00.03 Jumantara

138 108 159
                                    

Kan kukejar mimpi,
Dan kuterbang tinggi,
Tak ada tak mungkin, ku pasti bisa.

Maudy Ayunda- kejar mimpi

Neo Culture Orphanage📌

Jessen sedang berada di Panti asuhan Neo Culture, bersama teman-teman bakti sosial Feli. Pemilik panti asuhan ini sendiri adalah teman Feli, Belsa Nooralisha.

Keduanya mulai dekat sejak Jessen dan Feli saling menukar kontak. Jessen akui Feli itu orang yang humble, jadi mudah untuk akrab dengan Jessen. Mungkin itu juga menjadi salah satu alasan Feli memiliki banyak teman. Rombongan bakti sosialnya saja terdiri dari 10 orang termasuk Feli dan Jessen.

Tentunya Jessen tidak mau datang tanpa Reno dan Hafizun, namun yang menemani Jessen sekarang hanya Reno.

Mungkin sekarang Hafizun tengah bergulat dengan dirinya sendiri di kasur. Menahan sakit di perutnya karena terlalu banyak makan Dengke Mas na Niura saat di rumah Jessen kemarin.

***

Acara hari ini dibagi menjadi beberapa kelompok yang nantinya anggota baksos akan mengikuti kegiatan anak-anak dari panti asuhan diluar jam makan, belajar, dan istirahat mereka.

Sebagian dari mereka memilih untuk mencari uang saku tambahan. Ada yang membuat mainan dari barang bekas lalu dijual, menjadi kuli angkut di pasar, jasa mengerjakan PR yang diupahi hanya 3ribu pertugas, bahkan ada yang memulung sampah.

Ada pula yang hanya membantu pengurus panti membersihkan atau memasak disana.

***

Jessen, Reno, dan Ara tergabung menjadi satu kelompok yang akan mengikuti keseharian seorang anak laki-laki diluar kegiatan di dalam panti.

Bau menyengat parfum 5ribuan milik Reno mendominasi saat mereka melangkahkan kaki. Agaknya mereka bisa sedikit mentolerir.

Tak ada yang membuka suara saat mereka bertiga mengikuti arah jalan yang ditunjukan oleh anak yang bernama Jumantara itu.

Mulai berjalan langkah demi langkah, deretan rumah mereka lewati. Mulai dari perumahan berjarak yang terlihat bersih dan rapi, sampai di rumah yang mungkin tak layak untuk disebut rumah.

Gubuk gubuk reyot yang terbuat dari seng yang telah berkarat. Sampah yang berserakan sebagai karpet merah yang menyambut kedatangan mereka, dan gundukan sampah yang menjadi kameranya.

"Jumantara,-

Jessen menjeda kalimatnya. Menoleh ke remaja di sampingnya. Mengambil napas lalu meneruskannya.

Kamu mencari uang disini sehari-harinya?"

Untuk anak yang berusia 12 tahun, mencari nafkah di gundukan sampah perkampungan kumuh ini lalu hasilnya ditabungkan kembali, cukup untuk membuat Jessen ingin menangis.

Sedangkan anak yang diajak berbicara hanya menjawab "Iya, kalo nggak gini, ayah sama bunda yang udah disana ga bakal bangga punya anak seperti saya kak,"

Jessen jadi mengingat bagaimana ia kecil dulu.

"Mama, Jessen mau rautan pensil yang tinggal diputer,"

Long Distance ReligionshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang