Bagian 1

439 79 9
                                    

Kerajaan Joseon membutuhkan seorang putri mahkota yang akan mendampingi putra mahkota dalam menjalani tugasnya kelak sebagai raja. Di sisi lain, Keluarga Min memiliki seorang anak perempuan yang sungguh sangat pemalas. Posisi Tuan Min sebagai seorang pejabat dipertaruhkan untuk mendapatkan gelar putri mahkota bagi sang tunggal Min. Akankah putri dari keluarga Min memenangkan kompetisi dengan kemalasannya?







Park Jimin, putra mahkota kerajaan Joseon menghela napasnya perlahan. Pagi ini sudah diwarnai berbagai hal yang dia tidak inginkan.

Perjodohan.

Dia tahu cepat atau lambat dia akan menikah, entah dengan siapa itu. Tapi ia tidak menyangka bahwa secepat ini fraksi-fraksi pendukungnya akan mengajukan permintaan mereka. Menginginkan bahwa Jimin sesegera mungkin mendapatkan pasangan.

Raja dan ratu juga menyepakati hal tersebut, meskipun Jimin menginjak tujuh belas tahun pada purnama nanti.

Belum terlalu dewasa, namun cukup untuk saling mengenal.

“Putra mahkota, raja memanggil untuk menghadap.”

Kasim Han mulai menjemputnya. Jimin sesegera mungkin datang, ayahnya tidak memiliki kesabaran yang luas untuk menunggu. Dia juga mendidik Jimin untuk menjadi sepertinya, ditambah Jimin merupakan anak tunggal, mau tak mau ia menurut.

“Ayah apa ada yang bisa aku lakukan untukmu?”

Raja Park melihat putranya yang ia banggakan kini telah tumbuh dewasa. Dia bisa melakukan banyak hal dengan baik, bahkan negosiasi dengan kerajaan lain.

“Ayah ingin kau segera menikah anakku. Mengertilah, semua tidak semengerikan seperti yang kau kira.” Pandangannya melembut, ayahnya adalah ayah yang bertanggung jawab dan menyayangi keluarganya. Ia bahkan tidak mengangkat seorang selirpun untuk kepentingan pribadi.

“Aku... aku merasa masih kurang ayah.”

“Tidak nak, kau sungguh luar biasa. Percayalah pada dirimu sendiri, ingatlah kata-kata ayah. Akan banyak orang yang ingin menjatuhkanmu, tapi ketika kau merasa bebanmu sungguh berat berbagilah pada pasanganmu nanti. Ayah tidak memaksamu untuk tidak mengangkat selir seperti ayah. Lakukanlah dengan pemikiran yang baik.”




THE LAZY PRINCESS




Yeobo, dimana anak kita?”

Tuan Min bergegas pulang setelah mendapatkan informasi pemilihan putri mahkota kerajaan, dengan wajah sumringah dia menghampiri sang istri yang tengah membaca buku.

“Di kamarnya.”

Memang Putri Min sangat mirip dengan ibunya. Tidak banyak bicara. Hanya itu saja, sisanya wajah ayu dan kelopak bening yang menurun.

“Dia itu kan putri, bagaimana bisa.” Tuan Min menggerutu dengan kaki yang melangkah menuju kamar putri satu-satunya dalam keluarganya. Min Yoongi.

“Astaga!”

Tuan Min tersentak ketika melihat keadaan kamar sang anak yang berhari-hari tak dikunjunginya. Dia memang sangat jarang pulang dikarenakan tugasnya sebagai menteri tidak memungkinkan untuk berpergian setiap hari, ditambah dengan masalah yang sedang terjadi dalam lingkupnya sungguh tidak bisa ditinggal.

Biasanya dia akan mengabari sang putri atau istrinya untuk pulang. Namun khusus untuk hari ini dia tidak memberi kabar apapun sebagai kejutan khusus. Bukan putrinya yang terkejut, melainkan Tuan Min.

“Min Yoongi! Bangun!”

Kamar seorang putri bangsawan yang seharusnya sangat rapi dan tertata juga sang penghuni yang juga seharusnya sudah mandi dan belajar tentang ilmu kerajaan, luruh sudah. Barang-barang jelas berserakan, beberapa lembar buku yang tersobek berada di kanan dan kiri kaki Tuan Min, juga ada di atas meja dan bahkan di sekitar Yoongi tertidur. Belum lagi sisa makanan yang tidak dibereskan beserta alat makan dan mejanya.

Sudah beberapa kali berteriak, gumpalan selimut berisi putrinya yang malas tak kunjung bangun. Dia melangkah cepat, menghampiri Yoongi dan berusaha menarik selimut yang terasa hangat itu.

“Bangun Min Yoongi.”

Uungghh.”

“Yoongi!”

Ck, berisik sekali ibu.”

Yak! Ini ayah, bangun atau ayah buang kucingmu!”

Mata kecil itu terbuka paksa, telinganya ternyata tidak salah mendengar bahwa baru saja yang bicara adalah sang ayah. Tapi kapan ayahnya pulang?

Mwo? Kenapa ayah di sini? Akh! Ayah sakit! Ampun ampun!”

Telinga itu ditarik dengan keras oleh Tuan Min, dia menyeret sang anak sampai ke ruangan depan di mana sang istri membaca.

“IBU TOLONG AKU!”

“Mulutmu Min Yoongi! Jangan berteriak!”

“Ayah juga berteriak!”

“Diam!”

Keduanya sama, tidak ada yang ingin mengalah dan sama keras kepalanya. “Kalian tidak lelah bertengkar? Ribut terus tidak akan menyelesaikan masalah.”

Yoongi dengan wajah kusut melihat sang ayah yang juga memelototinya, dia meringis dan mengusap telinganya. Ibunya memang bagus sekali menjadi pawang ayahnya yang super galak itu. Kadang dia berpikir bahwa seharusnya ayahnya menjadi wanita dan sang ibu yang menjadi pria.

“Ada apa sayang? Kenapa pulang tidak memberi kabar?” Tanya Nyonya Min dengan tangan yang mengusap lengan Tuan Min.

“Aku sengaja pulang untuk memberitahukan kabar gembira, sayangnya putri kita yang sangat manis masih saja terlelap meski matahari sudah setinggi kepala.”

Yoongi mengerucutkan bibirnya, “Apa salahnya?”

“Apa salahnya?” Tuan Min mengulang perkataan Yoongi dengan kepala yang berdenyut, dia tidak yakin bahwa berita yang ia bawa akan menjadi berita baik jika seperti ini. “Kau akan ayah calonkan menjadi putri mahkota, dengar?”

“Oh hanya putri mahkota.” Yoongi menganggukkan kepalanya, matanya yang setengah terpejam ia usak kembali dengan tangan kanan. Tidak ada yang salah dengan dirinya yan dicalonkan sebagai putri mahkota. Tunggu, putri mahkota?!

“APA?!”

“MIN YOONGI!!!”








THE LAZY PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang