Don’t kill my friends, please.
Bagaimana jika ada sesuatu yang menteror anda dan teman baik anda, setalah kematian orang tua anda dengan tragis? Pasti anda akan berusaha mengindar! Sama seperti ini, tapi yang terjadi ialah....yap, sesuatu itu malah datang dengan tambah dahsyat. BUNUH SAJA AKU, BUT DON’T KILL MY FRIENDS, PLEASE! (created by: sadan) ~nama tempat diubah~.
=================================================
Namaku Riski, aku tinggal di daerah perdesaan Ohio, tempat tinggal ku cukup tenang, yap hamparan bukit hijau menghiasi rumah ku, padang savana yang luas menyelimutinya, bunyi deras air terjun terdengar, panorama indah nan harum dibelakang rumah ku berkat adanya taman bunga. Aku tinggal bersama orang tuaku, Tn. Calvin dan Ny. Jeny, mereka berdua bekerja di Departement Pertanian. Aku juga mempunyai banyak teman disini, ada Agung, Ravie, Saman, Alvin dan masih banyak lagi, aku dan mereka sekolah di ‘Bougenvile school’ sekolah itu berada cukup jauh dari perkotaan. Yap, karena itu aku sangatlah nyaman sekolah disini, hanya ditemani dengan hijaunya bukit, hamparan hutan hujan, gemericik sungai, nyanyian burung. Dan pokoknya tempat itu sangatlah nyaman.
‘’sadan, sadan, bangun nak, bus sekolah sudah datang. Apa kau sakit?’’ sura Ibu membangunkan ku dengan nada kasih sayang
‘’oh, tidak-tidak mah, aku tidak sakit’’ akupun langsung bangun dan segera beranjak dari tempat tidurku.
‘’baguslah kalau begitu, itu nak bus sekolah sudah datang, cepatlah nati kau telat’’
‘’ohiya, terima kasih ya mah’’ aku langsung beranjak dan mencium kening ibuku
~~aku memang sangatlah dimanja, maklum ibuku sangatlah ingin punya anak laki-laki saat itu, dan kebetulan lahirlah aku. Walaupun aku punya adik bernama Isabella tapi aku tetaplah yang disayang, Aneh :D
Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku langsung turun ke meja makan untuk mengambil sepotong roti yang ditemani selai nanas kesukaanku.
‘’Ibu, ayah, aku berangkat dulu ya’’ kataku sambil tergesa-gesa
‘’kau tak ingin sarapan dulu’’ kata ayah dengan nada perhatian
‘’tidak perlu yah, busnya sudah datang. Nggak enak kalau kelamaan, lagipula nanti aku bisa sarapan di kantin’’
‘’yasudah kalau begitu, ini uang jajan mu (sambil memberi)’’
‘’terima kasih yah, bu, aku berangkat dulu ya. Selamat pagi’’ kataku sambil berlari menuju pintu rumah
DI BUS.
Aku sangatlah senang bisa ke sekolah dengan bus ini, ya walaupun bus ini sudah tua, tapi aku sangatlah nyaman. Kursi yang bercorat-coret, lantai bus yang kotor, supir bus (pak Janed) yang gendut dan bau, tapi itu semua bagiku adalah kenikmatan. Ohiya, rumah ku yang paling dekat dari sekolah dibanding teman ku yang lain, jadi tiap aku masuk bus, pasti sudah ramai dengan suara celaan, suara candaaan, suara nyanyi yang jelek dan semacamnya.
“hey riski, apa kau bawa gitar?’’ tanya salah satu teman ku, Anissa
‘’gitar? Buat apa ya anisaa?’’ jawab ku heran
‘’sekarang kan ada pelajaran bu asna, dan minggu kemarin sudah diumumkan. Kau lupa?’’
‘’shit, yaampun aku lupa’’
‘’aku juga lupa dan, aku kan juga disuruh membawa biola, tapi aku lupa’’ Salma langsung ikut dalam obrolan kami dengan nada senang
‘’oh, bagusdeh aku jadi ada temennya. Oh iya ra, nis lu bawa apa?’’ tanya ku kepada Ira dan Anisaa