0.1

51 8 9
                                    

Special thanks to ayara_jeon

Udah mau iku andil dalam pembuatan ff ini🙇

Udah mau direpotin malem-malem, pokoknya makasih banyak kak Ara😘

Lope banyak-banyak 💜💜

-
-
-

Awal aku bertemu dengannya, aku langsung jatuh cinta. Terlebih kepada senyum manisnya. Sungguh jika kau melihatnya, kau akan merasakan hal yang sama sepertiku, jatuh pada pandangan pertama.

Dia memang tampan. Kulitnya putih mulus, membuat para wanita berteriak iri karenanya. Tinggi? Bagiku dia tinggi, semampai untukku yang 165 cm ini. Ingin tahu keahliannya? Dia mampu memikat wanita hanya dengan Gummy smile nya yang mempesona.

Namun sayang, dia dingin, cuek bahkan aku pun tak pernah dia lirik. Aku hanya sebagian dari seribu perempuan yang mengharap kepada nya.

Menyerah? Itu tak ada didalam kamus kehidupan ku.

Aku selalu berusaha membuat dia menoleh kepada ku. Membuatnya merasa nyaman di dekat ku, memaksa masuk ke dalam hatinya. Mencoba merobohkan dinding pertahanannya. Meski aku tahu itu sulit akan tetap kucoba.

Bisa dibilang aku ini tergila-gila padanya. Bucin pake banget kepada kakak kelasku yang dingin itu.

Yahh dia kakak kelasku, namanya Min Yoongi. Banyak sekali angkatan darinya yang sangat membenciku. Aku tidak tahu letak kesalahan ku, disini kami sama-sama memperjuangkan orang yang kami suka.

Aku dengan caraku, dan mereka dengan cara mereka.

;'

Sekarang aku dan sahabatku tengah menonton pertandingan basket abal-abal di jam istirahat. Meski abal-abal dia selalu serius saat bermain basket, hingga peluh membasahi dahinya.

Kami masing-masing sibuk memperhatikan objek kami, aku dengan kak Yoongi dan Jiyu dengan kak Jimin. Kami berdua sama-sama membawa air mineral yang kami beli dari kantin.

Meski ku tahu aku akan ditolak lagi, namun tak apa. Aku akan tetap berusaha mengejarnya, menggapai nya walaupun aku tahu kenyataannya. Aku tak akan pernah ada di hatinya.

"Eh itu mereka udah selesai, kuyy samperin!" Ucap Jiyu tak sabar. Semenjak mendapat lampu hijau, Jiyu semakin semangat untuk mendapatkan hati kak Jimin. Aku? Entahlah mungkin aku akan stuck disini. Di perasaan ku sendiri.

Kebetulan kami berbarengan dengan kakak kelas. Ada 4 gadis, namun satu diantara mereka menatap ku tak suka. Aku tak peduli, ku langkahkan kakiku menuju kearahnya yang tengah menyeka keringat disekitar lehernya.

Ah, sapu tangan ku tertinggal di tas. Sepertinya dia menyadari kehadiran ku, netra kami sempat bertabrakan sebelum ia membuang muka, seolah tidak peduli.

Sudah biasa jantungku berdegup kencang saat didekatnya. Ku tarik nafasku guna menetralkan tempo jantung. Air mineral yang sedari tadi ku sembunyikan di belakang punggung ku, perlahan ku berikan kepadanya, tetapi seketika aku menoleh.

Ada tangan orang lain yang ikut memberikan air minum kepadanya. Sejenak kami saling memandang, ia melempar tatapan remeh padaku. Namun ku hiraukan.

"Kak, aku bawakan minum." ucap ku sembari mengulas senyum tipis.

"Yoon, ku belikan kau minum, sekalian nih ada sapu tangan juga." Ujar kakak kelas ku—Im Shin Hye dengan senyum dimple nya. Aku melirik sekilas. Cantik, sangat malah. Gadis dengan rambut hitam legam, hidung mancung, mata bulat indah dengan bulu mata lentik. Dan bibir pink alami.

Kulitnya mulus dan cerah. Tubuhnya tinggi ramping, pantas saja dia menjadi model remaja. Cantiknya tiada tara. Dibandingkan dengan ku, jelas aku terpelanting jauh.

Rasa minder mendadak muncul, aku perlahan menarik kembali tanganku, Shin Hye mengembangkan senyum
melihatnya. Aku hanya sadar diri, laki-laki mana yang menolak pemberian gadis cantik.

Aku tersentak saat kak Yoon mengambil air minum ku, Shin Hye juga. Benda yang ada didalam malah semakin berpacu cepat, tangan ku gemetar. Aku tidak tahu jika reaksi nya seperti ini. Akhirnya kak Yoon menerima minum pemberian ku!!

"Kook, haus 'kan?!!" Jungkook seangkatan dengan ku mengangguk. Bajunya basah karena keringat, dirinya masih berusaha menetralkan irama nafasnya. Kak Yoon melempar botol minum pemberian ku dan sapu tangan Shin Hye kepada Jungkook.

Karena haus tak tertolong, Jungkook langsung meneguk habis air dalam botol plastik bening itu. Dan menggunakan sapu tangan putih untuk membersihkan keringat di dahinya.

"Trims, dari siapa?" Teriak Jungkook. Karena jarak mereka agak jauh, mereka berteriak untuk komunikasi.

Kak Yoon cuma menunjuk kearah ku dan juga Shin Hye dengan dagunya. Lalu kak Yoon mengambil botol minum dari tangan Shin Hye, melemparnya kearah Taehyung.

Untung refleks Taehyung bagus, tangan panjangnya dapat menangkap botol melayang tersebut dengan mudahnya. "Oke, trims banget." Senyum kotak hangat terpancar dari wajah tampannya.

Setelah itu kak Yoon pergi meninggalkan aku dan Shin Hye yang mematung. Ah, lagi lagi dan lagi, aku gagal. Sesulit itukah menggapai mu.

Shin Hye beranjak dari tempatnya menuju teman-temannya yang bergerombol. Aku hanya tersenyum kecut, sambil menatap punggung kak Yoon menjauh dari lapangan.

Tepukan bahu menyadarkan ku. Jiyu datang dengan senyum bahagia, dan juga semburat merah di pipinya. Ku tengok, ternyata kak Jimin tengah melambaikan tangannya, yang pasti bukan kepada ku.

Jiyu memeluk lenganku, menyembunyikan wajahnya yang merah, "aku malu pake banget, Ri." Sepertinya hubungannya dengan kak Jimin ada peningkatan.

"Jangan lupa hari Minggu, ya?!!" Teriak kak Jimin, lalu ia dan teman-temannya pergi meninggalkan lapangan. Kami pun ikut pergi dengan keadaan Jiyu bersembunyi di ketiak ku.

"Sampai kapan kau seperti ini, keluarlah! Kau membuat ketiak ku tak nyaman." Jiyu malah cengir tanpa dosa. Gadis berperawakan lebih pendek dariku itu bersenandung sambil melompat-lompat kecil.

Dia sangat bahagia sekali, senyumnya bertahan hingga kami sampai di kelas. Aku jadi iri, kapan hubungan ku dengan kak Yoon seperti itu. Ah! Tidak, dia notice diriku saja sudah cukup bagiku.

Cinta tidak selalu terbalas 'kan? Kak Yoon tahu perasaanku, itu sudah cukup. Aku akan berjuang hingga saat itu tiba.

"Bagaimana dengan kak Yoon tadi? Dia menerima air pemberian mu?" Tanyanya setelah kami duduk di bangku masing-masing. Bangku ku berada di kanan urutan kedua dari belakang, Jiyu duduk di depanku.

Aku menghela nafas, "sama aja, aku ditolak, lagi." Ucapku sembari membuka buku kimia ku, sebentar lagi bel masuk berbunyi. Aku sudah menyiapkan buku untuk pelajaran selanjutnya.

Jiyu menatapku prihatin, "semangat Ri, batu aja bisa terkikis oleh air, apalagi hatinya kak Yoon. Kamu sabar aja dulu, jangan menyerah." Sabar? 4 tahun lamanya aku mengejarnya dan tak ada perubahan. Kurang sabar kah aku?

Lelah? Tentu saja hatiku lelah. Lelah menepis kenyataan aku tak akan pernah ada di hatinya, sungguh aku lelah.

"Aku bingung harus melakukan apa lagi, semua cara sudah ku coba. Namun apa hasilnya? Nihil."

"Tak apa jangan dipaksa, kamu bisa berhenti atau istirahat sejenak. Kamu cari yang lain, yang sama atau lebih baik daripada kak Yoon." Mencari yang lain? Kurasa tidak ada selain kak Yoon. Laki-laki seperti kak Yoon itu langkah, terlebih jaman sekarang.

Banyak pakboi kelas teri berkeliaran, kak Yoon tidak termasuk. Aku kesal pada diriku, mengapa hatiku jatuh kepada orang dingin sepertinya. Dan tak bisa keluar.

Bucin kelas berat.

Katanya first love itu sulit untuk dilupakan, dan mungkin itu terjadi padaku.

"Min Yoongi, terimakasih karena telah membuatku terjebak di hatimu."

Peach_🐣

17 Juni 2020

First Love | Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang