Kini Nara sedang merenung di kamarnya, memikirkan apakah keputusan yang sudah dia buat itu adalah keputusan yang benar?
Dia tidak ingin merasakan apa yang di katakan oleh Bora. Dia tidak tau siapa Bomin dan bagaimana dia.
Kini pikiran Nara di hantui oleh sesosok Choi Bomin. Hatinya di penuhi oleh keraguan untuk menikahi Choi Bomin, tapi apa daya, ini semua demi ayahnya.
Seketika Nara tersadar dari lamunannya setelah mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya.
“Nara, ada yang ingin bertemu dengan mu.” So Hyun yang berdiri di depan pintu Nara pun bersuara.
Siapa lagi yang akan menemui Nara pagi pagi begini? Dia sampai bolos ke kampus hanya karena dia sedang tidak ingin di ganggu.
Lalu apa lagi ini? Yang benar saja.
Nara lalu turun ke bawah untuk melihat siapakah yang datang menemuinya pagi pagi begini.
Nara menutup mulutnya saat dia sampai di anak tangga terakhir sebelum dia menginjak lantai rumahnya. Dia melihat ada Bomin yang sedang duduk dan menatap ke arahnya.
Bomin berdiri dan berjalan menuju ke arah Nara. Rasanya Nara ingin lari saja ke mana pun dia bisa tapi kakinya kini sedang tidak mendukungnya.
Nara hanya bisa dia terpaku di atas anak tangga terakhir itu, melihat sosok Choi Bomin yang semakin mendekat ke arahnya.
Namun, seketika Bomin berhenti. Bomin membalikkan badannya dan membungkuk ke arah ayah Nara.
“Maafkan saya, tapi bolehkah saya mengobrol berdua dengan Nara di kamarnya?”
“Apa apaan ini.” Ujar Nara dengan nada suara yang sangat pelan namun wajahnya tidak bisa membohongi semuanya.
Betapa terkejutnya Nara saat mendengar Bomin berucap seperti itu di depan ayahnya, Nara hanya bisa terus terdiam dan tidak melakukan apapun.
Bomin lalu kembali membalikkan badannya dan berjalan menuju ke arah Nara.
Bomin menarik tangan Nara dan meminta Nara untuk menuntunnya menuju ke kamar Nara.
“Bawa aku ke kamarmu, Kang Nara.”
Seketika semua tubuh Nara terasa lemas setelah mendengar suara berat dari Choi Bomin tersebut.
Suara itu benar benar memabukkannya, dia seperti ingin pingsan saat ini juga.
“Hm, ayo akan ku bawa kau ke kamar ku.” ujar nada dengan nada dinginnya.
Nara berjalan di depan Bomin. Tanpa Nara sadari sedari tadi Bomin menatapnya dari belakang.
Entah kenapa dia hanya terus memperhatikan Nara dan tidak fokus dengan apa yang di katakan Nara.
“Hei Choi Bomin, kau mau masuk tidak? Sedari tadi kau hanya menatap ku. Ada apa?”
Choi Bomin lalu tersentak dia seketika mengalihkan perhatiannya pada Nara kini yang sedang mengomel di hadapannya.
“Maaf.”
“Hm, yasudah masuklah ke dalam, aku akan mengambil minum dulu, kau tunggu di situ.”
Bomin melihat ke sekitar, memerhatikan kamar Nara dengan sangat teliti bahkan sesekali dia memicingkan matanya agar penglihatannya dapat mencapai sesuatu.
“Ah.. Kenapa dia mirip sekali dengan Naeun? Apa dia adalah Naeun? Ah tidak mungkin.” Bomin berujar dengan nada suara yang sangat nihil untuk di dengar.
Saat sedang asyik berdebat dengan hatinya, Bomin terkejut dengan suara gelas yang pecah.
Bomin sontak menoleh ke arah sumber suara, matanya menangkap Nara yang kini terduduk lemas di depan pintu kamarnya dengan serpihan kaca mengelilinginya.
“Nara.” Bomin sedikit berlari ke arah Nara, berniat untuk menolong Nara.
Bomin dengan cepat langsung menggendong Nara ala bridal style dan membawa Nara menuju ke tempat tidurnya.
“Apa apaan ini? Dia menggendong ku?” Hati Nara bertanya tanya saat ini.
“Nah, beristirahatlah kamu pasti capek kan? Oh ya kenapa tadi bisa sampai jatuh?” Bomin bertanya sambil membaringkan tubuh Nara di tempat tidur.
“Aku memiliki penyakit darah rendah, dan ya terkadang aku akan jatuh secara tiba tiba, aku sangat lemas.”
Bomin membulatkan matanya dan sedikit terkejut mendengarkan perkataan Nara barusan.
“Darah rendah? Naeun juga memiliki penyakit itu, apa betul dia Naeun? Ya Tuhan apa ini”.
Bomin menoleh lagi ke arah Nara untuk mengobrol sebentar, namun ternyata Naeun sudah terlelap dan tenggelam di mimpinya.
Bomin sedikit tersenyum lalu beranjak dari tempat tidur Bomin. Namun belum sempat dia melangkahkan kakinya, sebuah sentuhan dari tangan seseorang mulai ia rasakan.
Tangan Nara menggenggam tangannya erat, seperti tidak ingin Bomin pergi dari sisinya.
“Sayangku, lama tidak bertemu dengan mu. Aku sangat sangat merindukanmu sayang.” Nara berucap di dalam tidurnya. Dia mengigau.
Bomin seketika menoleh ke arah Nara, menatap wajah Nara dalam dalam tanpa berkedip.
“Aku juga sangat merindukan mu kau tau itu kan? Kembalilah Naeun, aku mencintaimu dan aku merindukanmu.”
Tanpa aba aba Bomin mengecup kening Nara, tanpa aba aba juga Bomin mengecup bibir Nara perlahan.
Bomin lalu mendekatkan mulutnya ke arah telinga Nara dan berbisik di telinganya.
“Aku mencintaimu, Naeun.”
TBC
Akhirnya bisa update jugaaaa, ini juga jadi draft lama bangett soalnya sempat gak mood dan gak semangat nulis cerita dulu, dan sekarang moodnya balik yey
Nih aku kasih bonus. Yaampunn ganteng banget sih, gimana pun juga mau gimana pun gayanya ya menurut ku dia tetep baby, tapi di sini ku ubah dulu bentaran😂
Ya udah deh segini aja dulu, semoga lusa aku bisa update, doain aja semoga moodnya balik lagi😂🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mistake
RomanceApakah mencintaimu adalah sebuah kesalahan besar yang telah ku buat?