prisoner

2.1K 228 70
                                    

langkah yang tadinya bergerak cepat karena berlari kini perlahan memelan, terganti dengan derap meniti kasarnya jalanan yang belum di aspal sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

langkah yang tadinya bergerak cepat karena berlari kini perlahan memelan, terganti dengan derap meniti kasarnya jalanan yang belum di aspal sama sekali. Masih dengan seringai angkuh terpatri di sudut bibir, sosok tersebut berjalan tak tentu arah bagai pengembara antah berantah.

setidaknya dia sudah bebas kan? jadi tidak perlu pusing memikirkan kemana tujuannya akan berlabuh. tidur di bawah kolong jembatan pun tak masalah bagi pria bernama chris itu. dia sudah terbiasa mencicipi kerasnya hidup di jalanan bagai anjing liar tak bertuan.

mengais sisa makanan di tong sampah, dihakimi karena mencuri, membunuh pria tua kolot, sampai merampok gadis-gadis bergaun mahal adalah sedikit dari sekian cerita asam garam kehidupan kotornya yang menyedihkan.

sekarang chris disini. entah sejak kapan kaki kuatnya membawanya menuju sebuah desa kecil di pingiran kota. kalau di perhatikan sekilas, desa itu begitu sepi meski tiap bangunannya saling berhimpit. mungkin saja sebagian rumah sudah di tinggalkan oleh si pemilik? entahlah, chris tidak ingin ambil pusing.

untuk kesekian kali dewi keberuntungan masih menaungi orang penuh dosa semacam chris. betapa tidak, tanpa susah payah dia bisa menemukan tempat yang bagus untuk bersembunyi dari kejaran pihak berwajib, setidaknya untuk sementara.

tidak dihiraukan telapak kaki yang sebentar-sebentar menggores kerikil di jalanan akibat tiada mengenakan alas kaki sama sekali. mata tajam bagaikan paruh elang itu menatap datar aktifitas lenggang yang tersaji selagi langkah menyusuri jalanan kecil desa yang bahkan tidak chris tahu namanya.

"berminat membeli beberapa roti nak? kami baru saja membuka toko." seorang wanita lansia menyapanya dengan senyum ramah sembari memegang sebuah papan kecil yang nampaknya bertuliskan nama toko mereka.

oh, bahkan dibawahnya tertulis berbagai macam jenis varian yang terlihat sangat menggiurkan untuk di cecap oleh indra perasaㅡkebetulan chris sedang kelaparan. tapi sepertinya dia harus mengubur keinginan untuk kali ini.

meski dirinya telah mendapatkan title penjahat kelas kakap, sungguh demi nama tuhan dari agama yang dia anut, chris yakin kalau jauh di dalam sana masih tersisa jejak samar hati nurani, menyeru tak tega jikalau harus melukai seorang lansia hanya demi sepotong roti.

"terima kasih atas tawarannya nek. tapi tidak untuk sekarang."

bibir yang dua tahun belakangan tidak pernah menyunggingkan sebaris senyum kini terangkat ke atas hingga membentuk seuntai garis melengkung yang sebenarnya bisa menambah kadar ketampanannya berkali-kali lipat.

wajah wanita tua itu mendadak sedikit murung, namun sepersekian detik kemudian berganti kembali menjadi senyuman yang tidak kalah hangat dari yang pertama.

"tak apa, mungkin kau bisa mampir lain kali. yaampun, kau mengingatkanku pada mingyu. kalau dia masih ada, mungkin sekarang dia sudah tumbuh besar sepertimu. ah, maaf, saya malah berbicara hal yang tidak penting."

𝗛𝗔𝗩𝗘𝗡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang