"Rambutnya hilang, mau rambut aku gak?"
"Gak usah deh, rambut kamu ada warnanya." saat mendengar itu, El terkekeh pelan.
"Kalau kamu gak bisa ketemu aku besok pagi, ayok ketemu di lain hari. Hari dimana semuanya akan menjadi milik kita berdua aja, gak ada yang boleh ganggu atau misahin kita lagi." lanjutnya.
"In another life?" tanya laki-laki itu.
Perempuan itu mengangguk. Rasa perih kembali menjalar di seluruh tubuh laki-laki yang menggenggam erat tangan mungil itu. Kenapa harus sesakit ini mendengarnya?
"Harus bilang apa aku hari ini? Kak Raffi hari ini mau akad," El bersuara lagi.
"Dan kamu masih duduk di sini saat kamu tau kalau Kakak kamu mau akad? El, gak seharusnya kamu nungguin aku yang juga sama lagi menunggu sesuatu gini. Pergi ya, aku gak mau kamu semakin sakit. Dateng ke acara Kak Raffi dan titipin selamat menempuh hidup baru dari aku buat Kak Raffi sama Mba Rania, ya?"
"Kamu juga bisa bilang selamat menempuh kehidupan baru juga, buat aku.."
"Mau ngulang seberapa lama lagi? Gak capek terus-terusan stuck ditempat yang sama?"
-Aira Putri Aron"Udah gue bilang. Ini semua cuma sebuah pilihan yang gak akan bisa gue pilih."
-Adhitama Elvan"Melupakan mungkin bukan jalan yang tepat ya, gimana kalau menghilang?"
-Ayla Kalia
KAMU SEDANG MEMBACA
Choices - Na Jaemin (On Going)
Fanfiction"Ini semua cuma sebuah pilihan yang gak akan bisa gue pilih." Hidup itu identik dengan sebuah pilihan. Mau itu pilihan maju atau mundur, yang pada dasarnya mereka hanya sebuah pilihan yang tidak akan bisa dipilih. Sama dengan halnya yang dirasakan...