ALMORT - Chapter 6

934 174 4
                                    

"Kenapa kau tak memberi tahunya, Mar?"

"Soal apa?"

"Ayahmu"


Marko membuang nafasnya pelan. Ikut mengambil sebatang nikotin dan menggigitnya di celah bibir. Menghisapnya dalam setelah dibakar api dan membuang asapnya ke atas hingga asap putih itu menghilang disapu angin.

"Aku tak bisa menghancurkan imajinasinya mengenai apa itu keluarga, Jen"

"Begitukah?"

"Ya. Karena selama ini tak ada hal baik yang terjadi dalam hidupnya"

Itu benar.

Jerryno mengakui hal itu sepenuhnya.

"Tetap saja tidakkah itu keterlaluan? Ia berhak tahu"

"Soal Ayahnya yang hampir menjualnya pada para pedofil di pelelangan?"

Marko tertawa miris saat mengingat hal itu kembali.

"Setidaknya ia harus tahu mengapa ia bisa berada di tengah-tengah Almort"

"Memang kenapa jika ia tahu? Tidak akan ada yang berubah meski ia tahu sekalipun, Jen"

Jerryno menyesap batang nikotinnya dalam. Menahan sejenak asap di dalam mulutnya sebelum di keluarkan secara perlahan. Mata sipitnya kini melirik sekilas ke arah Marko sebelum menatap lurus kembali ke depan.

Di depan sana, barang-barang selundupannya hampir selesai diturunkan. Hanya tinggal satu kapal terakhir yang mengangkut lukisan langka yang seharusnya masih disimpan di museum.

"Rasanya menyakitkan saat melihat wanitaku hanya tahu senapan dan apa itu bisnis gelap, Mar"

Marko terdiam.

Gerakan tangannya yang hendak menyesap kembali batang nikotinnya tertahan di depan bibir. Menatap Jerryno di sampingnya yang masih menatap lurus ke depan.

"Mar.. Ia tak tahu seperti apa kehidupan normal di luar sana. Seolah kekerasan dan tembakan peluru adalah hal biasa yang dialami oleh orang-orang"

Batang nikotin yang memendek itu di lempar ke bawah oleh Jerryno. Sepatu mahalnya sempat ia gunakan untuk menginjak dan menekan hingga bara api itu padam sebelum menendang puntung rokok itu menjauh.

"Aku tak bisa menyalahkannya jika ia berpikir seperti itu, Jen"

"Ya. Dunia busuk ini yang membuatnya berpikir seperti itu"

"Ayahmu maksudmu?"

Jerryno tertawa keras. Menertawakan kalimat sarkasme itu sebelum ia membenarkan.

"Entah harus bersyukur atau tidak. Aku tak tahu apakah berada di tengah-tengah Almort jauh lebih baik daripada di jual di pelelangan pada saat itu"

"Jauh lebih baik menurutku"

"Kenapa?"

"Aku tak bisa membayangkan pria tua menyetubuhi wanitaku yang masih berusia 5 tahun jika hal itu benar-benar terjadi"

"Kau benar. Dan aku pun tidak akan pernah menjadi seorang dokter saat ini"

Seolah teringat jika ia adalah seorang dokter, Marko membuang batang nikotin yang masih tersisa setengah ke atas tanah. Menginjaknya pelan seperti apa yang dilakukan Jerryno beberapa saat yang lalu sebelum menendang puntung rokok itu menjauh.

ALMORT | Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang