0

12 1 0
                                    

15 Juli 2019. Awal semester bagi murid SMA SMADA Balikpapan, namun bagi Arvin ini bukan sekedar semester baru, tapi juga lingkungan baru baginya.

Di semester pertama ini, dia adalah satu-satunya murid pindahan di SMA SMADA Balikpapan.

Sosoknya yang tampak cuek, dingin, dan wajahnya yang datar, benar-benar menjadi sorotan di sekolah baru nya, terutama di kelas XI IPA 2.

Arvin yang notabenenya adalah pendatang, tampaknya mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan barunya, ya walaupun Samarinda dan Balikpapan agak berbeda jauh.

Seperti anak baru kebanyakan, Arvin-pun tampak pendiam, atau memang dia ingin menyendiri? Apapun itu, tapi tampaknya ia tidak di bolehkan menjadi penyediri.

Lihatlah, ada seorang siswa menghampirinya dengan wajah sok asik.

"Yo! Kenalin, gue Tama." Dengan senyuman merekah dan menampakkan rentetan giginya, Tama mengulurkan tangannya tepat di depan wajah Arvin.

Arvin membalas uluran tangan Tama dan memperkenalkan dirinya, " Arvin." Singkat, padat, jelas.

Tama bermuka masam, dalam hati ia misuh-misuh dengan balasan yang... "cuek amat, belum pernah gue sleding, nih kepalanya." Batin Tama.

"Yaelah, jangan singkat-singkat, kek jawabnya." Ungkapnya blak-blakan.

"gue memang begini." Balas Arvin dengan datar.

Tama tampak kesal terlihat dari mulut-nya komat-kamit bak baca mantra, tapi sebenarnya dia sedang menyumpahi Arvin habis-habisan tanpa suara.

Ya bagaimana dia hendak bersuara, nanti yang ada malah Arvin tidak ingin meminjamkan buku catatannya kepada Tama, lagipula tujuannya kesini bukan semata-mata berkenalan, melainkan karena Tama ingin meminjam catatan Arvin. Jangan salah paham, ya.

"Yaudah terserah lo aja. Btw gue boleh pinjem buku catatan lu gak, Vin? Soalnya tadi gue kurang perhatiin pas disuruh nyatet, hehehe. Gue nyatetnya di meja lo, kok. Tenang." Tama melirik bangku kosong di sebelah Arvin.

"Hm." Hanya deheman saudara-saudara, diminta baik-baik malah di balas dengan deheman.

Jika saja bukan karena buku catatan, Tama tidak sudi menghampiri murid baru ini.

Dengan muka masam Tama duduk di sebelah Arvin dan segera menyalin catatan Arvin dibukunya.

Suasana menjadi cangung, yang satu sedang fokus mencatat dan mengunci mulut yang biasa berkicau, yang satu lagi diam tak bersuara bagai patung,  namun Arvin tidak terlalu suka suasana yang terlalu sunyi, padahal terdapat lawan bicara.

Tanpa sadar Arvin menatap Tama dengan tatapan yang membuat Tama tak nyaman.

"Naksir lo sama gue? Ngeliatinnya biasa aja kali, gue tau gue ganteng seantero SMADA, kok." Ucapnya percaya diri. Arvin menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Bukan suka, Cuma canggung mau bahas apa.

"Gak." jawabnya singkat dan tenang tapi sebenarnya tak terima.

"Ck, akui aja lah. Eh btw gue udah selesai, nih. Mau ngantin bareng, gak? Mumpung jamkos dan bentar lagi istirahat." Ajak Tama.

"Hm." Lagi-lagi hanya deheman yang Arvin berikan, Tama menyesal mengajak Arvin ke kantin dan lebih ingin menenggelamkannya ke rawa-rawa meski begitu dia tak mampu menarik kata-katanya untuk mengajak Arvin ke kantin.

Tama yang biasanya bersemangat ke kantin kini dengan muka melas berjalan bersama Arvin menuju kantin.

Meski bermuka melas di sepanjang jalan Tama tetap mengoceh,'gak haus apa?' Namun entah kenapa Arvin sedari tadi hanya diam bak mulutnya sedang terkunci.

Simponi KecilmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang