3. Menyambut Bulan

22 2 0
                                    

Happy Reading 🥀

"You deserve to be happy, meskipun bukan aku yang membuatmu bahagia suatu hari nanti"

🐝🐝🐝

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, guru yang mengajar di kelas XI IPA 1 pun sudah keluar dari kelas. Zifa terlihat buru buru mengemasi buku dan alat tulisnya.

"Kenapa Lo buru buru sih Zif?" Tanya angel memandang aneh kelakuan Zifa. Tidak biasanya Zifa buru buru pulang, bahkan biasanya Zifa pulang setengah jam setelah bel pulang sekolah berbunyi.

"Kalau Lo merasa ada yang perlu Lo jelasin, nanti malam Lo datang ke rumah gue" jawab Zifa sebelum ia berlari ke arah pintu kelas.

Ketika ia fokus lari ingin segera pergi, tepat didepan pintu kelas ia menabrak seseorang. Walau bukan dinding yang ia tabrak, tapi dahinya terasa sakit. Ia pun mendongakkan kepalanya, melihat siapa yang ia tabrak semakin membuat dirinya merasa sangat sial.

"Mau kabur?" Tanya seseorang itu.

"Kabur? Gue bukan buronan!" Sini Zifa.

"Ternyata, lo buru buru keluar kelas tadi mau nemuin Brian?" Tanya angel tersenyum remeh.

Yup! Benar sekali. Seseorang yang ditabrak oleh Zifa tadi adalah Brian. Sebelum bel pulang sekolah berbunyi, Brian sudah ada didepan kelas Zifa. Karena kelasnya tadi tidak ada guru, jadi ia bebas keluar kelas terlebih dahulu.

"Pikiran Lo udah gak waras!" Ucap Zifa kepada Angel.

"Yeeee gengsi ngakuin neng?" Tanya angel sambil melangkahkan kakinya pergi.

Zifa tak menjawab pertanyaan bernada ejekan dari Angel. Karena ia tau, melawan Angel itu percuma. Ujung ujungnya ia juga yang kalah.

"Yaudah ayok pergi. Keburu langitnya makin gelap" ucap Brian dengan menggandeng pergelangan tangan Zifa lembut.

Refleks Zifa melepaskan pergelangan tangannya, namun kekuatannya tidak sekuat kekuatan Brian. Jadinya percuma, tangannya tetap berada digenggaman tangan Brian.

"Lo mau bawa gue kemana?" Tanya Zifa ketika mereka menuju ke parkiran sekolah.

"Ke tempat yang pastinya kamu sukai." Jawab Brian.

Tidak terasa, sekarang mereka sudah ada di area parkiran sekolah. Tempatnya luas, karena memang banyak siswa siswi yang sudah dibolehkan membawa kendaraan pribadi masing masing.

Kondisi parkirannya saat ini bisa dikatakan sudah sepi, mungkin hanya ada beberapa kendaraan yang terparkir. Mungkin milik siswa siswi yang masih ada urusan dengan bimbingan konseling atau yang lagi melaksanakan ekstrakurikuler.

"Ayo naik" ucap Brian ketika ia sudah duduk diatas vespa kesayangan nya.

Mungkin kalian berfikir kalau Brian akan membawa mobil keren, ataukah sepeda motor yang memiliki boncengan tinggi dan sempit? Fikiran kalian sama seperti yang ada di otak Zifa.

Vespa kesayangan Brian terlihat unik daripada berbagai kendaraan mewah yang ada di area parkiran. Warnanya gelap namun terlihat mengkilap, sepertinya Brian selalu menjaga kebersihan Vespa nya.

"Kenapa? Gamau naik Vespa?" Tanya Brian ketika melihat raut wajah Zifa.

"Yang bener, gue gamau pergi sama Lo" jawab Zifa sinis.

"Yaudah kita pergi sekarang" ucap Brian sambil memakaikan helm ke kepala Zifa.

Jantung Zifa terasa berdegup lebih kencang dari pada biasanya, ia terdiam memikirkan rasa ini. Matanya fokus melihat wajah Brian, hingga ia tidak sadar kalau Brian sudah selesai memakaikan helm.

ZifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang