BAB 4

595 32 0
                                    

Saat ini Ara dan Tian sedang berada di apartemen lelaki itu. Ara melangkah mendekati Tian dan menyentuh dada bidang Tian yang masih dilapisi kemeja berwarna biru dongker membuat Tian menatap Ara dengan pandangan yang sulit diartikan.

Ara balik menatap Tian lalu terkesiap saat melihat Tian melepas kemejanya, "Tian, aku ingin ke kamar mandi."

Ara lalu berlari kecil menuju kamar mandi, membersihkan dirinya dengan cepat. Tian yang melihat Ara berlari kecil kearah kamar mandi menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Lucu." bisik lelaki itu.

Sedangkan, di dalam kamar mandi, Ara melihat dirinya di depan cermin dengan jantung yang berdetak kencang seraya membilas wajahnya.

Ketika selesai, Ara keluar dari kamar mandi dan melihat Tian sedang berbaring diatas ranjang pria itu.

Ara menahan nafasnya saat mulai membuka resleting dress yang dia kenakan hingga dress tersebut jatuh dibawah kakinya, Tian dapat melihat kulit putih mulus dan buah dada Ara yang bulat serta kencang dibalik bra yang Ara kenakan.

Ara menggigit bibir bawahnya saat melepas kaitan bra-nya, Ara merasakan wajahnya merona saat Tian menatap lekat tubuhnya yang setengah telanjang.

Ara menghampiri Tian yang masih betah merebahkan dirinya diatas ranjang, Tian langsung memeluk pinggang Ara begitu perempuan itu naik keatas pangkuannya. Tanpa menunggu lama, Tian langsung mendaratkan sebuah ciuman panas dan intens pada mantan kekasih sahabatnya itu.

Tangan Tian tidak tinggal diam, pria itu mengusap buah dada Ara dan meremasnya dengan pelan.

"Ahh.. Tian.." desah Ara yang tidak bisa menahan suaranya.

Payudara Ara begitu pas pada tangannya. Nath sungguh bodoh, batin pria itu memaki sahabatnya yang bodoh, bagaimana bisa Nath membuang berlian yang berada di depan matanya?

Kemudian tangan Tian turun menuju pinggang perempuan itu dan mengusap pinggang Ara yang mulus. Ara seketika membeku saat tiba-tiba saja tangan Tian mengusap pantatnya dan meremas kedua-nya dengan gemas. Tian benar-benar membuat Ara lupa segalanya.

Tian menurunkan ciumannya pada leher Ara dan mengecupnya pelan, "Ara..." Tian mengerang ketika merasakan aroma manis pada tubuh Ara.

Lalu Tian melepaskan celana dalam Ara yang sedikit transparan, Damn! Bahkan celana dalam sialan itu tidak bisa menutupi warna kewanitaan kamu, Ara. Batin Tian frustasi melihat betapa seksinya Arabelle di depan matanya.

Tian kembali mencium bibir merah Ara, ditengah ciuman mereka, Ara menggesek kewanitaannya yang sudah basah pada kejantanan Tian. Tian membalikan posisi mereka, lalu pria itu mengambil pengaman yang berada dilaci nakas, memakaikannya pada miliknya lalu mengarahkan kejantanannya pada kewanitaan Ara dengan pelan.

"Tian.. ahh.." desah Ara sambil menyebut nama Tian dengan gairah yang meluap. Tian diam sejenak, memberikan waktu pada Ara untuk mencoba terbiasa dengan kejantanannya.

Ketika dirasa sudah nyaman, Ara mulai menggerakan pinggulnya, Tian memompa kejantananya, memasuki kewanitaan Ara dengan cepat hingga Tian merasa kewanitaan Ara menjepit kejantanannya semakin sempit.

Tian menyukai ekspresi nikmat Ara ketika pria itu bergerak diatasnya, Ara mengusap kepala belakang Tian, sedangkan Tian meremas kedua payudara Ara. Kepala lelaki itu berada di leher Ara sambil mencium leher Ara, sesekali menggigitnya pelan.

Tempo gerakan mereka semakin cepat, saling memompa sampai Ara merasa kejantanan Tian benar-benar menusuknya hingga bagian paling dalam, akhirnya Tian menyentakan pinggulnya dengan keras dan keduanya merasakan pelepasan hebat itu bersama.

Tian memeluk Ara dengan erat ketika kejantannya berdenyut dan mengeluarkan cairannya didalam pengaman.

"Oh my god. You're amazing, Ara." puji Tian lalu mengeluarkan kejantanannyan dari kewanitaan Ara. Ara tersenyum malu mendengar ucapan Tian.

Lalu tiba-tiba Tian membalikan badannya menjadi Ara yang berada di atas, dan memasukan kembali kejantanannya pada kewanitaan Ara. Tian tidak bisa sekali bercinta dengan Ara. Ara begitu memabukan dan menggairahkan, Tian tidak bisa melawan pesona seorang Arabelle. Selalu tidak bisa.

Spill the TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang