Hari itu adalah hari terburuk bagi Shaka. Di umurnya yang masih enam tahun, laki-laki itu mendapat kabar bahwa satu-satunya orang yang dia cintai meninggal. Lebih buruk lagi dia meninggal karena bunuh diri.
Dan apa yang paling ironis dari semua itu? Seseorang yang menyebabkan dia bunuh diri adalah orang yang paling dia cintai.
Ibunya memilih bunuh diri karena tidak sanggup menahan rasa sakit hati saat dia mengetahui suami yang dia cintai sudah berselingkuh hampir dua tahun ini bahkan sudah menikah siri tanpa dia tahu.
Dunianya hancur, wanita itu tidak dapat berpikir sehat. Dia lupa bahwa ada anak-anaknya yang masih membutuhkannya.
Hari itu, dia memilih menegak racun di kamarnya.
Shaka bersama saudara kembarnya sangat terpukul. Mengetahui alasan sang Ibu memilih pergi membuat dendam mulai menumpuk dalam hati anak-anak itu, padahal usia mereka masih sangat muda, namun sudah harus mengalami kejadian semengerikan itu.
Saudara kembarnya memilih tinggal bersama sang nenek yang berada di Inggris, sedangkan Shaka tetap tinggal. Dirumah yang sejak dulu dia tinggali bersama sang Ibu.
Beberapa bulan berikutnya, sang Ayah membawa wanita itu kerumahnya secara terang-terangan. Shaka tersenyum melihat itu.
Iblis berkumpul dalam hatinya, adegan mengerikan untuk menyiksa dua orang itu membuatnya terkikik. Rasanya sempurna jika dia menyiksa mereka perlahan, memberikan rasa sakit bertubi-tubi sampai mereka tidak sanggup dan memilih pergi.
Shaka langsung tersenyum ramah pada wanita itu saat itu. Membuat mereka kaget dengan respon anak itu.
Dalam hati riuhan setan didalam tubuhnya bersorak. Hatinya berseru riang.
"Selama datang di neraka."
***
"SAYANG!"
Beberapa orang dikelas itu langsung terdiam mendengar suara lantang itu. Mereka menatap penuh pada seorang laki-laki berlari cepat, masuk ke sebuah kelas.
Dia Shaka. Cowok yang memiliki taring panjang yang selalu terlihat saat dia tersenyum, Shaka berjalan riang mendekati seorang gadis berkacamata yang tampak sibuk dengan laptopnya.
Begitu melihat Shaka, gadis itu tidak segan-segan menunjukkan rasa tidak sukanya. Hanya satu orang yang berani melakukan itu. Nina. "Ngapain, lo disini? Gue lagi sibuk." dengkusnya.
Shaka tersenyum, menarik kursi yang berada di dekatnya, duduk tepat di hadapan Nina. "Lo cantik pakai kacamata." cowok itu menyeringai.
Nina melepaskan kacamatanya, membuat cowok didepannya tertawa. "Lo nggak lapar sayang? Udah jam istirahat."
Nina menatap cowok itu sekilas. "Gue juga tahu ini jama istirahat. Kenapa juga lo peduli? Belajar aja lo kadang bolos."
Shaka menopang kepalanya dengan tangan, menatap cewek itu dalam. "Sejak kenal sama lo. Gue jadi peduli. Lo nggak akan pernah berhenti belajar kalau nggak ada jam istirahat."
Nina menatap Shaka, matanya bertemu dengan mata kelam dan tajam cowok itu. "Jijik tahu, nggak!"
Shaka tersenyum. Hanya Nina yang berani memperlakukannya seperti ini.
"Yaudah, lo mau makan apa, sayang?" cowok berusaha bernegosiasi. "Gue yang beliin."
Nina menggeleng pelan. "Gue bawa bekal." gadis itu akhirnya menutup laptop, mengambil kotak makanan yang dia bawa dari rumah.
Shaka melihatnya beberapa saat sebelum keningnya berkerut dalam. "Apaan tuh hijau-hijau semua? Lo bukan hewan herbivora 'kan, yang? Lo manusia 'kan? Kenapa makan rumput?" ucap cowok itu blak-blakan.
Nina memutar bola matanya tampak kesal. "Ini sayur!" gerutunya. "Gue lagi diet, berat gue naik dua kilo. Gue tambah gendut. Gue nggak mau kena obesitas di umur segini." Nina gadis yang terobsesi menjadi sempurna dalam segala hal.
Mata Shaka tajam menyorot tubuh gadis itu. Bagaimana bisa gadis kurus itu mengatakan dia bertambah gendut? Dimana angka dua kilo yang kata gadis itu bertambah ditubuhnya?
"Lo ... nggak tambah gendut, sayang." ucapnya setelah terdiam beberapa saat.
"Udahlah, Shaka, lo pergi aja sana, makan apapun yang lo mau. Gue lagi diet." gadis itu mulai memasukkan sayur-sayur hijau itu kedalam mulutnya.
Shaka menarik kotak gadis itu, ikut memasukkan sayur-sayuran itu kedalam mulutnya. Hanya beberapa saat sebelum cowok itu mencari tisu dan mengeluarkannya dari mulut.
"Rasa rumput kambing!"
Nina mendelik. "Yang suruh makan siapa!"
Shaka mengerucutkan bibirnya. "Kalau lo diet, gue juga diet! Badan gue juga makin gendut, perut gue juga makin besar." cowok itu menarik ujung seragamnya, memperlihatkan perutnya yang penuh otot.
"Terserah! Gue nggak peduli!" wajah Nina sedikit memerah, Shaka menyeringai, dibalik wajah kerasnya, Nina itu naif.
Shaka ingin ikut memakan rumput yang di bawa Nina, menunjukkan bahwa dia juga keras kepala, namun lidahnya tidak sanggup memakan itu. Akhirnya cowok itu membeli empat roti isi coklat dan dua kotak susu coklat.
Nina menatap Shaka iri. Cowok itu memang memiliki porsi makan besar, namun makanan itu selalu mejadi otot ditubuhnya.
***
Hari ini Nina ada pertemuan dengan anggota baru di organisasi PMR. Setiap tahun ajaran baru, selalu ada tambahan anggota. Gadis itu sudah menjadi ketua organisasi tersebut sejak tahun lalu.
Setelah perkenalan diri dan basa-basi, gadis itu memberikan materi. Mengenai jenis-jenis obat yang ada di UKS dan pertolongan petama saat ada siswa yang pingsan ataupun terluka.
Aldi, salah satu juniornya yang paling antusias bertanya ini-itu, beberapa menit setelahnya, mereka beristirahat, Aldi mendekati Nina.
"Kak, saya boleh tanya lagi?" ujar cowok itu tersenyum.
Nina balas tersenyum hangat, dia menyukai orang seperti cowok itu. "Boleh kamu mau tahu apa lagi?"
Lalu, mereka berbincang banyak hal mengenai hal medis.
Seseorang terpaku di tempat, Shaka selalu mengikuti kegiatan gadis itu, saat ini memantau kegiatan Nina dari atas gedung. "Lo nggak pernah senyumin gue, tapi dia lo senyumin begitu?" Shaka menatap tajam. "Ini nggak adil, sayang. Dia seharusnya nggak boleh liat senyum cantik lo." lalu cowok itu menyeringai.
***
Note :
Baca lengkap di karyakarsa monggosee. Bisa beli satuan atau paketan ya.
Gunakan voucher: Merkurius untuk mendapatkan potongan harga 20.000
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute, but psycho [√]
عاطفية"Lo itu punya gue. Lo pergi? Gue kejar. Lo punya cowok lain? Mereka gue bunuh." *** Shaka adalah laki-laki yang kesekian jatuh pada peson Nina, gadis ketus yang hanya peduli pada dirinya sendiri. Sebagian besar dari mereka lebih memilih menganggumi...