BAB 4 || empat

13 1 0
                                    

Wanayasa dan rindu.

Dalam perjalanan panjang tentang pertemuan, wanayasa menang telak dalam bagian paling penting untuk dikenang.
Ramainya situ, cerianya alun-alun. Membuat syahdu dan rindu.

Dan yah, pada akhinya kisah kita tempo lalu di depan situ wanayasa, dibawah gemercik hujan sore dan diantara pekatnya aroma patrichor.
Kita tenyata hanya sebatas diksi diantara pekatnya kata rindu.
Pada kisah-kisah sang fajar
Pada kisah-kisah sang siang.
Ternyata, aku kalah telak dalam mendapatkan dan mendekap.

Kenangan kita terlalu terburu-terburu dan cepat selesai dan beranjak.
Padahal, situ wanayasa dan ujung aspal belum menyinari kita oleh sunset senja.
Belum menaburi kita dengan jingga dan pahitnya beranjak pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arah Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang