Prolog

1K 121 30
                                    

Chanyeol menghisap pangkal rokok yang baru saja ia bakar. Menghembuskan nafas penuh asap yang begitu kental aromanya. Suara alunan musik sama sekali membuatnya semakin menikmati malam kelam ini.

"Aku tak menyangka bos kita memiliki selera yang baik. Fuckin' young. Padahal dia sudah tua." laki-laki bersurai putih klimis itu terkekeh menyudahi kalimatnya.

"Bagaimana tidak. Istrinya saja dua. Masih sama-sama segar pula." Daniel menyahuti omongan rekan kerjanya itu.

Malam ini mereka diundang ke acara ulang tahun bos tempat mereka bekerja, Oh Yeungho. Pria ramah yang sangat disayangi para pegawainya itu genap berusia empat puluh delapan tahun malam ini. Sudah hampir setengah abad, tapi selera dan jiwanya tetap muda. Begitu pula dengan kenampakan fisik maupun penampilannya.

Seorang pembawa acara meminta Yeungho naik ke atas panggung dan memberi kata sambutan. Chanyeol dan seluruh pegawai kantor memperhatikan pria sederhana yang penuh lelucon itu.

"Pertama aku ingin mengucapkan terimakasih pada kedua istriku. Jessica dan tentunya Jieun, ibu dari putra semata wayang kami. Tanpa doa kalian, aku pasti tak akan seberhasil ini. Lalu, pada kedua orang tuaku yang hanya dapat menyaksikan keberhasilanku dari atas sana." Yeungho berhenti sejenak. Suaranya terdengar serak. Suasana berubah haru. Kedua istrinya menguatkannya dengan menepuk-nepuk kedua lengannya. "Juga, putraku. Sehun, ayah menyayangimu. Jangan lupa untuk segera memberi ayah cucu."

"Putranya yang mana, sih?" bisik Chanyeol pada Daniel.

Ia penasaran sebab selama setahun ia menjadi karyawan perusahaan Yeungho, ia sama sekali belum pernah berjumpa dengan Sehun. Ia hanya tahu jika Yeungho memiliki seorang putra tampan yang sudah lulus dari pendidikan kedokteran. Itu pun dari mulut karyawan kantornya.

Daniel mengangkat dagu. Menunjuk ke arah seorang laki-laki ramping yang tengah terkekeh. "Itu. Sehun namanya."

Chanyeol tertegun melihat laki-laki berkacamata yang mengenakan kemeja biru metalik itu. Kulit pucatnya nampak kontras dengan warna alis dan rambut hitamnya. Matanya membentuk sabit kecil ketika tertawa. "Rupawan." gumam Chanyeol.

Daniel mendengar dan langsung menoyor pelan kepala rekannya, "Hei! Dia sudah beristri!"

Chanyeol menoleh, "Serius?"

"Perempuan di sebelahnya itu sudah menikah dengannya 2 tahun silam."

"Apa mereka sudah punya anak?"

Daniel menggeleng.

"Bagus!"

Daniel bukan tak paham maksud dari gumaman dan seringaian Chanyeol saat ini.

"Jangan macam-macam, tuan Pa—." belum selesai Daniel mengucapkannya, Chanyeol sudah hilang dari sampingnya.

***

Sehun merasa ada yang mengikutinya dari tadi. Saat Sehun berbelok ke toilet, orang itu tetap di belakang Sehun. Sehun bergeser ke kiri, niatnya agar orang itu jalan lebih dulu. Tapi nyatanya orang itu malah ikut ke kiri.

Sehun tak bisa menahan kesabarannya lagi. Ia berbalik, "Kau mengikutiku?!" tudingnya langsung.

Orang itu menyeringai, mengendikkan bahu.

"Kau siapa?" bentak Sehun. Sialnya toilet sedang kosong semua saat itu.

"Aku Park Chanyeol. Kau Oh Sehun?"  katanya santai.

Lama mereka bertatapan. Hingga Chanyeol berjalan, merapatkan jarak mereka. Spontan Sehun memundurkan tubuhnya. Sampai ia sadar saat ini tubuhnya sudah terpojok di dinding toilet.

Chanyeol tersenyum kurang ajar. Di mata Sehun itu sangat mengerikan.

"K-kau mau a-apa.." lirih Sehun.

Chanyeol menyentuh dadanya. Membuat Sehun memejamkan matanya. Ia memekik, tapi siapa mendengar? Chanyeol lebih picik. Dia sudah mengunci pintu toilet saat mereka masuk tadi.

Dari dada, tangan Chanyeol turun melewati perut hingga sampai ke bagian bawah Sehun. "Aku mau tubuhmu."

"K-kau gila!" maki Sehun.

"Ya. Aku tergila-gila pada tubuhmu."

"Tolong.. T-tolong jangan lakukan itu, Chanyeol.." Sehun memohon. Matanya berkaca-kaca.

Chanyeol tertawa. Sekarang ia seperti iblis di mata Sehun. "Kau takut? Lihatlah. Putra tuan Oh satu-satunya ternyata seorang pecundang."

Tangan Sehun terangkat ingin menampar Chanyeol. Tapi berhenti di udara. Tidak ada yang menahannya. Hanya saja dia yang tak sanggup melakukannya.

"Bahkan untuk menampar pun kau sungkan? Kau yakin, kau laki-laki?"

Sehun terisak. Chanyeol agak terkejut awalnya melihat ada laki-laki dewasa yang semudah itu menangis di depannya. Ia merosot ke bawah. "Tolong lepaskan aku. Aku janji akan memberikanmu apapun. Demi tuhan aku berjanji! Lepaskan aku, Chanyeol.."

Chanyeol berjongkok. Menyamakan posisi mereka. Tatapannya sama sekali tak iba dengan laki-laki di depannya.

Chanyeol membelai wajahnya, "Kau cantik dan lembut. Maka aku juga akan bermain dengan lembut, tenanglah."

Sehun menggeleng, "Jangan.." itu terus yang ia katakan berulang-ulang. "Jangan lakukan itu. Ku mohon. Demi apapun aku akan memberikan semua yang kau mau jika kau melepaskanku."

Chanyeol sudah menduga ini. Anak semacam Sehun pasti akan berkata seperti ini saat dirinya terancam. Atas kuasa ayahnya dia bisa melakukan apapun yang ia mau. Tapi hal itu tak berlaku bagi Chanyeol. Gajinya sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Terimakasih, ia tak butuh uang.

Sekelebat ide memenuhi otak Chanyeol. "Kau yakin akan memenuhi semua permintaanku?"

Sehun mengangguk. Merasa ada harapan. Tangisannya mereda.

"Semua?" ulang Chanyeol.

"Semua!" ucap Sehun bersemangat.

"Ku peringatkan padamu, ponselku merekam suara sepanjang waktu. Jadi jangan bermain-main dengan janji."

"Iya, aku tidak main-main. Kau mau apa? Uang? Rumah? Mobil?"

Chanyeol membuat ekspresi seolah-olah tergiur dengan ucapan Sehun, "Uang?"

Sehun mengangguk.

"Rumah?"

"Iya, rumah."

"Mobil?"

"Iya, merk apapun."

"Sayang sekali aku sudah mempunyai semua itu. Meskipun tak semahal punyamu."

Hilang sudah harapan Sehun. "Jadi kau mau apa?" katanya putus asa.

"Aku mau dua saja."

"Sebutkan." kata Sehun lemas.

"Pertama, ceraikan istrimu. Kedua, menikah denganku. Can you?"

Lucky Or Not • ChanhunWhere stories live. Discover now