ALMORT - Chapter 2

1.4K 204 5
                                    


"Kau ingat perjanjian kita yang terakhir?"

"Ya"

"Ini di luar perjanjian kita, Na. Kau tahu aku benci orang yang ingkar"

"Ya, aku.. tahu"

"Jadi katakan padaku. Apakah aku harus membunuhmu? Ya atau tidak?"


°

°

°

°

°

°

Jemari sang bos bersiap menarik pelatuk. Matanya yang sipit menatap tajam netra coklat madu yang sayu milik sang wanita.

Tak ada jawaban.

Suara wanita cantik di depannya tak kunjung terdengar. Namun gelengan lemah berhasil di dapatnya.

Bibir tipis Jerryno berdecak lirih. Dengan tenang sang bos menyimpan kembali baretanya dan membuka pintu mobil di kursi belakang.

Dibopongnya tubuh kurus bawahannya itu ke bangku belakang. Merebahkannya di sana sedangkan ia kembali ke pintu depan dan meraih kotak obat di dasbor mobil.

Nana --sang wanita cantik dengan luka tusuk di perut hanya mengamati bosnya yang sibuk menyiapkan peralatannya dari kotak putih berisi obat-obatan yang selalu tersedia di mobilnya.

Manik coklat madunya bertahan untuk tetap terbuka mengamati pahatan adonis bosnya yang rupawan. Rahangnya tegas, hidung mancungnya terpahat sempurna, dan kulitnya yang putih pucat begitu menawan di matanya.

Dan jangan lupakan tahi lalat di sudut bawah mata kanannya yang selalu membuatnya jatuh hati dan tak pernah luput dari penglihatannya.

Tampan. Benar-benar tampan.

"Aku akan melakukannya tanpa bius"

Perkataan sang bos berhasil menyadarkan lamunannya dan mengalihkan pandangannya dari wajah tampan itu ke kotak putih yang terbuka lebar.

Nana hanya menatap nanar botol kaca berisi obat bius yang masih penuh dan sebuah suntikan yang masih tersegel di sana.

Nana hanya tersenyum manis. Mengangguk dengan sisa tenaga yang ada guna menjawab pernyataan sang bos.

Hanya dengan sekali tarik sang bos melepas sweater hitam Nana melewati kepala. Mencari sumber luka yang menganga dan terus mengeluarkan cairan pekat beraroma amis.

Mata sipitnya dengan tenang mengamati wajah cantik Nana. Gerakan tangannya benar-benar tenang untuk ukuran manusia yang dihadapkan dengan situasi genting seperti ini.

Jas hitamnya yang mahal di lepas. Di lempar begitu saja ke bangku depan setelah menyalakan lampu mobil di atas. Kemeja putihnya digulung sebatas siku sebelum akhirnya bergerak tanpa ragu menusukkan jarum dan menjahit luka sang wanita.

Tanpa bius.

Mengabaikan desisan penuh kesakitan milik Nana yang semakin terengah setiap tusukan jarum bengkok itu menembus kulitnya dan rasa nyeri tiap kali benang kulit itu ditarik, sebelum akhirnya jarum bengkok itu kembali menembus kulitnya.

Berkali-kali.

Tangan sang bos terus bergerak seolah tak berperasaan dan tanpa memberi jeda pada Nana untuk mengambil nafas barang sejenak.

ALMORT | Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang