14. Forgive

40 31 0
                                    

Reaksi pertama yang dilayangkan Yunji saat menginjakkan kakinya pada kediaman keluarga Choi, ia terpana dengan wajah cengo. Memindai dengan penuh antusias pada bangunan megah yang sedang dipijakinya ini. Jika perlu dideskripsi, mungkin akan memakan waktu yang lama untuk menjelaskan secara detail bangunan megah di depannya ini. Yunji tak akan sanggup jika harus menjelaskan. Gadis itu tercengang dengan interior bahkan furniture yang menambah kesan mewah bangunan megah itu.

Hanya kata Wow disertai tatapan memuja yang bisa dilayangkannya.

Daun pintu utama terbuka, dan Yunji kembali dibuat terpana saat dirinya disuguhi beberapa orang yang dapat ditebaknya sebagai pelayan,—terlihat menunduk dan menyambut kedatangan mereka.

" Selamat datang, tuan dan nona, " Sapa seorang pelayan yang berdiri di barisan depan. Penyambutan itu terlihat anggun dan manis secara bersamaan.

Yoongi berdehem melihat Yunji yang hendak menunduk pada para pelayan—Menghentikan aksi itu. Pria itu mengambil tangan Yunji untuk digenggam. Mengabaikan tatapan protes yang dilayangkan Yunji padanya.

" Di mana ayah? " tanyanya tanpa perlu basa-basi.

" Sedang berada di ruang kerjanya, tuan. Tuan besar meminta anda dan nona agar menunggu di ruang keluarga, " Jawab sang kepala pelayan.

Dengan itu, Yunji dan Yoongi dipandu oleh beberapa pelayan sementara yang lainnya beringsut menjauh dan hilang pada area lain.

Rumah ini begitu besar dan megah. Yunji sungguh tak sanggup jika ingin mengira-ngira berapa nominal yang dikeluarkan hanya untuk membuat rumah semegah ini. Bahkan untuk ukuran sebuah ruang keluarga. Yunji jadi merasa tak enak hati saat dirinya menduduki sofa empuk yang terletak di sana. Seakan tak pantas.

Beberapa pelayan yang tadi memisahkan diri kembali dengan membawa minuman dan makanan ringan bersamaan dengan tuan Choi atau ayah dari Yoongi yang juga tiba di sana. Pria paruh baya itu memberikan sebuah senyuman.

Yunji beranjak dan menyambut pria itu. Menunduk dalam sebagai bentuk rasa hormatnya.

" Kau tak perlu seformal itu padaku, nona Min, " ujar tuan Choi terkekeh. Yunji membalas dengan senyum kikuk.

" Ada apa mengundang Yunji kesini? " tanya Yoongi. Seperti biasa, tanpa basa-basi. Pria itu seperti tak ingin membuang waktu.

Choi Hoojun tertawa pelan. Melihat reaksi putranya yang tergesa-gesa ingin mengetahui niatannya. Pria lanjut usia itu tak menghiraukan dan malah menyesap tehnya, juga mempersilahkan Yunji melakukan hal yang sama.

" Nona Min. "

Yang dipanggil menyahut. Menunggu kelanjutan ucapan pria paruh baya di depannya.

" Bagaimana sekolahmu? " tanya HooJun semangat.

Dia jadi ingat saat Yoongi sekolah dulu, dia juga sangat semangat saat menanyakan bagaimana sekolah putranya itu. Sekarang Yoongi sudah besar bahkan sebentar lagi akan menamatkan pendidikan strata pertamanya.

" Baik, paman, " jawab Yunji apa adanya. Choi Hoojun mengangguk paham.

" Kudengar ujianmu sebentar lagi? " tanya HooJun kembali. Ia melirik putranya yang seperti keberatan dirinya mengobrol dengan Yunji. Yoongi terlihat menghela napas kesal saat dirasa dia bahkan tak dianggap di sana.

" Ayah—"

" Benar. Minggu depan ujian kelulusan akan digelar, " potong Yunji. Diliriknya Yoongi yang tengah membuang napas kesal di tempatnya.

" Kau hanya mengundangnya untuk membahas ini? " tanya Yoongi kesal. " Ayo, Yunji. Aku akan mengantarmu, " lanjutnya. Pria itu bahkan sudah beranjak dari sofa yang didudukinya.

PULVERATRICIOUS [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang