Lupa Semuanya

118 11 24
                                    

Semuanya hancur, sebuah kepingan kenangan berubah menjadi serpihan abu.
-Im Fans Boboiboy

"Apa, bagaimana bisa!? Kau pasti bercanda." Adudu sangat kesal dari nada bicaranya. Dia berlari ke arah laboratorium tempat Boboiboy Air beristirahat.

"A-aku ada di mana?" tanya Boboiboy Air kebingungan sambil menatap Adudu dan komputernya.

Melihat Boboiboy Air yang sepertinya kehilangan ingatannya. Adudu pun tak menyia-nyiakan hal tersebut, dia mulai mengambil kesempatan untuk memanipulasi ingatan Boboiboy Air.

"Boboiboy Air, kau sudah bangun," ucap Adudu sambil memeluk Boboiboy Air, dia kelihatan sangat khawatir padahal tidak sama sekali.

"Kau siapa?"

"Aku Adudu teman baikmu."

Boboiboy Air memperhatikan Adudu dari bawah hingga ke atas, makhluk berwarna hijau dengan kepala kotak, punya hidung yang kecil dan telinga yang berbentuk antena. Adudu tau kalau Boboiboy Air akan ragu dengan penampilannya, dia pun dengan cerdik mencoba mengalihkan keraguan Boboiboy Air.

"Komputer, tunjukkan fotoku bersama Boboiboy Air," titah Adudu pada komputer. Tak lama kemudian sebuah foto hologram muncul di hadapan Boboiboy air.

Setelah menatap foto itu lekat-lekat kemudian Boboiboy Air tersenyum dan berkata, "Ku kira kau terkena penyakit hingga badanmu menjadi hijau."

Adudu terkekeh pelan, "Benarkah? Dari dulu badanku memang seperti ini. Kau dan aku berteman saat pertama kali aku turun ke bumi."

"Wah, jadi kau makhluk dari luar angkasa?" tanya Air dengan wajah yang sangat bersemangat.

"Benar sekali, akan ku ceritakan bagaimana luar angkasa itu," jawab Adudu sambil tersenyum licik.

Beberapa hari kemudian. Di rumah sakit saat ini Cindy dan Inay masih belum sadar juga. Inay yang mengalami luka serius di pergelangan tangan, kehabisan banyak darah untung saja dia mendapatkan pendonor dengan cepat. Sedangkan Cindy yang terluka parah dibagian kaki dan kepala mendapatkan donor darah paling lama, golongan darahnya yang cukup langka membuat keluarganya kesulitan mencari pendonor. Untung saja darah ibunya sangat cocok dengan darahnya, ibunya langsung mendonorkan darah dan Cindy akhirnya dapat melewati masa krisisnya walau dia belum sadar juga.

"Hey, kau belum bangun juga ternyata. Orang kejam ini sudah berapa lama tertidur. Apakah mimpimu sangat indah?" Pertanyaan itu datang dari seorang laki-laki yang saat ini berdiri di samping tempat tidur Cindy.

"Dokter, kenapa putriku belum bangun juga?"

Teriakan itu mengejutkan laki-laki tersebut. Dia dengan cepat keluar melalui jendela rumah sakit. Ibu Cindy merasa ada sesuatu yang aneh, dengan cepat dia membuka pintu tempat ruangan Cindy di rawat.

"Hah, tidak ada siapa-siapa."

"Ada apa buk?"

"Enggak, dok. Cuman perasaan saya saja tadi, ada orang berdiri di dekat anak saya."

Dokter juga tampak kebingungan. Ia pernah mendapat keluhan dari salah satu suster yang bekerja mengurus kamar Cindy, katanya setiap jam 5 subuh ada bunyi jendela yang terbuka. Tapi, setelah di cek hanya ada genangan air di dekat jendela. Dan mulai saat itu juga mereka menyebar rumor aneh, tentang ruangan ini.

"Mungkin ibu sedikit kecapekan, silahkan istirahat dulu di rumah ya, Buk," ujar si dokter yang mulai khawatir. Ia takut akan terjadi sesuatu pada keluarga pasiennya.

"Baiklah dok."

Ibu Cindy mulai melangkah keluar dari kamar rawat putrinya. Ia masih memikirkan tentang bayangan di samping Cindy tadi. Tapi, dengan cepat ia menepis pikiran buruknya, mungkin perkataan dokter tadi benar. Dia sedang lelah karna selalu lupa untuk makan dan kurang tidur sejak Cindy mengalami koma.

I'm Fans Boboiboy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang