Gadis Belanda

12 2 0
                                    

"Permisi, aku ingin bertanya." Ujar Jenifer sopan.

Gadis berkepang dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya itu sedikit terperanjat dan menatap Kedua gadis di hadapannya dengan raut wajah terkejut.

"Oh maaf, aku tidak bermaksud untuk membuat mu terkejut." ucapan Jenifer membuat gadis berkepang itu menghela nafas lega dan memperbaiki letak kacamatanya.

"Jadi apa kau bisa mengantarkan kami ke ruang kepala sekolah?" Tanya Winlly tak sabaran.

"Bersabarlah sedikit Winlly, kau menakutinya." Ujar Jenifer.
"Apa kau baru saja memutar balikkan fakta?" Jenifer cengingisan mendengar penuturan Winlly barusan.

"Jadi siapa nama mu gadis belanda?" tanya Jenifer. Jika di lihat, gadis berkepang itu memang terlihat seperti orang belanda. Lihat saja postur wajah dan warna rambutnya yang sesuai dengan warna kulitnya itu, rambutnya agak pirang.

"Kalian bisa memanggilnya Maru." Winlly dan Jenifer memutar tubuh mereka mencari sumber suara. Dan kini seorang gadis berdiri di hadapan mereka.

Winlly memerhatikan wajah gadis di depannya itu dengan seksama. Gadis itu mirip dengan Ella, yaitu gadis yang di temuinya tempo hari. Apakah gadis di depannya itu merupakan kembaran Ella??

"Apa semua siswi di sekolah ini wajib mengepang rambutnya?" Tanya Jenifer saat melihat gaya rambut kedua gadis yang baru saja mereka temui itu.

"Namaku Jessi." Gadis bernama Jessi itu kini memperkenalkan dirinya seraya tersenyum lebar.
"Tidak ada yang bertanya di sini." Jenifer menyenggol tangan Winlly, menurutnya gadis di sampinya itu terlalu berani dan sedikit sombong.

Jessi terkekeh "Kau sangat angkuh, tapi tak apa. Aku harap kita bisa menjadi teman baik, ayo aku akan mengantar kalian ke asrama kalian." Jessi berjalan melewati mereka berdua dan kini berjalan berdampingan bersama gadis yang di ketahui bernama Maru itu.

"Tidakah menurutmu gadis belanda itu lucu?" Bisik Jenifer.
"Apa maksudmu?" Tanya Winlly.
"Gadis belanda itu memiliki nama seperti orang jepang, dan itu sangat lucu." Kekeh Jenifer.
"Itu namanya aneh."

Winlly mengerutkan dahinya seraya berpikir. Mengapa kedua gadis itu mengantar mereka langsung ke asrama bukan ke ruang kepala sekolah??

"Tentu saja itu bisa di lakukan besok, sekarang adalah waktunya istirahat."

"Apa kau baru saja mengatakan sesuatu?" Tanya Jenifer saat melihat Winlly yang sedang berbicara sendiri.
Gadis berponi itu menggelengkan kepalanya.

Mereka terus berjalan menaiki tangga.
"Mengapa sangat jauh?" oceh Jenifer.

Jessi tersenyum "asrama berada di sepanjang lantai tiga."

"Sebenarnya berapa lantai yang di miliki sekolah ini?" Tanya Winlly.
"Sekolah ini memiliki tiga lantai." ucap Maru setelah sekian lama gadis itu kini berbicara.

"Sangat bagus saat aku mengetahui bahwa kau ternyata tidak bisu." Sindir Winlly.
"Bisu?" cengo Jenifer.
"Maafkan aku, Maru memang jarang bicara, tapi percayalan Ia gadis yang baik." ucap Jessi seraya merangkul gadis berkacamata itu.

Mereka kini sampai di lantai tiga. Tangga yang mereka naiki tadi berada tepat di tengah sepanjang lantai dua dan tiga.
Tangga itu seperti pembatas antara asrama putra berada di sisi kiri dan asrama putri berada di sisi kanan.

"Kurasa kalian berdua akan tinggal sekamar." Ucapan Jessi barusan membuat Jenifer tersenyum bahagia, sedangkan Winlly, gadis berponi itu malah memutar kedua matanya malas.

"Apa tidak ada larangan bagi para murid untuk masuk kedalam kamar lawan jenis mereka?" Tanya Winlly saat melihat seorang pria yang baru saja keluar dari kamar seorang gadis.

Kolam BebekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang