Part 3

345 19 0
                                    

KIIIIIKKKKK DUAAARRRRRRR....
KIIIIIKKKKK DUAAARRRRRRR....
KIIIIIKKKKK DUAAARRRRRRR....

Aku dan Om Bisma duduk di rooftop rumah. Menikmati semilir angin yang membelai kulitku, menerbangkan anak rambutku dan berbisik tanpa permisi di daun telinga ku.

Kami sama-sama tertawa bahagia, setelah menyalakan petasan jangwes, agenda selanjutnya adalah bakar-bakaran. Yang punya mantan, boleh sini di bakar...

Om Bisma sudah menyiapkan panggangan, ada 20 tusuk sosis ayam, 20 tusuk sosis sapi, 30 tusuk bakso udang, 10 tusuk bakso ayam dan 20 tusuk bakso sapi. Ada juga jagung yang siap di bakar. Mbak Wardah tadi sudah ku bakar terlebih dulu.

Eh.. salah! Maksudnya bukan Mbak Wardah yang ku bakar. Tapi makanannya, aman lah kalau Mbak Wardah sudah ku sogok..

"Om, ayok bakar! Aku udah ngak sabar nih!" Celoteh ku riang.

Seperti mimpi rasanya, bisa nikmati malam dengan bakar-bakaran sama Om Tentara ganteng ini. Sambil sesi curhat no secret lah.

"Sabar dong, kan harus nunggu dulu biar ada bara api nya." Ujarnya.

Aku hanya mengangguk. Sekitar 30 menit membakar semua makanannya, aku merebahkan diri diatas karpet yang sudah di gelar, menatap beribu bintang. Ah, jadi kangen Mama..

"Semua kata rindu mu semakin membuat ku.. tak berdaya..."

Aku menengok kearah Om Bisma yang sedang memangku gitar kayunya. Ya Tuhan, ini jelmaan malaikat berseragam loreng kali ya? Kok bisa multitalent gini?

"Menahan rasa.. ingin jumpaa.... aaaa.."

"Percayalah padaku, akupun rindu kamu.. ku akan pulaaangg... melepas semua.. kerinduaan.."

"Yang terpendaaam..."

Tak sadar, air mataku luruh lantah membasahi wajah ini. Aku semakin kangen sama Mama.. sedang apa ya Mama? Apa dia sudah bahagia disana?

"Kok menangis?"

Om Bisma duduk disamping ku. Mengangkat kepala ku keatas pahanya. Menjadikannya sebagai bantalan. Aduh.. cariin lagu yang cocok dong buat berdua kayak gini..

Oh ketemu..
Aku suka body goyang Mama muda.. mama muda.. dadadadadada..

Ish! Bukan! Itu lagunya Mbak Wardah.

"Om, boleh request lagu ngak?" Aku menatap teduh manik matanya. Duh.. kok aku jadi anak melankolis begini.

Dia mengangguk, lalu mengambil gitarnya. "Mau lagu apa?"

"Halu punya Kak Febi Putri,"

"Oke."

Dia mulai memetik senar gitarnya, menyusunnya jadi irama-irama lagu. "Senyuman mu..."

"Yang indah bagaikan candu.."

"Ingin trus ku lihat walau..."

Om Bisma menginstruksi kan ku untuk bernyanyi namun aku menggeleng. Malu lah aku! Suara ku ini mirip ayam yang keselek biji duren. Masa iya musiknya udah bagus eh suaranya kayak apaan tau.

"Ku berandai.. kau disini.. menemani.. rindu ruai..."

"Dalam sunyi.. ku sendiri merataappiii..ii perasaan yang tak jua di dengar..."

"Senyuman mu.."

"Yang indah bagaikan candu.. ingin terus kulihat walau.. dari.. jauh..."

"S'karang aku pun sadari.. semua hanya mimpiku yang berkhayalah tuk bisa bersama mu...."

Aku terus menggeleng kagum dengan Om Bisma. Apa ya, yang Om Bisma ngak bisa? Jadi penasaran.

OM TENTARA SUAMIKU [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang