"Sial."
Sudah keseratus kalinya umpatan yang keluar dari bibir Jeon Wonwoo. Lelaki itu menggerakkan kursornya kesal dan sedikit membanting mouse ketika layar komputer memunculkan tulisan Game Over. Sebenarnya, Wonwoo bukanlah pemain payah seperti saat ini. Bahkan, dia selalu memenangkan setiap babak dengan skor tinggi. Namun, kali ini ia menjadi pemain payah karena satu karakter asing yang memojokkannya terus.
"Sudah menang berapa kali, Bung?" tanya temannya di sebelah yang dibalas tatapan tajam dari Wonwoo. "Sialan." dengus Wonwoo membuat temannya mengerut heran. Kepalanya menengok komputer Pemuda Jeon dan raut terkejut segera terpatri.
"Hei, kau kalah? Serius?" mata yang membulat sempurna menjadikan Wonwoo merengut. "Ada satu pemain yang selalu unggul di atasku, Kak Seungcheol." ucapan Wonwoo ditimpali temannya yang lain. "Sepertinya, Wonwoo bernasib sial hari ini. Tim kami sudah kalah sepuluh kali." Wonwoo mendorong kursinya lalu beranjak menuju toilet. Harga dirinya baru saja dijatuhkan. Jadi, bagaimana bisa ia diam lama-lama di sana? Hanya akan membuatnya semakin emosi.
Jeonghan dan Seungcheol saling memandang lalu tersenyum geli. Wonwoo adalah anggota termuda di kelompok pertemanannya dan akan menjadi sangat lucu ketika lelaki itu marah. Iya, wajah amarah Wonwoo itu terlihat lucu oleh mereka yang lebih tua.
Wonwoo membasuh mukanya dengan air keran. Memandang pantulan wajahnya di cermin, Wonwoo tersenyum miring. Strategi balas dendamnya muncul di bayang-bayang pikiran. Benar. Jangan menyerah, Jeon. Jangan pulang sampai dia kalah. Wonwoo keluar dari pintu toilet lalu berjalan tergesa-gesa menuju bilik komputernya. Netranya menangkap Seungcheol yang menaruh satu cheese burger dan satu gelas kola di mejanya. Menghampiri teman sepermainannya, Wonwoo menepuk pundaknya dan mengucapkan terima kasih. Setelahnya, pria berkacamata itu mulai memainkan kursor dan keyboard.
Dengan dua ketikan di tombol keyboard dan satu tekanan di mouse, Jeon Wonwoo mendesis bahagia. Jeonghan di bilik sebelahnya pun menahan jeritan kemenangan.
Sementara sosok di balik kursi Wonwoo, mendesah kecewa. Tak terlalu terdengar karena berisiknya kafe warnet saat ini, tetapi indra pendengaran Wonwoo dapat menangkap suara itu. Pria itu menoleh ke belakang. Menyipitkan matanya di balik kacamata, Wonwoo tertawa meledek. Ternyata dia menemukan lawan mainnya selama ini. Tubuhnya digerakkan berdiri, melangkah di belakang kursi seseorang dan kepalanya di sejajarkan dengan kepala lawannya.
"Selamat kalah, Nona Pororo." bisiknya yang sukses membuat si gadis menegang dan menoleh kaku. Matanya membulat sempurna tatkala bertemu wajah Wonwoo. Namun garis wajahnya berubah cepat, tersenyum ramah sambil membalas, "Selamat menang, Tuan Pecundang." memicu amarah si Jeon lagi. Wonwoo menahan dirinya untuk tidak mengumpati sosok gadis kecil yang terlihat seperti bocah sekolah menengah. Oh, harga diri Wonwoo semakin jatuh ke palung jika gadis itu benar-benar hanyalah sosok anak sekolah.
Wonwoo tersenyum remeh lalu berdiri tegak. "Sampai berjumpa, Nona Pororo." ucapnya. Si Nona Pororo tertawa kecil melihat pergerakan si pria. Dia baru mengetahui bahwa lawan yang ia kalahkan sepuluh kali berturut-turut adalah pria tampan berkacamata yang memiliki sepasang mata rubah. Dia tentu saja merasa bangga, mengalahkan Wonwoo.
Agaknya ia merasa sudah gila. Jantungnya berdegup hebat tatkala Wonwoo menenteng burger dan kolanya sambil mengedipkan mata ke arahnya sebelum melenggang pergi di balik pintu warnet. Sialan. Dia mengunjungi warnet agar melupakan mantan brengseknya, tetapi ia malah menemukan dirinya jatuh hati ke pria lain. Secepat itu kah dia mengalihkan hatinya? Bahkan ini belum seminggu lamanya setelah berpisah. Entah baik atau buruk, Hyun memutuskan untuk fokus mendekati si Tuan Rubah. Setidaknya itu nama yang terpampang di atas karakter game pria tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Breeze || Seventeen ✔
FanfictionSummer Breeze Bersamaan angin yang bergerak tenang, ketiga belas pemuda menemukan kisah mereka sendiri di musim panas tahun ini. Layaknya es krim yang berpadu dengan teriknya matahari; menyegarkan, menenangkan, dan mengejutkan. Mereka sadar bahwa ge...