SATU

37 10 17
                                    

Hey y'all. Jadi ini cerita ke dua dari seri SMA Starlight Series. Yang pertama lagi aku ikutin event #Thewritershow yang diselenggarakan oleh gwp.id
Kalian juga bisa baca di webnya.

id Kalian juga bisa baca di webnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Papai, hope you enjoy this story.


***

Tepung

Mentega

Telur

Selai

Kacang

Debora menatap satu persatu bahan kue yang ia sebutkan tadi dengan pandangan bosan. Tangannya masih setia memegang mixer sedangkan tangan yang lain memegang wadah berisi adonan kue. Deru suara mixer beradu dengan suara telur yang dikocok kuat-kuat oleh Ibu.

"Kamu yang bener pegangnya. Masak sambil ngelamun gitu sih kan jatoh semua adonannya." Suara Ibu mengintrupsi, membuat Debora tersadar dari lamunan dan menggerucutkan bibirnya sebal. Ia sudah lima belas menit memixer adonan kue sampai tangannya kebas karena terlalu lama bergetar.

Kapan selesainya ini anjir, gewla tgn gue capek bgt, huft.

Selamat datang di Dunia Debora.

Jika remaja pada umumnya memilih nongkrong cantik, belanja di mall dengan kartu no limid dan liburan ke puncak sampai vila yang dingin. Lain lagi dengan Debora, gadis itu mau tak mau harus membantu ibunya membuat pesanan kue lebaran saat weekend menjelang. Ibunya adalah seorang pemilik toku kue yang terletak di daerah Kemang. Meskipun belum bisa dikatakan terkenal tapi toko kue tersebut cukup di minati beberapa warga di daerah Jakarta Selatan. Membuat Debora harus mengeluarkan tenaga ekstra demi membuat banyak kue untuk mengenyangkan perut pelanggan.

"Nih, Bu. Udah." Debora berucap malas sembari menyodorkan wadah berisi adonan kue yang telah mengembang. Dulu saat awal-awal membuat kue ia merasa sangat antusias sekali jika disuruh untuk membuat kue. Merasakan ketika jemari-jemari yang biasanya digunakan untuk menulis saat di sekolah ternyata bisa menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. Tapi sekarang rasanya benar-benar memuakkan. Matanya jadi berkedut berkali-kali saat melihat tepung yang dicampur dengan beberapa bahan lain, muak hampir mendekati muntah.

"Sekarang kamu olesin menteganya ke loyang ya," perintah Ibu dengan santai sembari menyodorkan sebuah loyang aluminium yang di atasnya terdapat mentega padat.

"Bu, Debora masih punya tugas banyak. Udah ya," renggek gadis itu sembari memperlihatkan wajah melas khas kucing jalanan yang berharap untuk di pungut. Mengerucutkan bibir dengan mata berkaca-kaca

"Tugas apa? Dari kemarin-kemarin kamu ngapain aja sampai tugas lupa di kerjain. Kamu mau jadi anak bandel ha? Iya?" omel Ibu dengan mata berkilat, "kamu tau gak biaya sekolah itu mahal."

Debora menunduk tak berani menatap Ibu yang wajahnya sekarang berubah jadi keras. Padahal tadi hanyalah alasan saja agar bisa menghindar dari pekerjaan membuat kue. Tak menyangka bahwa ia justru berakhir terkena omelan sepanjang kereta seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia DeboraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang