BERAWAL DARI SINI

21 0 0
                                    

Tangan mungil, yang terus bergerak untuk membersihkan cairan berwarna merah diarea kening seseorang  itu, dengan lembut membalutnya dengan kain ikat kepala yang Lia kenakan.

Hari semakain siang, tapi Tiyan belum kunjung bangun juga. Alhasil Lia menunda perjalanannya untuk menjaganya. 
Sudah berjam-jam mereka berdua berada dibawah jurang, tapi belum ada pendaki yang melewati jalur tersebut, karna terlalu lama akhirnya Lia pun tertidur dibahu Tiyan.

#Ditempatlain

"Kang ko kita belum nemuin si Tiyan juga, dia kenceng amat dah manjat gunungnya" Perotes salah satu anggota kepada kang Surya karna sudah kelelahan mencari Tiyan

"Paling si Tiyan udah sampe puncak, dia ngebet ke sunrises jam segini pasti dia udah sampelah" sambar Dion 

"Sudah-sudah, semoga memang betul na Tiyan sudah sampe puncak, jadi sekarang kita lanjutkan perjalanan lagi, tapi hati-hati ya didepan ada jalur yang terkenal dengan keistimewaannya kalian tidak boleh ceroboh dalam mengambil langkah" lerai kang Surya, sembari memberi intruksi kepada anggotanya.


Merekapun melanjutkan perjalanannya. sudah pada jalur yang diberi tahu kang Surya, dan mereka menemukan sesuatu pada jalur tersebut.

"Kang setop" cegat Dion pada kang Surya dan rombongan karna dia melihat sesuatu yang aneh di samping jurang sana.

"Kenapa na Dion?" tanya kang Surya penasaran 

"Itu kang, ko bisa ada tas pendaki di dekat jurang sana, mana saya kaya ga asing lagi sama warna tasnya" jelas Dion memberi tahu apa yang membuat dirinya memberhentikan perjalanan.

Semuanya beralih pandangan pada tempat yang Dion tunjuk, membuat mereka penasaran. Tanpa banyak fikir  lagi merekapun bersama-sama mendekat pada tepi jurang dan mengeceknya. 

"Kang ini tas Tiyan, jangan-jangan Tiyan dimakan hewan buas kang, aaaa kangg Tiyan RIP" Dion menangis layaknya seperti anak kecil membuat semuanya bertambah riuh.

"Yon lo kalo ngomong jangan sembarangan ya, pake nangis segala lagi lagian belum tau juga si Tiyan kenapa bisa ninggalin tasnya disini" sambar Zidan menghentikan tangisan tida jelas Diyon.

"Tapi ngab ini tinggal tasnya aja si Tiyan nya kaga ada terus dianya kemana" sambung Restu membuat Dion kembali menangis ta jelas lagi.

Mereka terus mencari keberadaan Tiyan disekitar area tersebut, teriakan sana sini terus mereka keluarkan bertujuan agar Tiyan bisa tau keberadaan mereka yang sedang dekat denganya. Talama dari bawah jurang terdengar suara teriakan minta tolong.

"TOLONGGGGGG!!!!!!!!!!!" suara Lia menggema sangat keras sampai ke tepi jurang, membuat semua orang yang tengah mencari Tiyan langsung menuju sumber suara.

"Astaufirullah itu guyss dibawah sana ada orang!!!!" Zidan yeng pertama kali menemukan keberadaan mereka yang sudah ta berdaya apalagi dngan Tiyan.

Hanya sebagaian yang turun kebawah, karna perlu orang juga diatas untuk menarik tubuh Tiyan. Mereka bersama-sama mengavakuasi Tiyan dan sampailah ditepi jurang. Kening Tiyan yang sudah penuh dengan darah, kain yang semula berwarna coklat mudapun kini sudah tercampur  warna merah darah. 

"Yanti lo kenapa bisa gini si, bangunn yann" tangis Dion pecah dia sangat khawatir kepada sahabatnya itu, merasa bersalah juga tidak dapat menjaga Tiyan dengan baik.

"Udah na Dion tenang ya insyallah na Tiyan ga akan kenapa-napa akang sudah menghubungi tim sar untuk membantu pengevakuasian Tiyan untuk turun kebawah" kang Surya berusaha untuk menenangkan Dion yang terus menangis.

"Tadi saya sudah kasih luka dia dengan dedaunnan herbal, yang saya temukan disekitar sini kang, insyallah bisa sedikit membantu meredakan pendarahanya" suara lirih Lia yang membuat Dion menujukan pandangan kepadanya. 

"Lo ko bisa ada dibawah juga bareng Tiyan?" tanya Dion penasaran

"Ceritanya panjang, ntar gw ceritin kalo semuanya udah mulai membaik" Lia tidak mau bercerita terlebih dahulu karna dia tau waktunya kurang tepat. Dion pun mengangguk mengiyakan jawaban Lia. 

Tim sar pun datang, mereka langsung dengan sigap dan cepat membawa Tiyan turun, ta lupa juga dengan Lia dia ikut turun  karna keadaan Lia juga lemas meskipun diawal Lia menolak tapi karna bujukan kang Surya akhirnya Liapun mau menuruti perkataan kang Surya.

Selama beberapa jam akhirnya mereka semua sampai di basecamp, Tiyan langsung mendapatkan pertolongan. Hari sudah petang saatnya waktu senja datang. Lia yang duduk sendiri diatas dahan pohon yang menggantung sambil menatap indahnya warna orange dilangit, disusul Dion yang duduk disebelah Lia.

"Lagi apa lo, gih masuk udah mau maghrib loh ini" perintah Dion kepada Lia yang sedang fokus mentap langit.

"gw masih mau liat senja dulu, lo kalo mau masuk duluan aja gw udah biasa sendiri kek gini ko" jawab Lia tanpa melihat kearah Dion.

"Yaudah deh gw lanjutin aja pertanyaan yang tadi, lo kenapa bisa ada dibawah jurang bareng si Tiyan, terus lo sendiri gitu ndaki gunung kesini?" Dion mengganti topik pembeicaraan mereka tentang hal tadi.

"Gw ga sengaja nemuin si Tiyan dibawah jurang, pas gw susul kebawah dia udah ga sadar, dan  buat ngedaki gunung ini gw ga sendirian gw bareng rombongan kang asep tapi gw sengaja buat misahin diri ngelanjutin perjalanan sendiri karna gw pen ngejar senja" jelas Lia kepada Dion.

"Owh gitu, lain kali jangan nekat lagi deh Li bahaya loh ndaki digunung sendirian belum lagi pasti temen-temen lo pada panik nyariin lo" Dion memberi sedikit nasehat kepada Lia. Memang benar apa yang dikatakan Dion,  didalam pendakian kita seharusnya lebih bisa menahan ambis untuk apapun itu terlebih jika berangkatnya bersama-sama, harus bisa saling bekerja sama dan mengerti satu sama lain.

"Iya yon, gw tadi juga udah ngabarin kang Asep kalo gw dah turun karna ada kejadian ini" Lia menerima nasehat dari Dion yang cukup membuatnya tersadar, untung saja Lia tidak sampai seperti Tiyan.

"Yaudah gw kedalem dulu ya, lo kalo dah selesai liat senjanya langsung masuk kedalem. Ga baik loh maghrib gini anak cewe diluar" sambung Dion sembari kembali kedalam

Selang beberapa lama Lia melihat senja dia lalu masuk kedalam basecamp

"Gimana keadaan Tyan?" Tanya Lia kepada Dion

"Belum, gua khawatir ada luka dalem dikepalanya, kalo dia amnesia gimana?" Pikir Dion cemas sambil menatap Tyan yang sedang berbaring lemas.

"Sembarangan lu kalo ngomong, kita berdo'a aja yang baik-baik"

AKU, KAMU, DAN ALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang