Matahari mulai menampakkan dirinya, pagi pun datang. Semuanya harus terbangun untuk melakukan rutinitas mereka yang berulang-ulang.
Para Maid dan Butler di kediaman yang bagaikan istana itu sudah sibuk, mulai dari memasak sarapan, membersihkan rumah, dan menata meja makan untuk sarapan sang Tuan.
Semuanya terlihat sibuk.
Suara sepatu pentofel pun terdengar nyaring di sepanjang lorong. Para pekerja senantiasa membungkukkan badannya kala si pemilik langkah kaki tersebut melewati mereka. Sesosok pria dengan senyuman yang khas dan mata yang mengintimidasi. Parasnya begitu tampan layaknya sebuah pahatan patung yang sempurna.
"Selamat pagi." sapanya singkat dengan suara rendahnya
"Selamat pagi, Tuan Jung." balas mereka bersamaan.
Aroma manis dari dapur menarik perhatiannya. Senyumannya seketika luntur ketika ia lihat semangkuk caramel tuffles dihidangkan di meja makan, matanya memerah menatap nyalang seorang maid yang tengah menuangkan coklat di atas hidangan tersebut.
"HENTIKAN!" bentaknya
Para maid dan pekerja yang lainnya terkejut lalu mereka menunduk ketakutan.
"Buang hidangan ini!"
Para maid dengan sigap mengambil semangkok caramel tuffles itu lalu membuangnya.
"Sudah kubilang berapa kali. Hanya Yeonjun-ku yang boleh membuat hidangan ini! Hanya pengantinku!"
Para maid dan pekerja lainnya membungkukkan badannya berapa kali, seraya meminta maaf kepada Tuan mereka. Wooseok beranjak dari tempatnya mendekati seorang maid yang tadi menuangkan coklat di atas hidangan tersebut.
Maid itu bergetar ketakutan. Tangan Wooseok mulai mengarah ke arah kepala maid itu.
Tangannya menyentuh wajah maid tersebut. Wooseok menyunggingkan senyum kecil.
"Mati."
Dan maid itu pun hangus terbakar dengan satu kobaran api yang keluar dari tangan Wooseok. Mayatnya hangus tanpa sisa.
Wooseok tersenyum senang, "Apa dari kalian ingin menjadi selanjutnya?"
"Tidak, Tuan" balas mereka bersamaan
Wooseok tersenyum lagi, lalu beranjak melewati para pekerjanya yang tengah ketakutan di mansion miliknya. Ia mengambil sebuah handpone dari kantong celananya lalu menelpon seseorang
"Bagaimana sudah dapat?" tanyanya ketika sambungan telepon itu tersambung
"Sudah, Tuan. Tapi saya kurang yakin"
"Bicara yang jelas!"
"I-itu... Tuan, saya melihat sesosok pria seperti Tuan Muda di daerah sini. Namun, warna rambutnya terlihat berbeda dari yang terakhir kali dilihat"
"Ck, niat sekali sampai merubah warna rambut. Kau mengambil gambarnya tidak?"
"Iya Tuan, saya mengambil beberapa gambar"
"Kirimkan."
"Baik, Tuan"
Pip.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rebel
FanfictionJatuh cinta pada makhluk pendosa itu sebuah kesalahan. Tapi Soobin tidak bisa mengelaknya, dia begitu menarik. warn : - bot!yeonjun - bxb - mature content