Bagian 2

273 66 30
                                    

Hari yang dinantikan tiba, Yoongi belum sepenuhnya belajar ketika beberapa tandu datang secara langsung ke rumah keluarganya. Tetangganya mulai berdatangan seolah akan mengantarnya, mendoakan yang terbaik untuk Yoongi, apalagi jika Yoongi menjadi putri mahkota.

“Kami harap kau tidak lupa di mana kau tumbuh Yoongi sayang.”

Itu adalah kalimat terakhir sang ibu sebelum dia menangis melepas putrinya yang selama satu bulan menjalani pelatihan dan pemilihan menjadi putri mahkota.

Yoongi mengenakan hanbok berwarna merah muda ketika turun dari rumahnya, dia melihat sekali lagi rumah yang selama ini membesarkannya. Usianya memang sudah dewasa, namun tingkahnya masihlah kekanakkan. Oh ayolah, dia hanya anak tunggal yang dimanjakan setiap harinya.

Dia dibekali beberapa pengetahuan dasar tentang kerajaan, termasuk tentang putra mahkota yang usianya berada dua tahun di bawahnya. Yoongi tidak masalah dengan hal itu, toh dia tidak ingin terpilih menjadi putri mahkota.

Tuan Min merangkul sang istri, melambai dengan mata yang berembun melepas putrinya. Ya, putri malasnya yang harus menjadi putri mahkota. Dia sudah mengancam Yoongi apabila gagal dalam tugasnya, tidak segan kucing-kucing kesayangan Yoongi akan ia buang. Ah apalah arti kucing, dia sama sekali tak bermaksud seperti itu. Setelah mendengarkan semua yang istrinya sampaikan tentang anak semata wayangnya, dia bertekad untuk membuat Yoongi menjadi lebih giat dalam melaksanakan sesuatu. Ya, dia akan melakukannya.

Dalam perjalanan Yoongi melihat berbagai hal yang dia anggap menarik dan membosankan. Banyak hal menarik, seperti pemandangan, atau interaksi yang bisa ia lihat dengan menggeser sedikit celah dalam tandunya. Dia juga melihat beberapa putri yang akan bersaing dengannya nanti dengan tandu yang berbeda. Yoongi jadi malas jika mengingat petuah sang ayah.

“Kau harus memenangkan pemilihan tersebut, jika kau ingin melihat ayah dan ibu bahagia.”

Dia mendengus, “Bahagia apanya? Anaknya saja dikorbankan. Dasar pak tua.”

Tubuhnya dia bawa untuk bersandar, sepertinya jika ia tidur akan menyenangkan. Dengan bibir tersenyum, matanya mulai terpejam terbawa oleh kantuk yang memeluknya semakin erat, tandunya yang bergoyang perlahan seolah menjadi ayunan untuknya seperti masa kecil.

“Selamat tidur, semoga tandu ini sampainya lama.”





The Lazy Princess





Jimin melihat satu persatu tandu dengan wajah tertekuk, “Kenapa banyak sekali?”

Kasim Lee yang berada di sampingnyaㅡikut mengintip bersama Jiminㅡ geleng kepala, tuannya ini sungguh ingin menghindari perjodohan.

“Yang Mulia, hamba pernah berada di posisi tersebut. Tapi tidak terjadi karena terhalang restu ayah hamba.”

Sayang sekali, Kasim yang Lee berusia sama dengan Jimin. Masih sangat muda, ayahnya adalah  Menteri Pertahanan yang membuat siapapun keluarga Lee diharuskan menjadi seorang prajurit, tak terkecuali Lee Taeyong. Namun, sebuah berita yang tak mengenakkan di dapat. Lee Taeyong ternyata mencintai sahabatnya sendiri, dan ini membuatnya berada di istana, tanpa status prajurit namun mendampingi putra mahkota. Menjadi kasim sejauh yang ia bisa.

Ayahnya menghukum kekasih hatinya, mati di hadapannya karena mencoba memperjuangkan hak mereka. Taeyong yang menangis bersumpah dengan memeluk tubuh tak bernyawa itu, bahwa dia tidak akan menikah seumur hidupnya demi ingin bersatu dengan kekasih pujaannya di kehidupan yang akan datang.

Jimin tahu, dia yang paling tahu berita heboh yang berada di kerajaan. Di tutupi, mereka mengira Taeyong menangisi sang sahabat yang tak lain adalah Jaehyun, teman masa kecilnya. Semua menjadi rancu, hingga dirinya menawari Taeyong menjadi kasimnya kelak, meminta secara pribadi pada Tuan Lee yang tersenyum.

THE LAZY PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang