CHAPTER 19

417 67 5
                                    

MATTHEW'S POV

Aku merasa sangat gelisah, entah mengapa. Aku hanya tiba – tiba merasa sedih dan menyerah tanpa kuketahui alasannya. Aku mendegar suara bel dari luar pintu apartemenku. Aku membukanya dan menemukan Dani berdiri di depannya dengan tangan mengangkat keatas, tanda menyerah.

"Oke, aku sudah siap dengan semua kemarahan, omelan, dan makian yang akan kau lontarkan kepadaku," ucapnya bahkan sebelum membeli sapaan kepadaku. "Aku akan melakukan semua yang kau minta dan menerima semua makianmu. Tapi, kumohon jangan katakana apapun kepada mom."

Aku menatapnya dengan datar. "Lupakanlah, aku sedang tidak memiliki mood untuk melakukan semua hal yang baru saja kau katakana."

Dani menatapku dengan mata membesar. "Apa kau serius dengan ucapanmu? Karena hanya sekali ini saja, aku akan menerima segala bentuk kemarahanmu tanpa melawannya."

"Ya, aku yakin." Dani menurunkan tangannya dan menatap dua bodyguard yang diberikan oleh Mrs Winter untukku. "Masuklah!"

Dani masuk dan melepaskan jaketnya. "Matt! Bagaimana bisa kau tidak memberitahuku jika kau terlibat dalam penculikan Emily beberapa minggu yang lalu dan kau terluka karenanya," pekiknya melihat kakiku yang masih menggunakan gips.

"Bagaimana kau tahu?" tanyaku dengan bingung.

"Cam memiliki caranya sendiri," cicit Dani membantuku berjalan.

Aku memutar bola mataku ketika melihat adikku memperlakukanku seperti anak kecil. "Tapi, dia tidak memberitahuku jika kau terluka. Jika, aku tahu kau terluka separah ini – aku akan segera pulang dari Paris atau menghubungi mom."

Aku terdiam dan menatapnya. "Kau tidak memberitahu mereka tentang lukaku, bukan?"

"Tentu saja tidak!" ucapnya menatapku. "Dan, sekarang aku menyesal karena tidak melaporkannya."

"Lusa aku sudah akan melepaskan gipsku," ucapku berusaha menenangkannya. Aku tidak ingin kedua orang tuaku khawatir dengan keadaanku ditambah jika mereka tahu kalau aku terlibat dalam kasus penculikan Emily. Mereka berdua bisa menyuruhku untuk segera keluar dari tempat kerja dan membawaku pulang ke Long Riston. "Setelah itu, aku akan kembali normal seperti biasanya.

"Matt, kurasa kita berdua harus memberitahu mereka tentang masalah keterlibatanmu dengan kasus ini," ucap Dani dengan khawatir. "Aku merasa masalah ini sangat berbahaya. Bahkan, kau memiliki dua bodyguard yang menjagamu."

Aku memutar bola mataku. "Aku bisa menjaga diriku sendiri, Daniella!" ucapku menggunakan nama panjang adikku. Dani sangat tidak menyukai jika ada orang yang memanggilnya dengan nama panjangnya. Walaupun, aku sendiri tidak tahu alasan mengapa dia membencinya.

"Berhentilah memanggilku dengan sebutan Daniella," ucapnya kepadaku. "Apakah kau sudah makan? Aku akan memasakkanmu sesuatu."

"Aku tidak lapar," ucapku dengan jengah, masih merasakan sesuatu yang tidak nyaman. "Kau bisa masak jika kau lapar."

Dani memiringkan kepalanya dan menatapku dengan tatapan menyelidik. "Apa yang kau pikirkan, Matt? Kau terlihat tidak nyaman dan tertekan."

Aku terdiam untuk beberapa saat, tidak menyangka adikku sepeka itu. "Aku baik – baik saja," ucapku berbohong kepadanya.

"Aku bisa tahu jika terjadi sesuatu kepadamu. Kau bisa mengatakannya kepadaku, mungkin saja aku bisa membantumu."

Aku menatap Dani tajam dan setelah beberapa detik, memutuskan untuk berterus terang kepadanya. "Entahlah, aku tiba – tiba merasa sedih dan takut...."

Ready For Love (EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang