee membuat para muridnya bersorak gembira, kecuali Jaehyun yang sibuk dengan ponselnya. Sejak pagi ia tidak mengaktifkan ponsel, hingga ia lupa menghubungi atau mengabari kekasihnya. Ulas senyum cerahnya tersungging, saat pesan singkat Haechan menghiasi layar ponselnya.


“Menang atau kalah, aku akan mendukungmu. Jaehyun Hwaiting! Baby, I Love You...”


Hanya gadis itu yang bisa membuatnya gila, ia di mabuk asmara. Bisa saja ia melayang saat itu juga, jika ia berbadan ringan atau punya sayap.

“Kau tidak mau ikut?”

Pak Lee memperhatikan sikap murid kesayangannya, Jaehyun linglung dibuatnya.

“Hah, irinya aku. Saat melihat anak muda saat ini sudah bisa merasakan indahnya kasmaran, apa aku terlahir sendiri?”

“Pak Lee, belum pernah berkencan?”

Semua mata tertuju pada Kim Mingyu yang dengan polosnya bertanya, membuat Pak Lee terpojokkan. Wajahnya berubah malu, namun tak ia perlihatkan. Matanya bergerak, takut jika suara Mingyu terlalu keras dan bisa di dengar orang lain.

“Bocah ini,”

Pak Lee mendelik, muridnya hanya tertawa dan tak lupa mengejek. Fakta baru, jika gurunya yang selalu berusaha terlihat sempurna. Belum pernah berpacaran, padahal ia selalu bercerita seakan dia ahlinya dalam hal itu.



Haechan baru akan pulang usai selesai jam belajar tambahan, seperti biasa menunggu bus datang. Tapi ia tak sendiri, Yuta tiba-tiba duduk disampingnya. Menyapa lalu mengobrol, yang awalnya canggung.

Mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, dan membuat mereka baru bertemu sekarang. Hingga Yuta yang mulai menyapa lebih dulu, mengembalikan keadaan seperti sedia kala.

“Kau sudah dengar mereka menang pertandingan?”

“Iya, Jaehyun mengirimiku pesan.”

“Benarkah? Kalian pasti sering, saling bertukar kabar.”

✔A Starry Night In My Neighboring Universe - (JaeChan area)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang