7.7: Seven

1.8K 340 204
                                    

Alisa tersenyum samar dengan masih memegang tangan besar Azzam dengan kelopak matanya yang masih basah. Wanita yang sudah memakai kerudung gelapnya itu memandang dua orang di hadapannya yang terlihat menarik diri mempersilahkan keduanya masuk. Azzam di sebelahnya hanya mengerjap polos masih bingung dengan apa yang ia lihat sekarang. Terlalu sulit dipahami namun nyata adannya.

"Jadi Arseno sama Adam yang selama ini bantu aku, mas. Arseno yang sudah selamatin aku dari beberapa remaja yang berusaha habisin aku di rumah sakit. Walau sebenarnya mama yang tolong aku untuk pertama kali, tapi Arseno yang berhasil ngambil alih." Cerita Alisa dengan sesekali mengusap air matanya. Entah kenapa merasa terharu bias Bersama sang suami. "Arseno sampai resign dari rumah sakit demi fokus ngobatin aku yang koma. dia juga yang berusaha cari tahu tentang kamu dan anak-anak lewat Adam. Mereka berdua dengan tulus bantu keluarga kita, mas." Lanjut Alisa lagi membuat Azzam menatap Arseno lurus.

Arseno adalah salah satu sahabat Azzam dulu. Arseno adalah kembarannya Alvaro yang sekarang adalah suami Azura yang merupakan kembarannya Azzam. Yang kini menjadi tempat Syaqila berada. Duda tampan itu dengan tulus dan berbesar hati merawat Alisa yang hampir kehilangan nyawanya. Rela meninggalkan gelar dokternya di rumah sakit demi fokus pada kesembuhan istri sahabatnya. Walau banyak rintangan dan masalah yang mereka hadapi, Arseno tetap kekeuh dengan tekadnya menyembuhkan Alisa agar wanita itu bisa berkumpul lagi dengan keluarga kecilnya. Bukan cuma Arseno yang turun tangan, tapi juga Adam anaknya.

Adam Maulana yang kini duduk di bangku sekolah menengah atas itu mengajukan diri untuk membantu keluarga Alisa. Remaja berahang kokoh itu rela meninggalkan sekolah lamanya hanya untuk bersekolah bersama salah satu anak Azzam dan Alisa. Pemuda itu memilih mejadi orang yang selalu bisa diandalkan anak bungsu Alisa. Mencari tahu tentang semua masa lalu Syaqila, tentang trauma gadis itu dan apa-apa yang harus ia persiapkan untuk lebih dekat dengan Syaqila. Adam merasa terpanggil saat mendengar semua cerita Alisa tentang keluarga kecilnya yang sengaja dipisahkan tanpa alasan. Dan yang lebih mencengangkan lagi pelakunya adalah ibu kandung dari Alisa sendiri. Oma dari tiga anak kembar dua pasangan itu.

Adam mulai bertekad untuk membantu Alisa dengan seluruh kemampuannya. Selain karena keinginannya sendiri, Adam melakukan itu semua juga karena dorongan ayahnya. Ayahnya pernah bilang kalau Azzam dan keluarganya dulu selalu menjadi orang pertama yang ada saat mereka membutuhkan bantuan. Oleh sebab itu, Adam dan ayahnya berniat berbalas budi.

Adam tahu bagaimana rasanya dipisahkan dengan keluarga yang disayangnya. Apalagi harus dipisahkan dari dunia yang berbeda. Bundanya meninggal saat Adam berumur sepuluh tahun, tiga tahun setelah ia diadopsi Arseno dan bundanya yang meninggal. Adam hanya anak angkat keluarga dokter itu.

"Adam juga sampai ambil resiko buat kerja sama mama, agar dia lebih gampang menyelidiki rencana mama." Jelas Alisa lagi menatap Addam dengan tersenyum lembut membuat Pemuda itu sontak menipiskan bibir. "Dan sekarang dia yang jaga Syaqila di sekolah barunya. Saat Syaqila kambuh pun dia yang kasih pertolongan pertamanya mas," lanjut Alisa bercerita panjang lebar . Azzam mengerjap polos masih hilang kata. Pria itu beranjak berdiri dan mendekat pada Arseno membuat sahabat lamanya itu sontak berdiri. Kedua pria jangkung itu saling berpelukan haru. Dengan Azzam yang tidak bias membendung air mata bahagianya. "Bahkan ucapan terima kasih aja gak akan pernah cukup buat kamu, No. Terima kasih, makasih banget, No." Tutur Azzam masih dengan memeluk erat Arseno membuat duda tampan itu hanya tersenyum samar dengan mengangguk. "Dengan senang hati."



Azzam melepaskan pelukannya lalu beralih mengusap kepala Adam yang hanya mengangguk canggung ke arahnya.

"Makasih ya, nak sudah bantuin keluarga om selama ini."

"Iya, Om."

Arseno mendekat dan menepuk bahu anak angkatnya itu pelan.



"Kalau kamu ngerasa berterima kasih, relain anak gadis kamu buat anak aku." Ujar Arseno membuat Adam mengerjap kaget dan mengulum bibir.

"Eh?!"



*******

Syahid menenggak minuman sodanya lalu mengusap bulir di sudut bibirnya. Arjuna yang duduk bersamanya sudah asik lesehan dengan mengunyah martabaknya. Keduanya berkumpul di kediaman Syahid. Membahas masa lalu dan juga berceloteh Panjang lebar walau di dominasi Arjuna. Syahid yang bertugas mengangguk saja dengan sesekali berdehem lirih.



Pintu kamar terbuka membuat Syahid menoleh pelan dengan menaikan alis melihat Mr. Christ yang terseok pasrah karena terdorong oleh Pemuda yang baru saja muncul di depan mereka. Arjuna yang hendak memasukan potongan martabaknya sontak melompat dan menyabut kedatangan cowok berkacamata bening itu dengan memeluknya erat.

"Romeoooooo, Juliet rindu kamyuuuuuu. Sini, sini cium dulu." Ujarnya ingin menyosor pipi Romeo membuat pemuda yang sedang emosi itu melayangkan tonjokannya sampai kunyahan martabak Arjuna tersembur keluar. Syahid yang melihat itu hanya beranjak tenang dan mendekat. Merassa kalau Romeo akan membawa berita buruk.

Syahid mengerjap tajam saat Romeo kembali mendekat dan meraih kerah bajunya menekan tubuh Syahid pada sudut tembok. "Elo kalau gak bisa jaga Airin bilang, jangan buat dia terus-terusan tersakiti begini!" Sentaknya masih memegang kerah baju Syahid kasar. "Kenapa?" balas Syahid masih tenang tanpa memperdulikan Arjuna yang sudah mengeluarkan sumpah serapahnya. "Jangan pernah berani-berani buat temuin Airin, gue gak akan pernah biarin lo buat dekat-dekat lagi sama Airin. Elo akan berhadapan langsung sama gue."



Syahid berdecak kasar lalu menepis tangan Romeo kasar.

"Kenapa?" Tuturnya dinging membuat Romeo terbatuk kecil, "Airin ke rumah Oma lo, katanya kalian berdua bakalan dinner di sana. Tapi nyatanya Airin diperlakukan gak manusiawi sama Oma lo." Jelas Romeo membuat Syahid mengeraskan rahangnya kuat. "Airin ditampar sampai mukanya Lebam, bajunya digunting sampai dia hampir telanjang dan parahnya rambut Airin di gunting seenaknya." Tambah Romeo membuat Syahid membeku di tempat. Pemuda itu hilang kata dengan perlahan melemaskan bahu. Baru saja kecolongan, terlalu sibuk dengan masalah keluarganya sampai gadis itu menjadi korban.

Arjuna dan Romeo kompak memekik kecil saat Syahid dengan tanpa dosanya melompat turun ke balkon dan berlari ke arah motornnya. Lalu menggas motornya pergi meninggalkan kediamannya. Arjuna yang masih merasakan ngilu pada rahangnya hanya menatap Romeo sinis lalu berbalik dengan menyempatkan mengibaskan rambut pendeknya.







Syahid menghentikan motornya dengan menjatuhkannya begitu saja di depan gerbang rumah Airin. Pemuda itu melongokan kepala menatap ke dalam sana, lampu rumah sudah dimatikan pertanda penghuninya sudah tidur. Syahid tidak kehabisan akal, Pemuda itu melompati pagar rumah dan tersentak kaget melihat sosok mungil yang duduk melamun di atas ayunannya. Syahid perlahan mendekat membuat Airin yang menyadari kemunculannya menoleh pelan dengan tatapan sayunya.

"Elo gakpapa?" Tutur Syahid sudah berjongkok memegang tali ayunan dengan mendongak menatap wajah mungil Airin di samar-samar cahaya bulan. Syahid tersentak saat melihat rambut Panjang Airin kini hanya sebatas lehernya. Airin tidak menanggapi, gadis itu hanya mengerjap sendu dengan tatapan kosongnya. "Airin," Lirih Syahid meraih jemari mungil gadis itu dengan perasaan bersalah.

Airin tersenyum nanar dengan merunduk dalam sampai tetesan bening mengenai jemarinya. Gadis itu menggigit bibirnya yang bergetar kecil berusaha menahan isaknya. Syahid berdecak samar lalu mengangkat lengan memeluk gadis itu lembut membuat Airin makin tersedu.

"Maafin gue,"

Airin makin sesegukan dengan tangan mungilnya yang mencengkram ujung kaos hitam Syahid. "Maafin gue karena gak bisa jagain lo," Tambah pemuda itu lagi dengan menarik diri menatap wajah Airin lurus. Tangannya terulur mengusap lembut kelopak mata basah Airin. "Maaf," ulangnya masih menatap Airin lekat membuat gadis itu menggelengkan kepalanya lemah. "Mungkin ini emang jalannya, kita gak bisa sama-sama. Kamupun masih sibuk sama masalah kamu kan?"

"Airin."

"Syahid, aku capek. Aku benar-benar capek sekarang. Aku pengen berhenti suka sama kamu, dan aku harap kamu gak pernah kesini lagi." Ujar Airin dengan beranjak berdiri meninggalkan Syahid disana. "Airin,"









"Aku harap kamu bahagia walau bukan denganku,"





























Syahid [Zero]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang