BERAWAL DARI AMBISI

70 4 0
                                    

~HAPPY READING~
🌻

Percikan air hujan yang turun tanpa jeda, Kicauan burung yang ikut bersuara. Semuanya seperti alunan musik alami, saling terpadu menjadi satu untuk membuat alunan musik paling merdu, dan ketenagan seolah-olah datang untuk ikut menikmati.

Hari sudah mulai petang, dan berjalanan menuju puncak gunung masih beberapa jam lagi.

"Sebaiknya kita berteduh terlebih dahulu disini sambil menunggu hujan reda" seorang leader yang memberi aba-aba. Dia bernama Surya para pendaki sering menyebutnya dengan panggilan Kang Surya. Surya seorang leader yang berusia sudah cukup tua, dia memiliki banyak pengalaman dibidang pendakian.

"Jangan ada yang berani untuk berpencar dari rombongan, jika ingin sesuatu harus terus konfirmasi saya" sambungnya, memberikan pesan untuk rombongan sebelum memulai aktifitas memasang tenda.

Awan yang mulai berubah warna menjadi hitam pekat, angin yng terus berhembus kencang, dan hujan yang masih tetap turun tanpa jeda.
Udara yang  mulai bertambah dingin, itu semua mengharuskan para pendaki untuk melanjutkan perjalanan dipagi hari.

*

Lelaki dengan style spendaki kini tengah duduk diantara tenda yang sudah terpasang rapih. Wajahnya sangat dingin bahkan lebih dingin dari udara yang sedang dia rasakan sekarang.

"yanti lo ngapain si disitu?"
Seorang teman dari lelaki itu berusaha untuk menanggil dirinya, tapi tidak ada respon sama sekali, dia langsung menghampirinya.

"Yan lo ngapain disini? Cepet masuk nanti dimarahin kang Surya baru tau rasa lo!" yang ditanya hanya diam, seperti mahal sekali untuk mengeluarkan kata.

"Cristiyan Alenso Bratadikara! Lo denger gue kan? Ayo cepet masuk tenda!" tegas temanya.

#perkenalanON

👨Cristiyan Alenso Bratadikara. Seorang lelaki yang sering dipanggil Tiyan. Dia sangatlah dingin mahal untuk tersenyum apalagi tertawa dan irit sekali dalam berkta. Terlahir dari keluarga yang sangat berada. Memiliki paras yang hampir sempurna Kulit putih, mata bak bulan sabit, hidung runcing, bibir merah tipis, alis tebal melengkung, dan pipi yang merah merona jika terkena pantulan sinar mentari.

Tak sedikit yang menyukainya, bisa dibilang ribuan orang yang mengagumi ketampanannya. Tapi semua itu tidak membuat Tiyan bangga atau senang justru sebaliknya. Dia tidak pernah menemukan ketulusan dari orang lain untuknya, kecuali satu yaitu Dion sahabat  kecil Tiyan.

Cristiyan orang yang suka sekali dengan alam. Karena baginya alam adalah tempat untuk menemukan sebuah ketenangan.

#perkenalanOFF

"Lo susah amat si Yan!" sahabatnya berusaha untuk mengntrol emosi karna darahnya sudah memuncak karna sifat Tiyan yang amat menguji kesabarannya.

"Gue mau disini" jawabnya, dengan wajah datar.

"Lo mau dimakan hewan buas? Nanti kalo lo mati gelar kedinginan lo siapa yang bakal nerusin. emang lo punya pewaris?"
Lanjutnya, berlaga menakut-nakuti.

"hmm"jawanya singkat, tapi kali ini Tiyan mulai beranjak dari posisi nyamannya dan berjalan menuju tenda miliknya.

"Nah dari tadi ke gitu, susah amat dah, berasa lagi giring bebek mageran gue" tuturnya dengan wajah sumringah. Merasa bersyukur karna akhirnya sahabatnya itu mau memasuki tenda.

Mereka berduapun sekarang tengah duduk didalam tenda sambil menikmati keheningan hanya suara gemercik air dan jangkrik yang menjadi pengiring keheningan itu.

"Di?"
Suara tiyan yang langsung memecahkan keheningan.

"Tumben lo manggil gue?" jawab heran sahabatnya itu.

AKU, KAMU, DAN ALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang