HAPPY READING 🥀
"Gue bukan barang yang seenaknya bisa Lo klaim jadi milik Lo dan Lo juga bukan siapa siapa gue. Jadi, gimana bisa Lo anggap gue adalah milik Lo?"
🐝🐝🐝
Rutinitas pagi Zifa untuk mengatakan sepatah kalimat ke pak Dadang hari ini tidak ia lakukan, karena semalam ia tidur dirumah Angel. Jadi, hari ini ia tidak diantar pak Dadang.
Ketika memasuki area sekolah, rutinitasnya sebelum masuk ke kelas tetap ia lakukan. Tapi sepertinya ada yang berbeda dengan hari ini, sapaan siswa siswi tidak hanya senyum atau memanggil namanya. Tapi mereka juga memberikan ucapan selamat kepadanya.
Zifa dan Angel bingung melihat perbedaan ini. Angel menghentikan langkahnya untuk bertanya kepada salah satu siswi dan diikuti Zifa di belakangnya.
"Lo indah kan? Lo tau gak kenapa mereka semua ngucapin selamat ke Zifa?" Tanya Angel
"Kalian berdua gatau?" Mendengar pertanyaan Indah. Angel dan Zifa kompak menggelengkan kepala.
"Kalian liat aja di Mading" jawab Indah sambil menunjuk arah Mading yang terletak di sebelah tangga.
"Thanks ya" ucap Angel.
Zifa berlari ke arah Mading yang kini terlihat lebih sepi tidak seperti tadi. Ia terkejut, melihat fotonya terpajang di Mading dengan coretan "Brian mine"
Emosinya naik seketika, semangat paginya luntur dalam sekejap. Ia merobek fotonya yang tertempel di Mading sekolah agar tidak ada yang bisa melihatnya lagi ketika jam istirahat. Kemudian, Kakinya melangkah mencari keberadaan siswa yang dengan seenaknya mengklaim dirinya. Beberapa saat kemudian, ketika ia sudah jauh dari area Mading sekolah. Ia tersadar dari kebodohannya.
"Dimana gue cari tu cowok brengsek? Gue aja gatau kelasnya dimana, argh!!" Ucap Zifa frustasi
"Kamu cari aku nih?" Tanpa Zifa sadari dari tadi Brian ada dibelakangnya.
Setelah menempel foto Zifa di Mading sekolah tadi, Brian menunggu kedatangan Zifa didekat Mading. Sebenarnya tadi pagi ia sudah pergi kerumah Zifa seperti niatnya semalam, ia ingin menjemput Zifa. Tapi yang dijemput tidak ada dirumah.
"Lo! Mau Lo apa sih? Ngapain nempel foto gue di Mading?hah!" Tanya Zifa dengan nada tinggi.
"Sttt jangan teriak teriak, ikut aku bentar ya" ucap Brian sambil menarik tangan Zifa, agar Zifa mengikutinya.
Ternyata Brian membawanya ke taman belakang sekolah. Ia fikir ia akan dibawa keluar sekolah. Fikiran nya memang sangat buruk jika berhubungan dengan Brian.
" Jadi, Lo ada maksut apa nempel foto gue di Mading sekolah?" Tanya Zifa
Kali ini nadanya normal untuk orang yang sedang bercengkrama. Karena ia ingin menyelesaikan masalahnya secepat mungkin.
"Biar semuanya tau kalau kamu udah jadi milik aku" jawab Brian dengan senyumnya.
"Gini ya, wahai Brian Deborah" ucap Zifa penuh dengan penekanan.
" Gue bukan barang yang seenaknya bisa Lo klaim jadi milik Lo dan Lo juga bukan siapa siapa gue. Jadi, gimana bisa Lo anggap gue adalah milik Lo?" Tanya Zifa sinis.
"Kamu memang bukan barang, dan kalau kamu lupa, semalam kita udah resmi jadian." Jawab Brian
"Jadian? Hahaha. Halu Lo" ucap Zifa sambil tertawa lepas. Entah apa yang ia tertawakan, seharusnya kan ia marah dengan Brian.
"Ini buktinya" ucap Brian sambil menyodorkan hpnya.
"Tapi it..." Belum menyelesaikan ucapannya. Brian sudah memotongnya dengan kalimat yang mungkin pertanda kehancuran untuk Zifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zifa
Teen Fiction"Aku ingin kita seperti Lebah dan bunga, diciptakan untuk saling menguntungkan tanpa ingin merugikan." Brian mengatakan kalimat indah dengan pandangan mata tetap pada bunga yang bergoyang karena sentuhan angin dan juga lebah yang terbang dengan say...