Part 1

707 104 18
                                    

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif—"

"Aish! Di mana kau, Oh Sehun?" maki perempuan berambut burgundy itu.

Hampir satu jam Casey menunggu suaminya. Padahal tadi Sehun bilang ia hanya ke toilet sebentar. Nyatanya sampai acara selesai, pria itu tak kunjung tiba. Bahkan mertuanya dan semua tamu sudah pulang. Tersisa.  karyawan hotel yang sibuk berberes.

Ponsel Sehun tak bisa di hubungi. Casey malas menjemput. Akhirnya ia memutuskan jika dalam lima menit Sehun tak datang juga, ia akan meninggalkannya.

"Laki-laki payah ini, selalu merepotkan." gumamnya seraya berjalan menuju parkiran.

Sejak menikah sampai sekarang, ia tak begitu peduli prihal suaminya. Sebaliknya, Sehun selalu memperlakukannya seperti ratu. Sekalipun ia tahu laki-laki itu tak benar-benar mencintainya.

Pernikahan keduanya ada karena perjodohan. Tapi perjodohan mereka bukan berbasis bisnis dari orang tua mereka. Melainkan Yeungho sendiri yang meminta Casey menjadi pendamping putranya. Melihat putra satu-satunya yang sama sekali belum pernah membawa kekasihnya kerumah, membuat Yeungho cemas. Akhirnya ia menjodohkan putranya pada Casey. Salah satu pegawainya yang memiliki karir kerja paling baik, rajin, sopan, meskipun tumbuh sebagai yatim piatu yang sebatang kara.

Casey melajukan mobil. Tanpa ia sadari, Sehun mengejarnya di belakang.

"Casey! Ah sial!" pekik Sehun.

Chanyeol yang berdiri di belakangnya sambil menyilangkan tangan hanya tersenyum tipis. Ia menghampiri laki-laki yang tersengal di depannya. Tangannya menyentuh bahu Sehun. Memutarnya dengan mudah. Hingga posisi mereka menjadi berhadapan.

"Kau akan tetap di sini? Tidak pulang?"

Sehun melambai, "Aku naik taksi."

"Taksi mana yang akan lewat sini jam dua pagi?" Chanyeol terkekeh.

Mata Sehun membola. Ia melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua lewat empat menit. "Astaga! Ini gara-gara kau, yang terus mengulur-ulur waktu!"

"Sudah jangan banyak omong. Kau tetap di sini atau menerima tumpanganku?" Chanyeol melirik Hummer putihnya.

Sehun terdiam cukup lama. Tak sabar, Chanyeol menarik pergelangan tangannya.

"Kau dokter. Tapi lama berpikir." ungkap Chanyeol.

"Jangan bawa-bawa profesiku." balas Sehun tak terima.

Chanyeol tersenyum dan membukakan pintu untuk Sehun. Dia melepas cengkeramannya. "Silahkan masuk, calon istriku."

***

Sehun membuka pintu kamarnya sepelan mungkin. Ia bisa bernafas lega saat lampu kamar sudah mati. Di tambah posisi Casey yang memunggunginya. Ia beranggapan bahwa wanita yang lebih tua setahun darinya itu sudah tidur.

Sehun bergerak menuju lemari lalu mengambil sepasang piyama.

"Kau dari mana, Sehun?"

Sehun yang tengah mengancing atasan piyamanya terkesiap saat mendengar suara Casey yang tiba-tiba.

"Eh?

...Kau belum tidur," guman Sehun.

"Kau dari mana?" Casey mengulangi pertanyaannya.

"Aku.. bermain bersama teman lamaku." bohong Sehun.

Casey terkekeh. Ia memutar tubuh ke arah Sehun yang sudah berbaring di sebelahnya.

"Kau yakin punya teman lama?" Casey bertanya dengan nada penuh cemeeh. "Siapa namanya?"

"Park Chanyeol." lirih Sehun.

Casey semakin terkekeh. Semakin lama kekehannya membuat Sehun merinding.

"Kapan kau mengenal si homo bajingan itu?"

"Kau mengenalnya?" tanya Sehun terkejut. "A-aku.. satu SMA dengannya." Sehun berdusta lagi.

Casey tertawa lebih keras. Seolah ada lelucon yang sangat amat lucu. Padahal tidak. "Chanyeol itu sekelas denganku saat SMA. Dia dikeluarkan akibat menyodomi anak kepala sekolah."

Sehun terpaku. Ia meneguk ludahnya. Terkejut dengan fakta yang baru saja ia terima sekaligus ia sudah tertangkap basah berbohong pada istrinya.

"Cas–"

"Aku tahu kau berbohong sejak pertama kali aku bertanya tadi. Jadi, apa tadi kau bercinta dengannya?"

Sehun menggeleng cepat, "Bukan begitu, Casey."

"Lalu apa? Kenapa kau bisa bertemu Chanyeol?" nada bicara Casey berubah menjadi dingin. "Dari dulu, Chanyeol akan berusaha mendapatkan apa yang ia mau. Aku yakin dia ingin mendapatkanmu. Iya kan?"

"..."

"Atau kalian sama-sama mau? Kau juga sama 'kan dengannya?"

"Cas–"

"Aku sudah paham bahwa kau bukanlah laki-laki normal sejak kita pertama kali bertemu. Kau lembut dan ayahmu bilang kau belum pernah menjalin hubungan dengan siapapun sebelum denganku."

"Cukup Casey!" pekik Sehun. "Apa pentingnya itu bagimu? Apapun orientasi seksualku, aku tahu kau tak akan mencintaiku. Dua tahun kita menikah, kita bahkan belum pernah berhubungan badan."

"Tentu saja itu penting bagiku! Bagaimana aku bisa menjalankan pernikahan dengan laki-laki homo? Aku tak mau berhubungan badan denganmu karena itu sama sekali tak akan ada artinya, Oh Sehun. Jika bukan karena ayahmu, aku sudah menolak mentah-mentah perjodohan ini."

Sehun terdiam. Tentu saja dia tersinggung. Ia sampai tak bisa berkata-kata. Rasanya, kapanpun ia bersuara tangisnya bisa keluar.

Sehun memutar tubuh membelakangi Casey. Awalnya ia mencoba untuk tetap diam dan langsung tidur. Tapi kata-kata Casey tadi tetap terngiang di kepalanya. Hingga ia memutuskan berbicara dengan parau, "Casey, apa jika kita bercerai kita bisa bahagia?"

Lucky Or Not • ChanhunWhere stories live. Discover now